Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian .1 Lokasi Penelitian Definisi Operasional

23 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah studi analitik observasional dengan desain penelitian kasus kontrol yang bertujuan untuk menilai hubungan kualitas fisik rumah dengan kejadian ISPA dengan cara membandingkan kualitas fisik rumah sekelompok orang yang menderita ISPA kasus dan sekelompok orang yang tidak menderita ISPA kontrol. Rancangan penelitian kasus kontrol dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor risiko + Retrospektif Efek + Kasus Faktor risiko - Populasi Faktor risiko + Sampel Retrospektif Efek - Kontrol Faktor risiko - Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian Kasus Kontrol Tahap-tahap penelitian kasus kontrol ini adalah sebagai berikut Nasir dkk, 2011: 1. Identifikasi variabel-variabel penelitian faktor risiko dan efek. 2. Menetapkan subjek penelitian populasi dan sampel. 3. Identifikasi kasus. Universitas Sumatera Utara 4. Pemilihan subjek sebagai kontrol. 5. Melakukan pengukuran restrospektif melihat ke belakang untuk melihat faktor resiko. 6. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket, Karo, Sumatera Utara yang terdiri dari 17 desa. Adapun alasan penulis mengadakan penelitian di Kecamatan Tiganderket adalah: a. Kecamatan Tiganderket merupakan salah satu kecamatan yang berada di bawah radius 10 km dari Gunung Sinabung. b. Kecamatan Tiganderket tidak mengalami relokasi pasca erupsi Gunung Sinabung. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai dari Februari sampai dengan Juni 2015. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah yang pernah menderita ISPA dan berobat di wilayah kerja puskesmas Tiganderket mulai dari Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 sebanyak 3504 kasus. Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Sampel

a. Sampel kasus dalam penelitian ini adalah semua penderita ISPA dan terpilih sebagai sampel yang pernah berkunjung ke Puskesmas Tiganderket pada tahun 2014. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut Dahlan, 2005: 2 2 d .p.q z α n  Keterangan : n = Besar Sampel z  = Deviasi normal standar ditentukan. Karena  yang ditentukan sebesar 5 maka z  = 1,96 Q = Probabilitas gagal atau yang tidak mengalami kasus sebesar 1-p maka q = 1 - 0,2 = 0,8 d = Tingkat kecermatan yang diinginkan ditentukan sebesar 0,1 p = Prevalensi penderita ISPA sebesar 0,2 Berdasarkan perhitungan rumus di atas maka besar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut: n = 2 2 1 , 8 , 2 , 96 , 1 x x = 01 , 614656 , = 61,5 dibulatkan menjadi 62 Pengambilan sampel dilakukan dengan pembagian kelas berdasarkan pada jumlah sampel minimal yaitu 62 dibagi dengan jumlah desa di Kecamatan Universitas Sumatera Utara Tiganderket yaitu 17 desa, sehingga diperoleh hasil 4 desa. Distribusi sampel penelitian diambil dari 4 desa dengan kasus ISPA terbanyak sepanjang tahun 2014. Sampel ditentukan secara Proportional Random Sampling. Cara pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah Arikunto, 2006. Tabel 3.1. Distribusi Sampel Penelitian No. Desa Populasi Kasus Perhitungan Sampel 1. Tiganderket 748 29 15 2. Tanjung Merawa 386 3. Sukatendel 262 10 4. Narigunung II 215 8 Total 1611 62 b. Sampel kontrol adalah sampel yang tidak menderita ISPA. Sampel kontrol diambil dengan perbandingan 1:1 dengan kasus. Kelompok kontrol yang diambil adalah tetangga kelompok kasus yang memiliki usia yang sama agar mempermudah pengumpulan data penelitian. Sampel dari kelompok kasus sebanyak 62 orang dan kelompok kontrol juga 62 orang.Total sampel adalah sebanyak 124 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

3.4.1.1 Data Primer

Universitas Sumatera Utara Data diperoleh dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan responden melalui pengisian kuesioner serta observasi langsung.

3.4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh adalah data dari: 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. 2. Data Dari Puskesmas Kecamatan Tiganderket untuk mengetahui secara pasti kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Tiganderket.

3.4.2 Cara Pengumpulan Data

1. Melakukan verifikasi data mengenai penderita ISPA ke Puskesmas Kecamatan Tiganderket. 2. Memilih penderita ISPA sesuai jumlah yang diperlukan untuk penelitian. 3. Melakukan wawancara, observasi dan pengukuran terhadap lingkungan fisik rumah dan perilaku penghuni. 3.4.3 Batasan-batasan dan Kriteria Kasus dan Kontrol 3.4.3.1 Batasan-batasan Kasus dan Kontrol 1. Kasus Kasus adalah penderita ISPA yang datang berobat ke Puskesmas Kecamatan Tiganderket yang telah didiagnosa oleh dokter. 2. Kontrol Adapun kontrol atau non kasus adalah orang yang tinggal dekat dengan kasus yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas kecamatan Tiganderket yang tidak didiagnosa menderita ISPA. Universitas Sumatera Utara

3.4.3.2 Kriteria Kasus dan Kontrol

1. Kasus a. Kriteria Inklusi 1. Penderita ISPA yang pernah mengalami ISPA pada tahun 2014. 2. Penderita ISPA berdomisili tetap di desa di kecamatan Tiganderket sejak Februari 2014. 3. Kondisi rumah penderita ISPA ketika diobservasi masih sama dengan kondisi rumah pada tahun 2014. 4. Penderita ISPA berada di range usia 20-60 tahun. 5. Penderita ISPA bersedia menjadi subyek penelitian. b. Kriteria Eksklusi 1. Penderita ISPA yang berdomisili di luar kecamatan Tiganderket. 2. Penderita ISPA yang menderita ISPA sejak Januari-Mei 2015. 3. Kondisi rumah penderita ISPA ketika diobservasi tidak sama dengan kondisi rumah pada tahun 2014. 4. Penderita ISPA yang berusia di bawah 20 tahun dan diatas 60 tahun. 5. Penderita ISPA yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian. 2. Kontrol a. Kriteria Inklusi 1. Satu orang tetangga terdekat kasus dan tidak menderita ISPA menurut diagnosa dokter. Universitas Sumatera Utara 2. Kontrol berada di range usia 20-60 tahun. 3. Berdomisili tetap di desa sejak Februari 2014. 4. Kondisi rumah kontrol ISPA ketika diobservasi masih sama dengan kondisi rumah pada tahun 2014. 5. Bersedia menjadi subyek penelitian. b. Kriteria Eksklusi 1. Berasal dari luar wilayah kecamatan Tiganderket. 2. Kondisi rumah kontrol ISPA ketika diobservasi tidak sama dengan kondisi rumah pada tahun 2014. 3. Tidak bersedia menjadi subyek penelitian.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini akan memberikan penjelasan dan batasan mengenai variabel yang akan diteliti. 1. Umur Usia responden dalam penelitian ini yang dimulai dari usia 20 tahun sampai 60 tahun. 2. Jenis Kelamin Status seksual responden yang dibedakan dalam kategori Laki-laki dan Perempuan. 3. Status Pernikahan Status pernikahan responden yang dibedakan dalam kategori Menikah dan Belum Menikah. 4. Pendidikan Universitas Sumatera Utara Jenjang pendidikan responden, dikategorikan sebagai berikut: a Tamat SD b Tamat SLTP c Tamat SLTA d Tamat Perguruan TinggiAkademi 5. Pekerjaan Kegiatan pekerjaan responden, dikategorikan sebagai berikut: a Tidak Bekerja b Berusaha SendiriWiraswasta c Petani d Pegawai Swasta e Pegawai Negeri Sipil 6. Jumlah Penghuni Rumah Jumlah orang yang tinggal menetap didalam rumah dan tinggal bersama. 7. Alamat Desa Tempat Tinggal Alamat desa tempat tinggal responden, yang terdiri dari: a Desa Tiganderket b Desa Tanjung Merawa c Desa Sukatendel d Desa Tapak Kuda 8. Kondisi lantai adalah keadaan kebersihan lantai rumah yang terlihat pada saat observasi, apakah berdebu atau tidak, dikategorikan menjadi: a 0. Tidak memenuhi syarat apabila lantai rumah berdebutidak bersih. Universitas Sumatera Utara b 1. Memenuhi syarat apabila lantai rumah tidak berdebubersih. 9. Kondisi dinding adalah jenis atau bahan yang digunakan untuk membuat dinding rumah, dikategorikan menjadi: a 0. Tidak memenuhi syarat apabila dinding kayu, papan, batako. b 1. Memenuhi syarat apabila dinding terbuat dari tembok. 10. Luas Ventilasi adalah hasil pengukuran luas lubang angin yang dibandingkan dengan luas lantai menggunakan rollmeter, dikategorikan menjadi: a 0. Tidak memenuhi syarat apabila luas ve ntilasi 10 luas lantai. b 1. Memenuhi syarat apabila luas ventilasi ≥10 luas lantai. 11. Kelembaban adalah kadar uap air yang terkandung dalam rumah yang diukur dengan hygrometer, dikategorikan menjadi: a 0. Tidak memenuhi syarat apabila kelembaban 40 atau 70. b 1. Memenuhi syarat apabila kelembaban 40-70. 12. Suhu adalah derajat panas dingin rumah yang diukur dengan termometer ruangan, yang dikategorikan menjadi: a 0. Tidak memenuhi syarat apabila suhu 18˚C dan 30˚C. b 1. Memenuhi syarat apabila suhu berkisar 18˚C-30˚C 13. Kepadatan Hunian adalah jumlah penghuni yang menempati luas kamar dalam meter per segi, dikategorikan menjadi: a 0. Padat apabila terdapat 2 orang per 8m². b 1. Tidak padat apabila terdapat ≤2 orang per 8m². 14. Membersihkan rumah adalah kegiatan yang dilakukan penghuni rumah untuk menjaga kebersihan rumah, yang terdiri dari: Universitas Sumatera Utara a Menyapu Rumah Menyapu ≥2 kali dalam sehari dikategorikan sebagai menyapu, sedangkan menyapu 2 kali dalam sehari dikategorikan tidak menyapu. b Mengepel Rumah Mengepel 7 kali dalam seminggu dikategorikan sebagai mengepel, sedangkan mengepel 7 kali dalam seminggu dikategorikan tidak mengepel. 15. MenutupMembuka jendela adalah kegiatan yang dilakukan untuk pertukaran udara dalam rumah melalui jendela, yang terdiri dari: a 0. Membuka Jendela b 1. Menutup Jendela 16. Kebiasaan merokok adalah rutinitas penghuni rumah dalam hal mengkonsumsi rokok, yang terdiri dari: a 0. Merokok b 1. Tidak Merokok 17. Kejadian ISPA pasca erupsi Gunung Sinabung adalah keadaan infeksi saluran pernafasan akut dengan adanya gelaja batuk, pilek, serak, demam, sakit tenggorokan yang dapat berlangsung 14 hari, yang terdiri dari: a 0. Penderita ISPAkasus ISPA b 1. Bukan Penderita ISPAkontrol ISPA 3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Kondisi Lantai

Dokumen yang terkait

Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung

7 50 200

Potensi Seed Bank Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang Pasca Letusan Tahun 2010

1 64 73

Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Unsur Hara Makro di Kabupaten Karo

3 81 38

Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Hara P Oleh Tanaman Jagung Serta Terhadap Respirasi Mikroorganisme Pada Tanah Dystrandepts

3 88 65

Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara

6 97 49

Keanekaragaman dan Konservasi Vegetasi Hutan Gunung Sinabung Untuk Pembangunan Berkelanjutan

0 30 31

Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Tahun 2015

0 0 59

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA - Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Ta

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Tahun 2015

0 0 9

HUBUNGAN KUALITAS FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PASCA BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN TIGANDERKET KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 2015

0 0 14