3. ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun. 2.1.3 Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenza. Virus penyebab ISPA antara lain Influenza, Adenovirus, dan Sitomegalovirus.
Jamur yang dapat menyebabkan ISPA antara lain Aspergillus sp., Candida albicans, dan Histoplasma. Sedangkan aspirasi lain yang juga dapat menjadi
penyebab ISPA adalah makanan, asap kendaraan bermotor, BBM bahan bakar minyak biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, dan benda asing
seperti biji-bijian Widoyono, 2008. Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga
disebabkan oleh bahan-bahan seperti aspirasi minyak mineral, inhalasi bahan- bahan organik atau uap kimia seperti Berillium, inhalasi bahan-bahan debu yang
mengandung alergen, seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas tebu di pabrik gula, obat Nitrofurantoin, Busulfan, Metotreksat, radiasi
dan Desquamative interstitial pneumonia, Eosinofilic pneumonia Alsagaff dan Abdul, 2010.
2.1.4 Tanda dan Gejala Klinis ISPA
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian
besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan
Universitas Sumatera Utara
bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru
pneumonia, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik akan menyebabkan kematian Fuad, 2008.
2.1.5 Faktor Resiko ISPA
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Maryani 2012 secara umum terdapat 3 faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu
anak, dan faktor perilaku. 2.1.5.1 Faktor Lingkungan
a. Pencemaran Udara dalam Rumah Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan
ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain.
b. Luas Ventilasi Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari
ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan.
2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat- zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
Universitas Sumatera Utara
3. Menyuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang. 4. Menyuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata. c. Pencahayaan
Pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
d. Kualitas udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:
1. Suhu udara nyaman berkisar 18 -30
Celcius. 2. Kelembaban udara berkisar antara 40-70.
3. Konsentrasi gas CO² tidak melebihi 0,10 ppm24 jam. 4. Pertukaran udara=5 kaki kubik per menit per penghuni.
5. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mgm³. e. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan hunian dalam rumah menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, kepadatan
hunian ruang tidur minimal luasnya 8m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut
diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam
rumah yang telah ada.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2 Faktor Individu Anak
Faktor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA terkhusus pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a. Umur Anak b. Berat Badan lahir
c. Status gizi d. Vitamin A
e. Status Imunisasi
2.1.5.3 Faktor Perilaku
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Peran aktif keluarga dan masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam
masyarakat atau keluarga Maryani, 2012. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok
Notoatmodjo, 2007: 1 Perilaku pemeliharaan kesehatan health maintanance atau usaha seseorang
untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari
3 aspek :
Universitas Sumatera Utara
a Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan jika telah sembuh dari penyakit.
b Perilaku peningkatan kesehatan. c Perilaku gizi, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2 Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut perilaku pencarian pengobatan health seeking behavior.
3 Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons terhadap lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Perilaku ini antara lain mencakup : a Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut
segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya. c Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
d Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
e Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk vektor, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Cara Penularan ISPA