mencari informasi secara cepat yang dibutuhkan ketika kegiatan konseling, karena komputer yang tersedia di ruang konseling, tidak dimanfaatkan sebagaimana
mestinya, begitu juga dengan ruang tunggu, sebaiknya diberikan fasilitas kepada pasien berupa kursi tunggu yang berada tidak jauh dari ruang konseling. Selain
itu, pencatatan data pasien harus dilakukan secara terus menerus, sehingga dapat diperoleh informasi perkembangan pasien setelah penggunaan obat. Seharusnya
ada suatu pedoman khusus tentang obat-obat yang sering dikonseling oleh apoteker sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada pasien agar tidak
terjadi perbedaan informasi antara satu apoteker dengan apoteker yang lain dalam menginformasikan satu obat yang sama dengan kasus penyakit yang sama pula.
Lembar konseling dapat dilihat pada lampiran halaman
e. visite
Kegiatan visite telah dilaksanakan secara optimal, kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik telah dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun
bersama tim tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat, untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, kegiatan visite salah satunya adalah edukasi
pasien dan keluarga pasien. Pasien yang di edukasi adalah pasien yang baru masuk rumah sakit, pasien yang telah mendapatkan obat tambahan dari resep
sebelumnya, pasien yang berobat jalan PBJ yang tujuannya agar pasien memahami obat-obat yang dibawanya. Lembar RM-23 yang berisi beberapa point
edukasi sudah dimanfaatkan dengan baik oleh farmasis, RM-23 dalam mengisi edukasi terhadap pasien ada beberapa hal seperti:
a. nama obat dan kegunaannya b. aturan pemakaian dan dosis obat
c. jumlah obat yang diberikan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
d. cara penyimpanan obat e. efek samping obat
f. kontraindikasi obat g. dan lain-lain
lembar edukasi untuk pasien keluarga pasien dapat dilihat pada lampiran, halaman
f. pemantauan terapi obat PTO
Pemantauan terapi obat pasien dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak
dikehendaki ROTD. Kegiatan PTO ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait
dengan obat, pemantauan dan tindak lanjut. Seluruh kegiatan ini telah dilakukan bersamaan dengan visite, baik visite mandiri ataupun pada saat visite bersama
dengan tenaga kesehatan lainnya baik dokter maupun perawat.
g. monitoring efek samping obat MESO
Peran pokja farmasi klinis dalam monitoring efek samping obat MESO sudah dilaksanakan. MESO berkaitan erat dengan kegiatan visite pokja farmasi
klinis. Visite yang dilakukan akan sekaligus dapat mengetahui MESO yang terjadi pada pasien. Pelaporan MESO dilakukan dengan mengisi blanko berwarna
kuning. Blanko diisi dengan mencantumkan nama pasien, nama obat yang dicurigai, reaksi efek samping yang dirasakan pasien, dan lain-lain. MESO yang
telah diisi kemudian disampaikan kepada pusat MESO nasional tanpa prangko, membuat laporan dan mensosialisasikan feedback yang diterima dari pusat MESO
Nasional kepada dokter, perawat ruangan dan pasien yang mendapat efek samping
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
obat tersebut. Dalam hal ini, perawat juga sudah dilatih dalam hal penanganan MESO, jadi perawat yang menemukan MESO segera melaporkan kepada petugas
farmasi klinis yang ada di instalasi farmasi kemudian farmasi klinis menindak lanjuti MESO tersebut, dalam hal ini farmasi akan memberikan kartu tanda,
apabila pasien berobat kedokter, kartu ini harus ditunjukkan kepada dokter. Lembar MESO dapat dilihat pada lampiran halaman
h. evaluasi penggunaan obat EPO