Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan umum tentang Penggelapan Pajak

6

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh tarif pajak terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh pendapatan riil perkapita terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia. 3. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah disimpulkan diatas, maka tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh tarif pajak terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia. 2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pendapatan riil perkapita terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia. 3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat penggelapan pajak di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi pengambil kebijakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan saran sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang sesuai untuk mengatasi masalah yang timbul dalam penggelapan pajak di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 7 2. Memberikan informasi bagi para akademis, diharapkan dapat memperluas wawasan berpikir, mengembangkan kemampuan analisis, mengaplikasikan teori ke dalam fakta yang terjadi dalam perekonomian, dan upaya pemecahan masalah penggelapan pajak di Indonesia. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan penggelapan pajak di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum tentang Penggelapan Pajak

Aktivitas ekonomi yang berlangsung di suatu negara dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu Recorded Economy dan Unrecorded Hidden Economy. Apabila kita tinjau dari pencatatan aktivitas ekonomi tersebut ke GDP, Unrecorded Economy inilah yang lebih sering kita dengar sebagai Underground Black Underground Economy . Menurut Silitonga dalam artikelnya yang berjudul Ekonomi Bawah Tanah dan Pengampunan Pajak mengatakan bahwa ekonomi bawah tanah adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang sengaja disembunyikan untuk menghindarkan pembayaran pajak. Menurut Feige 1990, pendapatan yang tidak dilaporkan kepada khususnya otoritas pajak, tentunya dengan maksud untuk menggelapkan menghindari tanggung jawab untuk membayar pajak tax evasion termasuk dalam golongan kegiatan ekonomi bawah tanah underground economy. Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang tidak benar yang dilakukan oleh wajib pajak mengenai kewajibannya dalam perpajakan. Menurut Xynas 2011, penggelapan pajak merupakan usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar ketentuan perundang-undangan yang dapat menghambat penerimaan negara unlawful. Universitas Sumatera Utara 9 Menurut Reskino, at al. 2013, Penggelapan pajak sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang. Dikarenakan melanggar undang-undang, penggelapan pajak ini dilakukan dengan menggunakan cara yang tidak legal. Menurut Sugiharti 2013, penggelapan pajak dapat berupa penggelapan oleh wajib pajak terdaftar yang melaporkan pendapatan lebih rendah dari seharusnya maupun kegiatan yang tidak terdaftar resmi atau perekonomian tersembunyi. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penggelapan pajak merupakan cara ilegal untuk tidak membayar pajak dengan melakukan tindakan menyimpang irregular acts dalam berbagai bentuk kecurangan yang dilakukan dengan sengaja dan dalam keadaan sadar. Mughal 2012 melakukan penelitian di 72 kota di Pakistan untuk mengetahui alasan wajib pajak menghindari atau menggelapkan pajak. Menurut Mughal ada 10 alasan orang melakukan penghindaran dan penggelapan pajak, diantaranya tidak adanya moralitas pajak, tarif pajak yang tinggi, buta penghitungan pajak, kurangnya penegak hukum, kurangnya insentif pajak, sistem pajak yang kurang adil dan efisien, tidak adanya sosialisasi, kurangnya hubungan antara wajib pajak dan pemerintah, kemiskinan, dan proliferasi pajak.

2.1.1 Teori-Teori Penentu Terjadinya Penggelapan Pajak

Kajian dan analisis mengenai pengaruh faktor ekonomi terhadap penggelapan pajak telah banyak dilakukan, yang pertama kali dilakukan oleh Becker 1968 dengan memperkenalkan pendekatan teori ekonomi kriminal economics of crime Universitas Sumatera Utara 10 dimana individu diasumsikan akan memaksimalkan utilitas ekspektasinya melalui suatu permainan penghindaran pajak dengan melakukan underreporting. Jumlah penghasilan yang digelapkan tergantung pada probabilitas audit dan besarnya denda. Selanjutnya teori tersebut dikembangkan oleh Allingham dan Sandmo 1972 yang dikenal dengan model A-S atau teori utilitas ekspektasi, dimana pembayar pajak diasumsikan sebagai pihak yang benar-benar tidak bermoral yang menyamakan keputusan apakah melakukan penggelapan pajak atau tidak, dan berapa banyak, dengan pendekatan keputusan beresiko yaitu sebagai suatu pilihan memaksimalkan utilitas yang diekspektasi. Mereka menggunakan variabel-variabel yang dikenal sebagai faktor ekonomi, yaitu: penghasilan sebelum pajak, tarif pajak, besarnya peluang untuk diperiksa dan besarnya penalti. Keputusan melaporkan pajak merupakan suatu keputusan dalam ketidakpastian sebab tidak melaporkan pendapatan secara penuh tidak secara otomatis mendapat penalti. Wajib pajak dapat memilih untuk melaporkan semua pendapatan aktualnya atau melaporkan dengan jumlah lebih sedikit. Keputusan mengenai jumlah pendapatan yang dilaporkan tergantung pada utilitas ekspektasi wajib pajak. Utilitas ekspektasi dianggap dapat dihitung yang merupakan utilitas tertimbang dari kegiatan melaporkan seluruh pendapatan dan melaporkan sebagian pendapatan dengan risiko terkena penalti. Keputusan kepatuhan pajak dalam model A-S adalah menentukan jumlah pendapatan yang akan dilaporkan agar dapat memaksimalkan utilitas ekspektasinya pada tataran perilaku penghindar risiko. Universitas Sumatera Utara 11

2.1.2 Faktor-Faktor Penentu yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak di Indonesia

2.1.2.1 Hubungan Tarif Pajak dengan Penggelapan Pajak di Indonesia

Tarif pajak menentukan tingkat penerimaan pajak dan berhubungan dengan kecenderungan wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak. Misalnya tarif progresif tarif pajak yang akan semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak pada level terakhir menjadi tinggi pada penghasilan kena pajak tertentu maka wajib pajak akan mencari altematif untuk menghindari tarif progresif yang terakhir. Misalnya, dengan cara meningkatkan biaya merger, atau pemecahan badan usaha langkah mengurangi keuntungan kena pajak. Langkah tersebut dilakukan oleh wajib pajak bila memperoleh benefit yang lebih tinggi. Tarif pajak merupakan bagian penghasilan yang dilaporkan yang harus dibayarkan kepada negara oleh wajib pajak. Pada tingkat penghasilan tertentu yang dilaporkan, tarif pajak akan berpengaruh negatif pada utility wajib pajak. Semakin rendah tarif pajak akan meningkatkan utility wajib pajak dan akan memberikan insentif bagi wajib pajak untuk melaporkan penghasilannya kepada administrasi pajak. Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yaitu penghasilan sebelum pajak, tarif pajak dan penalti. Berdasarkan konsep expected utility sebagaimana model A-S, seorang wajib pajak akan melaporkan penghasilannya sedemikian rupa sehingga tingkat expected utility dari penghasilan yang diterimanya akan maksimal. Pada kondisi tingkat penghasilan rendah, tarif pajak rendah akan Universitas Sumatera Utara 12 mendorong wajib pajak untuk melaporkan penghasilannya pada administrasi pajak namun apabila tarif pajak dan penghasilannya tinggi, wajib pajak akan cenderung untuk tidak melaporkan penghasilannya kepada administrasi pajak. Hal ini didukung oleh beberapa temuan empirik yang memperlihatkan penurunan kepatuhan pajak seiring meningkatnya tarif pajak Clotfelter,1983.

2.1.2.2 Hubungan Tingkat Pendapatan Riil Perkapita dengan Penggelapan Pajak di Indonesia

Pendapatan riil perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan riil perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan riil perkapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan riil perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. Apabila pendapatan riil perkapita turun maka daya beli masyarakat lebih lemah, masalah-masalah sosial dan perilaku wajib pajak berubah yaitu cenderung untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali kewajiban perpajakannya. Dengan melemahnya daya beli, kemungkinan uang untuk melunasi kewajiban pajak dialihkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Pada keadaan seperti ini maka dimungkinkan terjadinya tingkat penggelapan pajak yang tinggi oleh wajib pajak. Annan et al. 2010 menganalisis faktor-faktor penentu yang berkontribusi terhadap tingkat penggelapan pajak di Ghana periode 1970-2010. Dengan Universitas Sumatera Utara 13 menggunakan metode Auto Regressive Distributed Error Correction Model ARDL ECM dan uji kointegrasi bound testing, berdasarkan hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan riil perkapita di Ghana berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat penggelapan pajak. Dimana semakin rendah tingkat pendapatan perkapita maka tingkat penggelapan pajak akan semakin tinggi.

2.1.2.3 Hubungan Tingkat Inflasi dengan Penggelapan Pajak di Indonesia

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Pada saat terjadi inflasi tak terkendali hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Universitas Sumatera Utara 14 Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Hal ini akan berpengaruh terhadap kewajiban mereka dalam membayar pajak, dimana mereka lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu daripada melaksanakan kewajiban mereka dalam membayar pajak. Dalam situasi seperti ini maka dimungkinkan akan terjadi tingkat penggelapan pajak yang tinggi oleh wajib pajak. Annan et al. 2010 menganalisis faktor-faktor penentu yang berkontribusi terhadap tingkat penggelapan pajak di Ghana periode 1970-2010. Dengan menggunakan metode Auto Regressive Distributed Error Correction Model dan uji kointegrasi bound testing, berdasarkan hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa tingkat inflasi di Ghana berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penggelapan pajak. Dimana semakin tinggi tingkat inflasi maka tingkat penggelapan pajak pun meningkat.

2.2 Penilitian Terdahulu