Penilitian Terdahulu Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak di Indonesia

14 Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Hal ini akan berpengaruh terhadap kewajiban mereka dalam membayar pajak, dimana mereka lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu daripada melaksanakan kewajiban mereka dalam membayar pajak. Dalam situasi seperti ini maka dimungkinkan akan terjadi tingkat penggelapan pajak yang tinggi oleh wajib pajak. Annan et al. 2010 menganalisis faktor-faktor penentu yang berkontribusi terhadap tingkat penggelapan pajak di Ghana periode 1970-2010. Dengan menggunakan metode Auto Regressive Distributed Error Correction Model dan uji kointegrasi bound testing, berdasarkan hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa tingkat inflasi di Ghana berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penggelapan pajak. Dimana semakin tinggi tingkat inflasi maka tingkat penggelapan pajak pun meningkat.

2.2 Penilitian Terdahulu

Kajian dan analisis mengenai pengaruh faktor ekonomi terhadap kepatuhan pajak ataupun penggelapan pajak yang pertama kali dilakukan oleh Becker 1968 dengan memperkenalkan pendekatan teori ekonomi kriminal, dimana individu diasumsikan akan memaksimalkan utilitas ekspektasinya melalui suatu permainan penghindaran pajak dengan melakukan underreporting. Jumlah penghasilan yang digelapkan tergantung pada probabilitas audit dan besarnya denda. Selanjutnya Universitas Sumatera Utara 15 penelitian tersebut dikembangkan oleh Allingham dan Sandmo 1972 yang dikenal dengan model pendekatan penggelapan pajak yang menggunakan konsep expected utility untuk menjelaskan perilaku kepatuhan wajib pajak. Mereka menggunakan variabel-variabel yang dikenal sebagai faktor ekonomi, yaitu: penghasilan sebelum pajak, tarif pajak, besarnya peluang untuk diperiksa dan besarnya penalti. Keputusan melaporkan pajak merupakan suatu keputusan dalam ketidakpastian sebab tidak melaporkan pendapatan secara penuh tidak secara otomatis mendapat penalti. Wajib pajak dapat memilih untuk melaporkan semua pendapatan aktualnya atau melaporkan dengan jumlah lebih sedikit. Keputusan mengenai jumlah pendapatan yang dilaporkan tergantung pada utilitas ekspektasi wajib pajak. Utilitas ekspektasi dianggap dapat dihitung yang merupakan utilitas tertimbang dari kegiatan melaporkan seluruh pendapatan dan melaporkan sebagian pendapatan dengan risiko terkena penalti. Keputusan kepatuhan pajak dalam model A-S adalah menentukan jumlah pendapatan yang akan dilaporkan agar dapat memaksimalkan utilitas ekspektasinya pada tataran perilaku penghindar risiko. Bagaimanapun jumlah pendapatan yang dilaporkan dengan jumlah pendapatan yang sebenarnya adalah ambigu. Yitzhaki 1974 membuat model penggelapan pajak yang berbeda dengan memfokuskan pada dampak substitusi subsitution effect dari penalti. Argumen yang digunakan, yaitu jika tarif penalti berhubungan secara proporsional dengan tarif pajak, maka dampak subtitusi dapat dihilangkan, yang ada hanya lah dampak pendapatan. Dengan demikian, tidak terjadi ambigu. Universitas Sumatera Utara 16 Pada tataran teori sebagaimana model A-S yang dimodifikasi oleh Yitzhaki 1974, tarif pajak dianggap mempengaruhi secara negatif terhadap kepatuhan pajak, yaitu semakin besar tarif pajak, kepatuhan pajak akan semakin menurun yang menyebabkan penggelapan pajak meningkat. Hal ini didukung oleh beberapa temuan empirik yang memperlihatkan penurunan kepatuhan pajak seiring meningkatnya tarif pajak Clotfelter,1983. Hasil penelitian empiris lain menemukan hasil yang berbeda hubungan antara tarif pajak dengan kepatuhan pajak, menemukan hubungan positif antara tarif pajak dengan kepatuhan pajak Andreoni et al.,1998. Sejumlah penelitian empiris juga sudah dilakukan untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor yang mempengaruhi penggelapan pajak. Tanzi 1983 melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan moneter yaitu dengan menganalisis permintaan uang kartal Currency Demand. Dia mengestimasi ekonomi bayangan atau ekonomi bawah tanah dan penggelapan pajak di Amerika Serikat pada periode 1929-1980. Pendekatannya menunjukkan bahwa dalam ekonomi bayangan atau ekonomi bawah tanah, transaksi yang selalu digunakan adalah dengan pembayaran tunai, hal ini dilakukan agar tidak meninggalkan jejak yang akan dapat dilacak oleh otoritas moneter. Peningkatan tingkat ekonomi bayangan atau ekonomi bawah tanah menunjukkan peningkatan permintaan terhadap mata uang. Selain itu, Annan et al. 2010 menganalisis faktor-faktor penentu yang berkontribusi terhadap tingkat penggelapan pajak di Ghana periode 1970-2010. Mereka menggunakan pendekatan moneter dan diperoleh estimasi dari ekonomi Universitas Sumatera Utara 17 bawah tanah dan tingkat dari penggelapan pajak. Dengan menggunakan metode Auto Regressive Distributed Error Correction Model dan uji kointegrasi bound testing, berdasarkan hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa rata-rata tarif pajak, umur, dan inflasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak sementara pendapatan riil perkapita dan jenis kelamin memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak. Schneider et al. 2008 menganalisis karakteristik dari tarif pajak dan penggelapan pajak dalam jangka panjang diItali periode 1980-2004. Mereka menggunakan teknik kointegrasi, ditemukan bahwa tarif pajak yang sebenarnya dan penggelapan pajak saling mempengaruhi satu sama lain. Mereka menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang tarif pajak merupakan salah satu penentu dari penggelapan pajak.

2.3 Kerangka Konseptual