Analisis Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak di Indonesia

29 200 400 600 800 1000 1200 1400 2011 2012 2013 PPn dan PPnBM PBB Cukai Pajak Lainnya Pajak Perdagangan Internasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dipaparkan hasil perhitungan dan analisis bagaimana hubungan yang terjadi antara tarif pajak, pendapatan riil perkapita, dan inflasi terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia pada tahun 1999-2013 berdasarkan metodologi penelitian yang telah dikemukakan pada Bab III.

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Penerimaan Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar untuk membiayai pengeluaran negara. Bila Pemungutan pajak ditingkatkan, maka secara otomatis penerimaan negara akan bertambah besar, dengan demikian pemerintah akan lebih leluasa dalam membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan. Sumber: Kementrian Keuangan diolah Gambar 4.1 Realisasi Penerimaan Pajak Menurut Jenis Pajak Di Indonesia Tahun 2011-2013 Dalam Triliun Universitas Sumatera Utara 30 Penerimaan pajak tahun 2013 diprediksi jauh dari target pencapaian yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan Negara Perubahan APBN-P 2013. Dari target Rp. 1.139,32 triliun yang ditetapkan, diprediksi capaian realisasi total penerimaan pajak sampai akhir tahun hanya mencapai Rp. 1.040,32 triliun atau sebesar 91.31 dari target. Ini merupakan titik terendah realisasi pencapaian target penerimaan pajak dalam tiga tahun terakhir ini. Hampir semua jenis penerimaan pajak tidak akan mencapai target yang sudah ditetapkan kecuali untuk pajak penghasilan PPh Migas yang diprediksi akan melampaui target yang ditetapkan. Realisasi penerimaan pajak yang mendapat sorotan adalah penerimaan Pajak Pertambahan Nilai PPn dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah PPnBM dan Pajak Perdagangan Internasional. Dari target Rp. 423,70 triliun yang ditetapkan untuk penerimaan PPn dan PPnBM, diperkirakan hanya akan tercapai sebesar Rp. 369,70 triliun atau sebesar 87,26. Dan untuk Pajak Perdagangan Internasional capaian realisasi penerimaan diperkirakan hanya sebesar Rp. 41,71 triliun atau sebesar 86,14 dari target yang ditetapkan.

4.1.2 Penggelapan Pajak

Permasalahan perpajakan terutama rendahnya target dan realisasi pada tiap tahun belum beranjak dari permasalahan yang sudah terjadi bertahun-tahun. Bahkan nyaris tidak ada permasalahan baru terutama permasalahan internal di otoritas perpajakan Indonesia. Rendahnya target pencapaian penerimaan pajak ditahun 2013 disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya ialah disebabkan oleh tingginya praktik Universitas Sumatera Utara 31 penghindaran pajak dan penggelapan pajak oleh wajib pajak badan dan pribadi. Global financial integrity 2011 merilis dari 2001-2010, total uang illegal yang keluar dari Indonesia sebesar US 103 miliar rata-rata tiap tahunnya kira-kira US 9.6 miliar atau Rp 100-110 triliun. Sumber: Global financial integrity diolah Gambar 4.2 Illegal Money Indonesia Tahun 2001-2011

4.1.3. Tax Ratio

Indonesia termasuk lower middle income country. Negara-negara dalam kelompok ini biasanya memiliki rata-rata tax ratio sebesar 19-26 dari PDB. Tax ratio yang merupakan persentase penerimaan perpajakan terhadap PDB menjadi ukuran penilaian kemampuan pemerintah dalam memungut pajak dan mengumpulkannya. 20 40 60 80 100 120 140 160 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Universitas Sumatera Utara 32 Table 4.1 Tax Ratio Menurut Sektor Tahun 2008-2012 Klasifikasi Lapangan Usaha Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 1.8 1.7 1.4 1.3 1.2 Pertambangan dan Penggalian 12.6 5.7 8.1 8.1 6.3 Industri Pengolahan 9.7 10.8 11.2 12.5 12.6 Listrik, Gas, dan Air Bersih 15.5 14.0 19.1 20.0 13.5 Konstruksi 4.3 3.6 3.5 3.8 3.2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9.7 9.5 9.6 10.4 10.3 Pengangkutan dan Komunikasi 10.6 8.4 7.9 7.5 7.1 Keuangan, Real Estate Jasa Perusahaan 19.4 19.7 19.8 18.3 18.0 Jasa-jasa 5.4 5.3 4.5 4.5 4.2 Sumber: Kementerian Keuangan, Republik Indonesia diolah Tingginya praktek penghindaran pajak dan penggelapan pajak disektor industri ekstraktif pertambangan, penggalian dan sektor industri pengolahan sudah sangat memprihatinkan. Sektor pertambangan dan penggalian, pada tahun 2012 memberikan sumbangan terhadap tax ratio hanya sebesar 6,3. Dimana total penerimaan pajak disektor pertambangan dan penggalian tahun 2012 hanya sebesar 60,73 triliun, padahal PDB untuk sektor ini sudah sebesar Rp. 970,6 triliun. Dalam praktiknya, sektor ini sangat rawan teradinya praktik-praktik penghindaran pajak dan penggelapan pajak terutama untuk sub sektor migas dan sub sektor pertambangan batu bara. Penerimaan pajak dari sub sektor migas jauh dibawah potensi ekonomi yang dimiliki oleh sektor ini. Lemahnya regulasi dan sistem pengawasan disektor migas dan transparansi yang kurang serta praktik-praktik penghindaran pajak dan penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaan migas merupakan tindakan yang sangat merugikan keuangan negara. Universitas Sumatera Utara 33

4.1.4 Tarif Pajak Rata-Rata

Tarif pajak merupakan variabel yang sering menjadi objek kebijakan, namun pemahaman terhadap permasalahan bagaimana perubahan tarif pajak mempengaruhi kepatuhan pajak masih terbatas. Berikut adalah tarif pajak rata-rata Indonesia tahun1999-2013: Sumber: World Bank diolah Gambar 4.3 Average Tax Rate Indonesia Berdasarkan gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa tarif pajak rata-rata Indonesia dari tahun 1999-2004 berada pada nilai 30, kemudian meningkat pada tahun 2005-2008 sebesar 31.4. Pada tahun 2009-2011 tarif pajak rata-rata turun menjadi 28.7, kemudian pada tahun 2012-2013 mengalami peningkatan sebesar 31.4. Dengan tinggi nya tarif pajak rata-rata Indonesia membuat Indonesia kalah dalam perebutan FDI, selain itu juga memicu terjadinya penyimpangan- penyimpangan pajak melalui skema transfer pricing, royalty, dan rekayasa tax shifting lainnya, yang dapat menggerus penerimaan pajak negara ini. Fenomena ini 27 27.5 28 28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Universitas Sumatera Utara 34 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 menjadikan hambatan dalam iklim investasi dan daya saing negara. Karena pihak wajib pajak luar negri FDI selalu berusaha menggeser beban, akibatnya beban pajak menjadi tanggung jawab wajib pajak dalam negri sendiri.

4.1.5 Pendapatan Riil Perkapita

Sejak akhir 1970-an, Pemerintah Indonesia mulai memperlihatkan kesungguhan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak itu aspek pemerataan dalam trilogi pembangunan semakin ditekankan dan ini diidentifikasikan dalam delapan jalur pemerataan. Sudah banyak program-program dari pemerintah pusat hingga saat ini yang mencerminkan upaya tersebut, seperti program serta kebijkan yang mendukung pembangunan industri kecil, rumah tangga dan koperasi, Program Keluarga Sejahtera, Program KB, UMR, UMP, dan lain sebagainya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, pendapatan rata-rata perkapita di Indonesia mengalami suatu peningkatan yang pesat. Sumber: world bank diolah Gambar 4.4 Pendapatan Riil Perkapita Indonesia Tahun 1980-2013 dalam US Universitas Sumatera Utara 35 Dari Gambar 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa dibandingkan pada tahun 1980- 1998, pendapatan per kapita penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama dalam kurun waktu 7 tahun terakhir 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013. Indonesia mengalami pergerakan pendapatan perkapita sebagai berikut: 1. Sebelum tahun 1990, Indonesia masuk ke negara berpendapatan rendah low income countries , yaitu negara-negara yang pendapatan perkapita penduduknya US 785. 2. Pada tahun 1990-2013, pendapatan perkapita penduduk Indonesia meningkat antara US 785 –3.125. Dimana tahun 2011-2013, income per capita Indonesia mencapai lebih dari US2500. Tahun 2010 Perekonomian Indonesia memang sedang naik daun. Ketika dunia dilanda krisis, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh positif, bahkan hingga 4,5 persen pada 2009. Padahal, tahun itu banyak negara mengalami kemerosotan dalam perekonomian.

4.1.6 Inflasi

Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain tingkat inflasinya mencapai sekitar tiga sampai lima persen per tahun dalam periode 2005 sampai 2013, tingkat inflasi di Indonesia mencapai rata-rata 8.5 persen per tahun dalam periode yang sama. Universitas Sumatera Utara 36 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Bank Indonesia diolah Gambar 4.5 Inflasi Indonesia Tahun 1999-2013 Puncak volatilitas inflasi Indonesia berhubungan dengan kebijakan penyesuaian harga oleh pemerintah. Harga-harga energi bahan bakar minyak dan listrik ditetapkan oleh pemerintah dan oleh karena itu tidak mengikut kondisi pasar, yang berarti defisit yang muncul harus diserap oleh subsidi. Hal ini mengakibatkan tekanan besar pada defisit anggaran tahunan pemerintah dan juga membatasi pengeluaran publik dalam hal-hal produktif jangka panjang, seperti infrastruktur dan pengeluaran untuk soal sosial. Selain itu, mengatur ulang subsidi energi menaikkan harga energi dapat mengakibatkan timbulnya risiko politik karena keresahan sosial akan timbul bilamana ada tekanan inflasi. Salah satu ciri khas Indonesia adalah bahwa sebagian besar penduduknya berada sedikit di atas garis kemiskinan, yang Universitas Sumatera Utara 37 berarti bilamana kejutan inflasi yang relatif kecil terjadi, mereka akan jatuh ke bawah garis kemiskinan itu. Inflasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh keputusan pengurangan tidaknya subsidi tersebut. Bank Dunia memperkirakan kenaikan harga BBM sebanyak Rp 2,000 dapat menambahkan sekitar tiga poin persentase pada tingkat inflasi umum dan dapat menambahkan sekitar satu poin persentase pada inflasi inti. Kenaikan harga listrik diperkirakan akan menyebabkan efek yang lebih kecil 1 persen terhadap laju inflasi. Sebagai gambaran, Bank Indonesia menargetkan tingkat inflasi sebanyak 4.5 persen pada tahun 2013. Namun setelah kenaikan harga BBM dan listrik, inflasi naik menjadi 8.37 persen di akhir tahun yoy.

4.2 Uji Akar Unit