permohoan kepada Menteri dan telah mendapat keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
- Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indaonesia
Pada tenggal 07 Oktober 2011 Yang mana dari saat pendiri menghadap kehadapan Notaris pada tenggal 09
September 2011 sampai tanggal 07 Oktober 2011, tentunya pengesahan ini berjarak 28 duapuluh delapan hari, ini berarti telah sesuai dari apa yang
diamanahkan oleh undang-undang paling lambat 60 enam puluh hari.
95
BAB V P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Sebuah pendirian Perseroan Terbatas tidak bisa terlepas pada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai payung hukum Perseroan Terbatas, dalam Undang-Undang ini mengatur syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam Pendiriannya, sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 7 ayat 1 UUPT yang menyebutkan
“Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan Akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”,
sebagaimana bunyi pasal tersebut harus didirikan oleh 2 dua orang atau lebih, ini artinya perseroan tidak boleh didirikan oleh seorang saja.
Selain yang sudah disebutkan diatas pendirian Perseroan Terbatas tidak bisa terlepas dari peran Notaris, seperti yang termaktub dalam Pasal 7 ayat 1 diatas
bahwa pendirian PT harus dengan Akta Notaris. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang
menyebutkan “Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta
Autentik dan mewakili kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-
undang lainnya”. Dari awal pada saat para pendiri Perseroan Terbatas menghadap kehadapan
Notaris, mulai saat itulah Notaris bertanggung jawab untuk menjalankan apa
yang di mohonkan penghadap dan diperintahkan undang-undang, dalam hal ini pembuatan akta Pendirian Perseroan Terbatas dari awal hingga Pengumuman
atau Pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menjadi tanggung jawab Notaris.
2. Dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya memang Notaris sering kali
masih mendapatkan hambatan-hambatan, baik itu hambatan secara teknis danatau non-teknis, hingga hambatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab
para penghadap dengan itikad tidak baik. Notaris masih sering kali disangka telah berbuat tidak sesuai undang-undang, dan harus mengikuti proses
persidangan untuk memberikan keterangan atas apa yang disangkakan kepadanya pada saat menjalankan tugasnya. Hal ini tentu membuat Notaris
kehilangan waktu, tenaga dan juga biaya. Notaris tidak sepenuhnya dapat melihat apakah klien yang datang menghadap
kepadanya pasti memiliki itikad baik atau malah sebaliknya, sehingga sering kali Notaris terjebak dalam situasi dimana klien yang bersangkutan ternyata
memiliki itikad tidak baik. Memang kewajiban yang diberikan kepada Notaris tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang baik, karena hal tersebut rupanya
sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang beritikad tidak baik untuk kepentingan mereka sendiri dan merugikan pihak-pihak lain. Disinilah
sangat diperlukan ketelitian dan kehati-hatian Notaris dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya pada saat memeriksa dokumen dan memperhatikan
gerak-gerik para penghadap.
B. Saran
Dari apa yang penulis bahas tentunya dalam penulisan Skripsi ini ada hal-hal
yang menurut hemat penulis perlu untuk menuangkan apa yang penulis pahami.
1. Dari semua kewenangan yang diberikan kepada Notaris ada perlunya untuk
mencegah hal-hal yang tidak diingankan dari itikad tidak baik penghadap, selain kewenangan memeriksa berkas para penghadap Notaris diberi
kewenangan untuk meninjau langsung lapangan Perseroan Terbatas yang akan didirikan.
2. Sebaiknya Para Notaris diberikan pelatihan keahlian dalam membaca gerak-
gerik seseorang membaca gestur, demi mencegah hambatan-hambatan yang akan mengganggu peran Notaris dikemudian hari karena itikad tidak baik para
penghadap.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
A.R, Putri. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, cet. 1. Jakarta: Softmedia, 2011. Adjie, Habbib. Hukum Notaris Indonesia, cet. 2. Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
____________. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia Kumpulan tulisan tentang Notaris dan PPAT, cet.1. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.
____________. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, cet. 2. Bandung: Refika Aditama, 2009.
____________. Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, cet. 1. Bandung: Refika Aditama, 2011.
____________. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UUJN, cet. 3. Bandung: Refika Aditama, 2011.
Budiyono, Tri. Hukum Perusahaan, cet. 1. Salatiga: Griya Media, 2011. Fuady, Menurut. Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator
dan Pengurus, cet. 1. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005. Ghofur, Abdul Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2. Yogyakarta: UII
Press, 2010. Ginting, Jamin Ginting. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2007. Harris, Freedy dan Teddy Anggoro. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1. Bogor: Ghalia
Indoenesia, 2010. Irianto, Sulistyowati Dan Sidharta. Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009. Lumban, G. H. S. Tobing. Peraturan Jabatan Notaris, cet. 4. Jakarta: Erlangga, 1996.
Mahmud, Peter Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005. Manan, Abdul. Aspek-aspek pengubah Hukum, cet. 1. Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006.