Kemudian ditanyakan kembali kepada informan mengenai sosialisasi nilai-nilai Islam kepada santri. Informan menjelaskan bahwa, sosialisasi nilai-nilai Islam
sudah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Karena nilai-nilai Islam merupakan dasar dan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
santri dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad SAW. Nilai-nilai Islam juga dijadikan landasan dalam menentukan
keputusan dan tindakan dari sebuah perbuatan yang dilakukan santri. Berikut penuturan informan:
“Nilai-nilai Islam sudah kami sosialisasikan kepada santri, karena nilai-nilai Islam merupakan sebuah dasar dan pedoman bagi kehidupan sehari-hari dalam pondok
pesantren. Nilai-nilai Islam juga sudah kami jadikan sebagai landasan dalam
mengambil sebuah keputusan dan tidakan untuk setiap permasalahan” wawancara tanggal, 30 Mei 2010.
Inti dari seluruh pendapat informan 2 sama dengan yang disampaikan oleh informan 1.
c. Informan 3
Informan ketiga bernama Ustadz Muhammad Masjen berjenis kelamin laki-laki berusia 25 tahun. Beliau merupakan ketua MPS dan merangkap sebagai ketua
MPS santriwan di Pondok Pesantren Darul Falah. Informan pernah belajar di Pondok Pesantren Daar El
– Qolam, Gintung. Setelah lulus beliau membantu kyai Irmansyah selama 5 tahun dalam mengembangkan Pondok Pesantren Darul Falah
untuk menjadi lebih maju dan berkembang menjadi pondok pesantren yang besar. Saat ini informan sedang meneruskan studinya ke bangku perkuliahan di IAIN
Raden Intan, Bandar Lampung. Dengan bermodalkan pengalaman pendidikan pesantren, informan berkeyakinan untuk terus maju bersama kyai Irmansyah
untuk mengembangkan Pondok Pesantren Darul Falah demi masa depan yang lebih baik dan tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai Islam.
Sesuai dengan jabatannya, yaitu sebagai ketua MPS Pondok Pesantren Darul Falah, maka informan memiliki tugas dan tanggung jawab atas santri dalam
pelaksanaan peraturan pondok pesantren. Informan memiliki tugas mengawasi pelaksanaan peraturan yang digunakan sebagai suatu pola pembinaan santri yang
terdapat di Pondok Pesantren Darul Falah.
Pola pembinaan di dalam Pondok Pesantren Darul Falah lebih pada pembinaan yang tertutup dan tertulis. Pola pembinaannya tidak terlepas dari pembinaan yang
bersifat kekeluargaan. Pola pembinaan sudah berusaha dilaksanakan dengan maksimal, tetapi hasilnya masih kurang maksimal. Mengingat jumlah santri yang
cukup banyak dan santri-santri yang ada di pondok pesantren ini berasal dari latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda-beda, jadi peraturan yang ada
belum dapat dilaksanakan dengan maksimal. Berikut adalah penuturan beliau pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2010:
”Pola pembinaan di dalam Pondok Pesantren Darul Falah lebih pada pembinaan tertutup dan tertulis, yang tidak terlepas dari kekeluargaan. Pola pembinaan yang
kami terapkan sudah berusaha kami laksanakan dengan maksimal, tetapi hasilnya tetap saja belum dapat maksimal. Mengingat jumlah santri yang dapat dikatakan
banyak dan santri-santri yang ada di pondok pesantren ini berasal dari latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda-beda, jadi wajar saja jika
peraturan yang ada belum dapat dilaksanakan dengan maksimal.
kemudian ditanyakan kepada informan mengenai peraturan di pondok pesantren. Informan menjelaskan bahwa peraturan di Pondok Pesantren Darul Falah sudah
disosialisasikan sejak awal santri masuk pondok pesantren. Sosialisasi peraturan dilakukan tanpa ada batasan waktu yang pasti, tapi cara yang digunakan dalam
sosialisasi peraturan sangat beragam. Misalnya, sosialisasi peraturan dengan melaksanakan kuliah umum baga santri yang bertujuan untuk menekankan kepada
santri tentang peraturan yang ada di pondok pesantren dan sanksi-sanksi yang ada. Selain kuliah umum, sosialisasi peraturan juga dilakukan pada saat belajar kitab
klasik. Terkadang pembina dan pengurus pondok pesantren melakukan diskusi- diskusi umum pada waktu selesai shalat berjamaah. Berikut penuturan beliau:
”Peraturan yang ada di sini sudah disosialisasikan kepada seuruh santri, tapi kami tidak memberi batasan waktu pensosialisasiannya. Sosialisasi peraturan kami
lakukan melalui berbagai cara, seperti kuliah umum yang dilaksanakan pada awal ajaran baru, diskusi umum yang sering kami laksanakan setelah sholat berjamaah
dan kami juga selalu melakukannya melalui pembelajaran kitab-
kitab klasik” wawancara 1 Juni 2010.
Lebih lanjut ditanyakan kepada informan tentang bagaimana pelaksanaan peraturan yang ada di dalam Pondok Pesantren Darul Falah dan apa yang menjadi
kendala dalam pelaksanaannya. Beliaupun memberikan penjelasan bahwa dalam pelaksanaan peraturan di pondok pesantren selalu ada kendala yang dihadapi oleh
pembina dan pengurus pondok pesantren. Kendala yang dihadapi lebih kepada penyimpangan atau pelanggaran peraturan yang dilakukan santri dan alasannya
berbeda-beda. Berikut penuturannya dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2010:
“Peraturan di pondok pesantren sudah terlaksana dan dalam pelaksanaannya selalu ada kendala-kendala yang sering muncul. Kendalanya seperti penyimpangan atau
pelanggaran yang dilakukan santri. Jika sudah tertangkap, mereka selalu memberikan alasan yang berbeda-beda. Misalnya, karena pengaruh yang kurang
baik negativ dari masyarakat luar pesantren dan masalah dalam diri santri itu
sendiri merasa kurang diperhatikan orang tua, dan lain sebaginya.” Informan juga menuturkan bahwa mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan
peraturan yang ada di pondok pesantren, pembina dan pengurus pondok
pesantren membentuk suatu bagian yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi tindakan sanksi kepada santri yang melanggar peraturan. Bagian ini
bertanggung jawab dalam pelaksanaan peraturan yang dilakukan santri, bagian itu disebut dengan majelis pengasuhan santri MPS. Berikut penuturan informan:
“untuk mengatasi kendala yang ada dalam pelaksanaan peraturan, pembina dan pengurus pondok pesantren membentuk majelis pengasuhan santri yang bertugas
dan bertanggung jawab atas santri dalam pelaksanaan peraturan. MPS harus
memberi sanksi pada santri yang melanggar peraturan”. wawancara tanggal 1 Juni 2010
Ketika ditanya kepada informan mengenai usaha apa yang dilakukan MPS dalam melakukan pengendalian tindak penyimpangan santri. Informan menjelaskan
bahwa dalam mengendalikan tindak penyimpangan santri antara lain dengan bekerjasama dengan masyarakat sekitar pondok pesantren, guru dan santri
lainnya. Berikut keterangan yang diberikan oleh informan 2: ”pengawasan terhadap pelaksanaan tata tertib dilakukan oleh seluruh majelis
pengasuhan santri dengan pihak-pihak yang teerkait, seperti: guru, masyarakat dan santri lainnya. Contohnya saja jika santri atau masyarakat yang melihat seorang
santri yang melakukan pelanggaran, maka mereka akan melaporkan santri yang melanggar peraturan itu kepada majelis pengasuhan santri. Selanjutmya MPS
akan mengusut pelaku pelanggaran dan akan ditindak lanjuti dengan memberikan sanksi. Adanaya kerjasama dan pengawasan seperti ini diharapkan tata tertib dapat
terlaksana dengan efektif”, Wawancara tanggal 1 Juni 2010. Kemudian ditanyakan lagi tentang kasus penyimpangan peraturan apa saja yang
sering terjadi di dalam pelaksanaan peraturan di pondok pesantren. Informan menuturkan bahwa penyimpangan yang sering dilakukan santri dalam
pelaksanaan peraturan adalah penyimpangan yang ringan, walaupun terdapat kasus penyimpangan berat yang terjadi hanya pada satu pelanggaran yang
memang sulit untuk dikendalikan. Berikut penuturannya dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 2010:
“Penyimpangan yang sering terjadi dalam periode ini lebih banyak penyimpangan ringan, adapun penyimpangan berat hanya terjadi pada satu kasus saja, yaitu
merokok. Penyimpangan ini memang cukup sulit untuk mengendalikannya, meskipun sudah dilakukan penertiban sangat ketat tetap saja terdapat santri yang
lolos dari penertiban tersebut.” Selain itu juga informan menjelaskan tentang sanksi yang diberikan kepada santri
dan siapakah yang berwenang memberikan sanksi kepada santri yang melanggar peraturan. Informan menjelaskan bahwa sanksi yang diberikan kepada santri
berbeda-beda, tergantung pada penytimpangan yang dilakukan santri. Karena penyimpangan yang terjadi di kategorikan pada beberapa kartegori, yaitu kategori
penyimpangan ringan A, penyimpangan sedang B dan penyimpangan berat C. Sedangkan yang berwewenang memberikan sanksi sepenuhnya ada pada
pimpinan pondok pesantren. MPS berwewenang untuk memberikan sanksi pada penyimpangan ringan dan sedang, sedangkan untuk kategori penyimpangan berat,
sanksi akan diberikan oleh pimpinan pondok pesantren, sebagaimana yang disampaikan oleh informan dalam wawancara tanggal 1 Juni 2010:
“Sanksi yang diberikan kepada santri yang melakukan penyimpangan berbeda- beda, tergantung penyimpangan yang dilakukan. Karena di pondok pesantren ini
membagi penyimpangan menjadi 3 kategori, yaitu penyimpangan ringan A, penyimpangan sedang B dan penyimpangan berat C. Masing-masing
penyimpangan memiliki sanksi yang berbeda-beda, sedangkan pemberian sanksi mwnjadi wewenang MPS dan pimpinan pondok pesantren. Wewenang penuh
pemberian sanksi ada pada pimpinan pondok, sedangkan MPS hanya berwewenang memberikan sanksi pada penyimpangan ringan dan sedang,
penyimpangan berat sudah tentu menjadi wewenang pimpinan pondok pesantren.” Lebih lanjut ditanyakan kepada informan mengenai sosialisasi dan penerapan
nilai-nilai Islam kepada santri. Informan menjelaskan bahwa, nilai-nilai Islam sudah disosialisasikan dan dilaksanakan dalam lingkungan pondok pesantren,
karena nilai-nilai Islam merupakan suatu dasar dari peraturan. nilai-nilai Islam merupakan landasan dan dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari
dan dapat dijadikan sebagai landasan menentukan keputusan dari sebuah perbuatan. Berikut penuturan informan:
“Nilai-nilai Islam tentu sudah di sosialisasikan dan tentunya sudah dilaksanakan juga sebagai suatu dasar dalam pelaksanaan peraturan di dalam pondok pesantren.
Nilai-nilai Islam kami gunakan sebagai landasan dan pedoman dalam mengambil
keputusan dari sebuah perbuatan dan tindakan yang menyimpang” Wawancara tanggal, 1 Juni 2010.
Inti dari seluruh pendapat informan 3 sama dengan yang disampaikan oleh informan 1 dan 2.
d. Informan 4