Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Di Jerman menggunakan istilah Aktien Gasellschaft - Aktien, artinya saham - Gasellschaft, artinya himpunan Di Indonesia Menurut Rudy Prasetyo, istilah Perseroan Terbatas sebenarnya mengawinkan antara sebutan yang digunakan hukum Inggris menampilkan segi tanggung jawab dan Jerman menonjolkan segi saham - Perseroan, artinya modal Perseroan Terbatas yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UUPT. - Terbatas, artinya tanggung jawab pemegang saham terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 1 UUPT. Dari uraian diatas sudah dijelaskan tentang istilah PT dari beberapa negara, di Indonesia sendiri seperti sudah di singgung di atas Perseroan Terbatas di atur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 1 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu: 5 “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dan modal dasar yang seluruhnya 5 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1, Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti, 2007, hal. 174 terbagi dalam saham-saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini s erta peraturan pelaksananya”. Bagaimana Cara Mendirikan PT. 6 Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya sedikit menengok ke masa lalu pada saat masih berlakunya peraturan lama mengenai PT yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, Buku Kesatu Bab III Bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan Terbatas atau sebelum berlakunya UU No.1 Tahun 1995. Seharusnya ada dua pasal lagi, namun Pasal 57 dan 58 telah dihapuskan dengan staatsblad 1938 No. 276. Berdasarkan undang-undang tersebut, mendirikan suatu perusahaan yang berbentuk PT, diperlukan suatu proses atau tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu perusahaan berdiri dan memperoleh status sebagai badan hukum yang sah. Bila dianalogikan misalnya seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal, dia dibuatkan akta kelahiran sebagai bukti tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk menentukan bahwa di kemudian hari setelah berusia tertentu, bisa dinyatakan dewasa dalam pengertian hukum dan sebagai “subjek hukum” dia dinyatakan “cakap”bekwaam untuk melakukan perbuatan hukum. Demikian juga dengan Perseroan Terbatas yang baru didirikan atau baru “lahir”, maka sebagai “artificial persoon” atau “persoon in law” yang merupakan 6 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan dan Undan-Undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha,cet. 3,Jakarta: Kesaint Blanc, 2003, hal. 148 “orang” dalam pengertian hukum, di perlukan Akta Pendirian yang dibuat oleh Notaris. Dalam perjanjian pendirian PT diperlukan Akta Notaris karena UUPT mengharuskan pendirian PT dilakukan dalam bentuk Akta Notaris, selain karena Akta Notaris adalah Akta Atentik. Dalam hukum pembuktian, akta autentik dipandang sebagai suatu alat bukti yang mengikat dan sempurna. 7 Artinya bahwa apa yang ditulis didalam akta tersebut harus dipercaya kebenarannya dan tidak memerlukan tambahan alat bukti lain. Jika yang diajukan bukan akta notaris maka permohonan pengesahan akta pendirian PT dapat ditolak oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, sehingga akan berakibat PT tersebut tidak pernah ada. Hal demikian sebagaimana diuraikan dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris yang memberikan ketentuan tentang definisi notaris serta apa yang menjadi tugas notaris, yaitu ; 8 “Notaris adalah pejabat umum oenpenbaar ambtenaar yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta-akta tentang tindakan, perjanjian dan keputusan-keputusan yang oleh undang-undang umum diwajibkan, atau para yang bersangkutan supaya dinyatakan dalam suatu surat autentik, menetapkan tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan gross salinan sah, salinan dan kutipannya, semua itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga diwajibkan kepada pejabat atau khusus menjadi kewajiban”. Dalam Pasal 1 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan, yaitu ; 7 R. Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1978, hal. 27 8 http:www,jimlyschool.comreadanalisis384notaris-openbare-amtbtenaren-sofyan- sofyan. Diakses 03 Juli 2014 pukul 21.00 “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya ”. Dari ketentuan Peraturan Jabatan Notaris Maupun Undang-Undang Jabatan Notaris dapat diambil kesimpulan bahwa tugas pokok dari Notaris adalah membuat akta-akta autentik, dimana akta autentik menurut Pasal 1870 BW Burgelijk Wetboek memberikan kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu perjanjian yang mutlak oleh undang-undang, dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat penting bagi pihak-pihak yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu keperluan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha yaitu kegiatan dibidang usaha. 9 Kebutuhan akan notaris terutama pada bidang usaha, khususnya dalam tumbuh kembangnya Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, terutama pada pendiriannya. Oleh masyarakat global saat ini merupakan kebutuhan yang primer, karena dengan adanya campur tangan Notaris maka perlindungan hukum dapatdicapai disamping memenuhi ketentuan undang-undang, dalam hal ini khususnya Undang-Undang Perseroan Terbatas UUPT. Dengan demikian kehadiran akta autentik yang merupakan sebuah produk hukum yang dilahirkan 9 R. Soegando Notodisoejo, Hukum Notarian di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta: CV. Rajawali, hal. 8 oleh notaris adalah terciptanya konsep kepastian hukum yang merupakan cikal bakal keadilan. Atas permasalahan-permasalahan tersebutlah penulis membuat karya ilmiah ini yang berjudul “MEKANISME PENDIRIANPERSEROAN TERBATAS PT. UMAT POWER Pada Notaris PPAT Dradjat Darmadji, S.H., di Jakarta ”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Peran dan Tanggung JawabNotaris dalam PendirianPerseroan Terbatas PT. Umat Power b. Upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dalam mengatasi hambatan- hambatan dalam melakukan Peran dan Tanggung Jawab sebagai Notaris c. Peraturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan mengenai Perseroan Terbatassangatlah luas. Agar pembahasan permasalahan karya ilmiah ini tidak melebar dan lebih fokus pada masalah, maka penulis membatasi masalah karya ilmiah ini hanya kepada Peran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas, yang akan ditinjau dari, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Melihat banyaknya Notaris di seluruh Indonesia, maka penulis menggunakan objek penelitian pada Notaris PPAT Dradjat Darmadji, SH., di Jakarta.

3. Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka pembahasan Skripsi ini akan membahas mengenai “MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT. UMAT POWER Pada Notaris PPAT Dradjat Darmadji, S.H., di Jakarta ” yang pembahasannya akan dibagi pada: a. Apa Perandan Tanggung JawabNotaris dalam PendirianPerseroan TerbatasPT. Umat Power ? b. Apa upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dalam mengatasi hambatan- hambatan dalam melakukan Peran dan TanggungJawabnya sebagai Notaris dalam Pendirian PT. Umat Power ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada sub bab ini penulis membagi menjadi dua pembahasan, yaitu tujuan dan manfaat penelitian, yang penjelasannyasebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan penulisan secara umum dan tujuan penulisan secara khusus. Adapun penjabaran dari tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan gambaran umum mengenai Pendirian Perseroan Terbatas serta aspek hukum yang berkaitan dengan Peran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1 Untuk mengetahui Peran dan tanggung jawab Notaris dalam pendirian Perseroan Terbatas 2 Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam melakukan Peran dan Tanggung Jawabnya sebagai Notaris 3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan Notaris dalam pendirian Perseroan Terbatas

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat,baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: a. Secara praktis : 1 Akademis Memberikan tambahan pengetahuan mengenai Peran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas yangterindikasi bermasalah melalui analisa undang-undang serta memberikan pengetahuan tentang akibat yang terjadi apabila terjadi hambatan- hambatan kondisi yang demikian. 2 Masyarakat Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat mengenai prosedur dan tata cara pendirian Perseroan Terbatas dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pendiriannya. Hal ini juga diharapkan dapat memberikan rasa aman dan mudah sehingga meningkatkan daya kreatifitas masyarakat untuk lebih mengembangkan usahanya dalam bentuk Perseroan Terbatas. 3 Pemerintah Memberikan saran untuk pengembangan danatau pembaharuan peraturan-peraturantentang Pendirian Perseroan Terbatas. 4 Profesional Sebagai bahan tinjauan bagi Notaris sebagai pejabat yang berwenang dalam hal ini Pendirian Perseroan Terbatas, sehingga memperkaya pengetahuannya tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalm mengatasi hambatan-hambatan yang ada. b. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi, sumbangan dan manfaat teoritis bagi perkembangan ilmu hukum mengenai pendirian Perseroan Terbatas.