Pembahasan Tanggal 12-15 April 2012

yang terbaik mulai dari tanggal 12 April 2012 sampai tanggal 28 April 2012. Pemantauan terapi obat dilakukan untuk melihat apakah penggunaan obat untuk terapi pasien diberikan secara rasional. Rasionalitas penggunaan obat meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping. Pemantauan terapi obat dilakukan setiap hari sesuai dengan obat yang diberikan. Penyampaian informasi obat disampaikan secara langsung kepada pasien atau keluarganya untuk meningkatkan pemahaman pasien mengenai obat, dan kepada tenaga kesehatan lainnya dokter dan perawat terkait dengan efektivitas obat dan stabilitas obat dalam bentuk rekomendasi kepada dokter dan perawat.

4.1 Pembahasan Tanggal 12-15 April 2012

Pemeriksaan objektif vital sign yang dilakukan adalah pemeriksaan respiratory rate RR dan suhu tubuh temperatur. Pemeriksaan objektif yang dilakukan pada tanggal 12 – 15 April 2012 dapat dilihat Tabel berikut: Tabel 4.1 Pemeriksaan objektif mulai tanggal 12 – 15 April 2012 Tanggal pemeriksaan Suhu C RR xmenit 12-04-2012 13-04-2012 14-04-2012 15-04-2012 37 37.2 37.4 39 31 29 30 27 Obat-obat yang digunakan pasien pada tanggal 12 –15 April 2012 ditunjukkan pada Tabel 3.10 4.1.1 Pengkajian Tepat Pasien Data hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan yang tidak normal. Hasil diagnosis sementara dokter menyatakan bahwa pasien mengalami hydrocephalus communicans. Kriteria diagnosis untuk penyakit hydrocephalus adalah adanya muntah nyeri kepala, demam, kesadaran menurun anonim, 2010 dan pasien mengalami muntah, demam dan nyeri pada kepala. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Berdasarkan hasil laboratorium khususnya pemeriksaan hematologi, pasien mengalami infeksi, hal ini ditunjukkan oleh nilai White Blood Cell WBC yang diatas normal yaitu 18.1, kemudian pemeriksaan analisa cairan tubuh khususnya cairan otak didapatkan terjadi peningkatan jumlah sel cairan otak yang nilai normalnya 3, pada pasien jumlahnya 20, total protein seharusnya 45 pada pasien berjumlah 76, total LDH 257, dimana nilai normalnya 200. Glukosa nilai normalnya 40-76, pada pasien glukosanya 28. Berdasarkan hasil laboratorium yang diterima, menyatakan bahwa pasien masih mengalami hydrocephalus dan meningitis. Pemeriksaan BTA yang keluar tanggal 14 April menunjukkan hasil negatif pada BTA Basil Tahan Asam, hal ini dapat disebabkan pengambilan sampel yang tidak tepat sehingga tidak ditemukan basil tahan asam, seharusnya ditemukan 5000kuman cc, tetapi yang ditemukan pada pasien 5000 kuman. Dari hasil pemeriksaan hemoglobin HB terlihat bahwa HB pasien dibawah normal yaitu 8.6, pemeriksaan fungsi hati pasien dengan nilai SGOT 56 dan SGPT 54, hal ini menunjukkan adanya kerusakan pada fungsi hati dari pasien.

4.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi

Pemberian infus D5 NaCl 0,225 sudah tepat. Dilihat dari kondisi pasien yang lemah, dimana pemberian infus D5 NaCl 0,225 diindikasikan untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit Michele, 1995. Dilihat dari pemberian terapi pada pasien ini, NaCl 0,9 diberikan karena pasien dalam keadaan koma dan membutuhkan cairan elektrolit. Cairan infus UNIVERSITAS SUMATRA UTARA tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian terapi yang penting untuk menjaga cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan untuk mengurangi jumlah cairan yang hilang Phillips, L.D, 2005. Levofloksasin memiliki efek antibakterial dengan spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif termasuk bakteri anaerob. Mekanisme kerja dari levofloksasin adalah melalui penghambatan topoisomerase tipe II DNA girase, yang menghasilkan penghambatan replikasi dan transkripsi DNA bakteri Anonim d , 2010. Pengunaan levofloksasin tidak tepat indikasi, penggunaan antibiotika harus sesuai dengan uji kultur, uji kultur yang didapat ternyata pasien resisten terhadap levofloksasin, jadi penggunaan tidak tepat indikasi. Pemberian kombinasi Rifampisin dan isoniazid adalah untuk pengobatan TB yang dialami pasien, ini merupakan Obat Anti Tuberculosis yang harus diberikan secara bersama-samakombinasi Wattimena, 1991. Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung Anonim g , 2010. Ranitidin juga diberikan pada terapi yang menggunakan NSAID’S sebagai profilaksis untuk mencegah ulser duodenal McEvoy, 2004. Ranitidin tepat diberikan sebagai obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID’S. Pemberian novalgin diindikasikan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang tinggi, jadi penggunaan novalgin dengan suhu tubuh yang tinggi, tepat indikasi. Novalgin diberikan agar suhu tubuh pasien tidak naik dan tidak sampai kejang.

4.1.3 Pengkajian Tepat Obat

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Pemberian infus D5 NaCl 0,225 sudah tepat, dimana pemberian infus D5 NaCl 0,225 untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit Michele, 1995. Berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium, levofloksasin merupakan salah satu antibiotik yang resisten untuk pasien. Levofloksasin memiliki efek antibakterial dengan spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram- positif dan gram-negatif termasuk bakteri anaerob, jadi obat ini tidak tepat obat untuk pasien tersebut. NaCl 0,9, diberikan karena pasien dalam keadaan koma dan membutuhkan asupan cairan elektrolit. Pemberian infus NaCl 0,9 sudah tepat karena kondisi tubuh pasien lemah. Cairan infus tersebut mengandung elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian terapi yang penting untuk menjaga cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan untuk mengurangi jumlah cairan yang hilang. Perbaikan kesetimbangan elektrolit sangat penting untuk mencegah komplikasi yang serius sehubungan dengan kelebihan atau kekurangan elektrolit Phillips, L.D, 2005. Ranitidin tepat diberikan untuk mencegah gangguan lambung yang diakibatkan oleh pemberian obat-obatan yang berefek samping dapat mengganggu saluran cerna Anonim g , 2010. Rifampisin, merupakan obat antituberkulosis yang bersifat bakterisid terhadap Mycobacterium tuberculosis yang dikombinasi dengan antituberkulosis isoniazid. Pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi TB selalu dilakukan dengan kombinasi untuk mencegah kemungkinan terjadi populasi mutan M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat antimikroba yang digunakan tunggal. Pemberian kedua kombinasi ini akan menghambat secara spontan pertumbuhan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA mikroba Wattimena, 1991, dengan demikian pemberian kombinasi Rifampisin dan Isoniazid sudah tepat, hanya saja pemberian Isoniazid harus dikombinasi dengan vitamin B6 untuk menghindari terjadinya efek samping neuritis perifer. Pemberian novalgin diberikan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang tinggi, pemberian obat ini agar suhu tubuh pasien tidak terlalu tinggi yang nantinya dapat menyebabkan kejang.

4.1.4 Pengkajian Tepat Dosis

Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis Aslam, dkk. 2003. Ketepatan dosis meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 pengkajian tepat dosis dari tanggal 12 April - 15 April 2012 Jenis Obat Bentuk Sediaan Kekuatan Sediaan Regime n Dosis Rute Pemberia n Lama Pemberia n Saat Pemberian Interval Pemberia n NaCl 0,9infus 500ml09 2.5mlkg jam Ansel, 2004 Intravena - pasien dalam keadaan coma dan membutuhka n asupan cairan elektrolit philip. L.D, 2005 - UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Ranitidin tersedia dalam bentuk tablet 150 mg dan larutan suntik 25 mgml, dengan dosis 50 mg IM atau IV tiap 12 jam. Dosis injeksi ranitidin yang diberikan untuk pasien yaitu 50 mg setiap 12 jam sedangkan perhitungan dosis untuk anak yang berat badannya BB 12kg dan tinggi badan TB 96Cm, BSA yang didapat adalah 0.57, dan dosisnya seharusnya 84.8 setara dengan 90mg12 jam, jadi dosis yang diberikan tidak tepat, karena kurang dosisnya. Tetapi menurut gunawan penggunaan ranitidin untuk pencegahan tukak lambung dosisnya diturunkan, jadi pemberiannya tepat. Cairan infus NaCl 0,9 . Mempunyai volume 500 mlbotol, dengan dosis yang diberikan kepada pasien 20 tetesmenit secara IV. Dosis lazim NaCl 0,9 Levofloksasin 50kg : 8mgkgb b Enteral 10 hari Tatro, 2003 Diberikan sesudah makan, tidak bersama zat besi, antasida 2 kali per hari Tatro, 2003 Ranitidin 150 mg Sweetm an, S.C, 2007 Intravena Selama pengguna-an NSAIDs Anonim g , 2010 Obat diminum sebelum atau saat makan Pramudianto dan Evaria, 2009 tiap 12 jam Sweetma n, S.C, 2007 Rifampisin 10mgkg BBhari Enteral 4-6 bulan Diberikan sebelum makan pagi, tidak bersama susu 1- 2kalihari Isoniazid 5mgkg hr dosis tunggal. maks 300mgh r Tatro ,2003 Enteral 4-6 bulan Diberikan sebelum makan pagi, tidak bersama susu 1 kali perhari Novalgin 500mg ml Intravena Kalau demam saja 3-4 kalihari UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 2,5mLkgBBjam Ansel, H.C, 2004. Untuk pasien BB= 12 kg seharusnya mendapatkan 2,5 mlkgBBjam x 12 kg = 30 mljam, jadi seharusnya pasien mendapatkan 10 tetesmenit. Faktor tetesan 15 tetesml, maka dosis yang diberikan tepat Levofloksasin tersedia dalam bentuk tablet 500 mg, dan larutan injeksi 5 mgml, dosis untuk anak-anak 50 kg adalah 8mgkgBB per 12 jam tidak lebih dari 250mgdosis Tatro, 2003. Menurut perhitungan berat badan BB pasien 8mgx12kg = 96mgdosis. Dosis yang diberikan untuk pasien 100 mg12 jam. Jadi, dosis yang diberikan untuk 1 hari pasien mendapat 200 mghari, sedangkan dosis yang seharusnya 200mghari. Pemberian dosis kepada pasien sudah tepat. Rifampisin dosis lazimnya 10mgkgbb, untuk anak dengan berat 12 kg, diberikan 120mg, berarti sudah tepat dosis. Isoniazid Dosis 5 mgkghari dlm dosis tunggal, maksimal 300mghari Tatro D.S, 2003, lazimnya dosis yang diberikan pada pasien dengan BB 12kg adalah 60 mg, pemberian sudah tepat dosis. Dosis novalgin untuk dewasa 500mg untuk 3-4x sehari, 1500- 2000mghari. Sedangkan untuk anak dengan BSA 0.56 dosis yang diperlukan 300mg. Dosis yang diberikan kepada pasien seharusnya 300mg, tetapi yang diberikan kepada pasien 250mg, dosis yang diberikan kurang.

4.1.5 Pengkajian Waspada Efek Samping

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Tabel 4.3 Efek samping dan interksi obat tanggal 12- 15 April 2012 Jenis Obat Efek Samping Interaksi Obat Isoniazida Neuropati perifer, anemia aplastis, hepatotoksik, defisiensi piridoksin, gangguan ingatan. Tatro D.S, 2003 Interaksi rifampisin+isoniazid rifampisin meningkatkan resiko hepatotoksik isoniazid. interaksi obat dengan hasil laboratorium Rifampisin menyebabkan abnormalitas dalam tes fungsi hati. Stockley, 2001 Levofloksasin Diare, mual, perut kembung, vaginitis, ruam kulit, nyeri perut, sakit kepala, dispepsia, insomnia, gelisah. Novalgin Gangguan lambung, kerusakan hati, kerusakan ginjal, dan reaksi alergi kulit, UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

4.2 Pembahasan tanggal 16 April- 20 April 2012