tingkat pengetahuan gizi seimbangnya baik, ternyata masih terdapat 73,1 yang tingkat kecukupan energinya defisit.
Dilihat dari 13 pesan dasar dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS, responden kurang memahami pesan pertama yaitu makanlah aneka ragam makanan
dan pesan kedua yaitu makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Kemudian, responden lebih memahami pesan ke-5 Gunakan garam beryodium,
pesan ke-12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan dan pesan ke-13 Bacalah label pada makanan yang dikemas. Dalam hal ini responden lebih
memahami pertanyaan kuesioner nomor 2, 3, 7, 11, 16, 17 dan 18. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi mahasiswa PTKI sudah cukup baik.
Latar belakang pendidikan mahasiswa PTKI yang tidak mendapat pengetahuan gizi di bangku perkuliahan tidak mempengaruhi pengetahuan terhadap gizi, karena
pengetahuan gizi juga dapat diperoleh dari berbagai media dan saat menggunakan fasilitas kesehatan untuk memenuhi rasa ingin tahunya tentang gizi. Dengan kata lain,
kemajuan teknologi seperti acara konsultasi kesehatan di media televisi, koran, internet dan lain sebagainya telah menjadikan pengetahuan gizi mahasiswa
khususnya non kesehatan menjadi meningkat.
5.2. Pola Makan Mahasiswa Berdasarkan Jenis Makanan dan Frekuensi Makan
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.5. dapat diketahui bahwa jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh mahasiswa PTKI Medan
adalah nasi dengan frekuensi 1-3x sehari. Hal ini dikaitkan dengan adanya faktor kebiasaan mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok utama. Sementara 33
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa mengonsumsi makanan jenis mie dengan frekuensi 4-5x seminggu. Umumnya dikonsumsi pada pagi dan malam hari.
Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah lauk pauk jenis ikan basahsegar sebesar 53,8 dengan frekuensi 1-3x sehari. Mahasiswa lebih
memilih ikan basahsegar karena selalu ada tersedia di warung-warung nasi dan harga relatif lebih murah. Jenis lauk pauk yang dikonsumsi mahasiswa dengan frekuensi 1-
3x seminggu adalah ayam 48,3 , telur 33 dan daging 31,9. Sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi adalah tahutempe 31,9. Sementara ikan teri
7,7 dan ikan asin 6,6 dengan frekuensi 1-3x seminggu jarang dikonsumsi mahasiswa karena jenis ikan ini tidak selalu ada tersedia di rumah makan yang ada di
sekitar kampus PTKI Medan. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral dari sayur-sayuran belum cukup
bervariasi setiap hari. Hal ini karena pihak dari rumah makan yang tidak menyediakan variasi jenis sayuran dan sebagian besar pembeli tidak menyukai jenis
sayuran tertentu seperti kangkung, sawi pahit dan lain sebagainya sehingga jarang disajikan pemilik warung. Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi mahasiswa
dengan frekuensi 1-3x sehari adalah daun singkong 31,8 dan nangka mudagori 26,3. Jenis sayuran seperti kol 29,6, kacang panjang 26,4 dan sawi 13,2
dikonsumsi mahasiswa dengan frekuensi 4-5x seminggu. Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan yang sering dikonsumsi
mahasiswa dengan frekuensi 1-3x seminggu adalah jeruk manis 44 dan pisang 33. Rendahnya kuantitas konsumsi buah-buahan mahasiswa disebabkan karena
sebagian besar mahasiswa PTKI medan adalah anak kos yang memiliki keuangan
Universitas Sumatera Utara
pas-pasan. Jenis minuman yang sering dikonsumsi adalah tehkopi sachetan sebesar 39,6 seperti coffeemix, caffuccino, torabika, dan lain sebagainya yang mengandung
tinggi kapein, sedangkan responden yang mengkonsumsi susu hanya sebesar 15,5. Tehkopi lebih banyak dikonsumsi mahasiswa karena faktor keinginan menunda tidur
untuk menyelesaikan laporan laboratorium dan tugas-tugas yang akan dikumpul. Makanan pelengkapselingan yang paling sering dikonsumsi mahasiswa
adalah rotikue 33 dengan frekuensi 1-3x sehari. Hal ini disebabkan karena adanya faktor kebiasaan mengonsumsi rotikue sebagai pengganti sarapan pagi dan aktivitas
mahasiswa yang padat khususnya di ruang laboratorium. Gorengan 35,2 dan keripikkerupuk 38,4 dikonsumsi dengan frekuensi 4-5x seminggu. Adapun jenis
keripik yang paling sering dikonsumsi adalah keripik yang terbuat dari bahan dasar singkong dan umumnya dimakan sebagai cemilan di siang hari. Coklat 37,3 dan
bakso 26,6 dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x seminggu. Pecal paling jarang dikonsumsi karena tidak ada tersedia di rumah makan dan bukan merupakan menu
hidangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Dengan kata lain, pola makan mahasiswa PTKI Medan dalam memilih jenis
makanan dan frekuensi makan harian belum dapat dikatakan baik karena masih banyak ditemukan menu hidangan makan pagi sama dengan menu makan siang atau
menu hidangan makan siang merupakan menu hidangan makan malam. Keadaan ini tidak menggambarkan aneka ragam makanan frekuensi harian. Secara alami
komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral
sehingga apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, makan akan
Universitas Sumatera Utara
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup dan pruduktif. Dengan kata lain, untuk mencapai masukan zat gizi yang
seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam makanan.
5.3. Konsumsi Energi dan Protein Mahasiswa