2. Santri non mukin, yaitu santri yang berasal dari daerah-daerah sekeliling
pesantren, yang biasanya tak menetap dalam pondok pesantren, untuk mengikuti pelajaran di pesantren, mereka bolak balik dari rumahnya
sendiri Dhofier, 1990:52. Berdasarkan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa, santri murid dari kyai
atau ulama yang belajar agama Islam di suatu pesantren, biasanya mereka tinggal di asrama dan ada juga yang tidak.
4. Pengertian Remaja
Menurut Zakiab Darajat dalam Raphaelia:2006, remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami
pertumbuhan cepat di segala bidang, mereka bukan anak-anak lagi baik dalam bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa
yang lebih matang. Masa itu kira 13 tahun dan berakhir kira-kira 21 tahun. WHO memberikan definisi remaja lebih bersifat konseptual. Dalam definisi
tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu: biologis, psikologis dan ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :
Remaja adalah suatu masa di mana : 1.
Individu berkembang dari saat pertama kali dia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai dia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. 3.
Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.Sarwono, 1994;9
Berdasarkan beberapa pengertian remaja, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-
anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek biologis, psikologis dan ekonomi. Jadi yang dimaksud santri remaja
dalam penelitian ini adalah siswa dari pesantren yang berumur 13 tahun sampai 21 tahun.
5. Pola Pembinaan Santri Remaja
Pembinaan merupakan suatu proses mendidik, dimana pada proses tersebut harus ada yang dididik dan mendidik. Pada pola pembinaan ini, tentu terjadi proses
transformasi yaitu mengubah masukan dalam hal ini adalah yang dididik atau santri, menjadi keluaran out put sesuai dengan yang diinginkan. Sebagai
masukan adalah santri dan prosesnya adalah kegiatan mendidik dan pembinaan sehingga keluarannya adalah lulusan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Santri Proses
Lulusan
input Pembinaan
out put
Dalam hal ini pola pembinaan pada Pondok Pesantren Darul Falah tidak hanya terbatas pada pengajian saja, melainkan juga mengembangkan beberapa kegiatan
atau pendidikan, seperti: Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah. Pendidikan di pondok pesantren merupakan hal yang perlu diperhatikan
oleh kyai atau ustadz, bukan hanya untuk tercapainya kuantitas materi yang bisa diselesaikan oleh santri, melainkan kualitas penguasaan santri terhadap materi
yang diberikan.
Metode pengajaran khas pesantren seperti bandongan dan sorogan merefleksikan upaya pesantren melakukan pengajaran yang menekankan kualitas dan
penguasaan materi. Dalam metode bandongan yang diterapkan metode pembelajaran yang menurut santri untuk belajar lebih mandiri. Dalam bandongan
kyai atau ustadz membaca kitab dan menterjemahkan dan selanjutnya memberikan penjelasan umum seperlunya. Sementara pada saat yang sama santri
mendengarkan dan ikut membaca kitab tersebut sambil membuat catatan-catatan kecil diatas kitab yang dibacanya.
Sedangkan sorogan, metode pendidikan yang tidak hanya dilakukan oleh santri bersama kyai atau ustadz, melainkan antara santri dan santri lainnya juga. Dalam
metode ini santri diajak memahami kandungan kitab secara berlahan-lahan dan secara detail mengikuti pikiran atau konsep-konsep yang termuat dalam kitab kata
perkata.
Sistem inilah yang lazim digunakan dalam belajar mengajar di pesantren, akan tetapi pesantren telah mengalami perubahan, dimana sistem pembelajaran
mengalami perubahan dengan menggunakan sistem kelas dan mengajarkan mata pelajaran umum sebagaimana di sekolah-sekolah umum. Jika pada mulanya
tujuan utama pesantren adalah menyiapkan santri dalam mendalami dan menguasai ilmu pengetahuan agama, sejak pesantren mengadopsi pendidikan
berkelas madrasah para santri tidak hanya dibekali dengan pendidikan agama, tapi sekaligus akrab dengan pendidikan umum. Dhofier, 1990:33
Darul Falah dalam melakukan proses pembinaan sudah termasuk pada pesantren modern, dimana sistem pengajarannya sudah menggunakan sistem kelas dan
kurikulum, pendidikan madrasah yang berada dalam Darul Falah merupakan pendidikan formal yang sederajat dengan pendidikan umum lainnya. Dalam
aktivitasnya Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan Departemen Agama, yakni 70
mengenai materi umum dan 30 mengenai materi agama. Dengan menggunakan sistem klasikal.
B. Upaya Pengendalian Tindak Penyimpangan Prilaku