pada pertumbuhan,
perkembangan dan
kebugaran fisik
remaja Doustmohammadian, 2013.
Status gizi obesitas pada masa remaja menjadi masalah yang serius karena dapat berlanjut hingga dewasa dan menjadi faktor risiko penyakit
degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, DM, artritis, penyakit kantong empedu, penyakit kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai
gangguan kulit Aritonang dkk, 2009. Sedangkan status gizi kurang akan meningkatkan risiko terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi
Sediaoetama, 2006. Kekurangan gizi pada kelompok remaja perempuan merupakan
masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara berkembang, yang mengarah ke gangguan pertumbuhan dan anemia gizi Kalhan dkk, 2009.
Apabila kebutuhan gizi remaja putri tidak terpenuhi, maka mereka akan melahirkan anak-anak yang kekurangan gizi pula, hal ini mengakibatkan
masalah kurang gizi untuk generasi selanjutnya Mulugeta, 2009. Remaja putri yang gemuk memungkinkan untuk tetap gemuk saat dewasa dan
mengalami tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi Singh AS dkk, 2008.
C. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden
Body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan
ukuran tubuhnya sendiri, yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diiginkan. Apabila
harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktual maka akan
menimbulkan body image negatif Tejoyuwono, 2007. Dalam penelitian Cash dan Linda 2011 menyebutkan bahwa pada majalah fashion wanita,
kebanyakan wanita digambarkan dengan perawakan muda, tinggi, wanita berkaki panjang, bermata besar, berpayudara besar, dan kebanyakan berkulit
putih. Karakteristik fisik yang paling menonjol dari model ini adalah mereka sangat kurus. Paparan model majalah memiliki efek negatif pada body image
perempuan, dimana rata-rata ukuran tubuh model ini sangatlah kurus Clay,
2005.
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa lebih banyak siswi yang memiliki body image negatif, yaitu sebesar 52,9 dibandingkan dengan
siswi yang memiliki body image positif. Penelitian yang dilakukan di Bukittinggi juga menunjukkan bahwa sebanyak 55,8 mengalami distorsi
body image Santy, 2006. Hasil penelitian Dieny 2007 menunjukkan bahwa
masih banyak responden yang memiliki body image negatif ketidakpuasan pada bentukukuran tubuhnya, yaitu sebanyak 51,5. Penelitian Mendoca
2014 menyebutkan bahwa sebesar 69,4 remaja memiliki body image negatif dan merasa tidak puas dengan body image mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak siswi yang memiliki body image negatif. Perkembangan citra tubuh pada remaja putri yang sangat memperhatikan
bentuk tubuhnya merupakan gambaran terjadinya masalah gizi pada remaja putri Rahayu, 2012.
Masalah yang sering timbul pada remaja putri akibat persepsi mengenai bentuk tubuh adalah anoreksia nervosa dan bulimia. Upaya
mendapat bentuk tubuh ideal dengan cara yang tidak tepat mengakibatkan banyak remaja putri yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia
Noorkasiani dkk, 2007. Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa status gizi kurang lebih
banyak dialami oleh siswi yang memiliki body image negatif 20,0 dibanding dengan siswi yang memiliki body image positif. Masih banyak
siswi dengan status gizi normal yang memiliki body image negatif, yaitu sebesar 46,7. Presentase tersebut memperlihatkan bahwa proporsi status gizi
normal lebih banyak pada siswi yang memiliki body image negatif. Walaupun mereka telah memiliki status gizi normal, bahkan status gizi kurang, tetapi
mereka masih memiliki persepsi body image yang negatif. Hal ini didukung oleh hasil uji statistik yang menunjukkan adanya hubungan antara body image
dengan status gizi dengan nilai p-value sebesar 0,037. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu 2012 ditemukan bahwa terdapat responden dengan status
gizi normal namun mempunyai body image negatif. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa meskipun responden telah mempunyai tubuh ideal,
tapi akan selalu menjaga bentuk badannya karena cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya.
Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki body image negatif memiliki risiko untuk mengalami status gizi
kurang sebesar 0,500 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki body image
positif. Sedangkan siswi yang memiliki body image negatif memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 0,241 kali lebih
besar dibandingkan dengan siswi memiliki body image positif. Berdasarkan hasil OR dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki body image negatif
memiliki kecenderungan untuk memiliki status kurang dibandingkan status gizi normal.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widianti 2014, yakni adaya hubungan antara body image dengan status gizi
p=0,001. Hal ini berarti semakin tinggi ketidakpuasan terhadap body image, maka status gizinya semakin tidak normal. Ketidakpuasan body image pada
remaja putri terjadi karena ketidaksesuaian bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh yang diinginkan. Ketidakpuasan terhadap body image rata-rata terjadi
pada subyek dengan status gizi overweight atau obesitas. Namun terdapat pula subyek yang memiliki status gizi normal namun tidak puas terhadap bentuk
tubuhnya. Hasil penelitian Widianti 2014 menyatakan bahwa ada responden yang memiliki status gizi normal namun tidak puas terhadap bentuk tubuhnya.
Ketidakpuasan ini dikarenakan responden merasa tubuhnya terlalu gemuk dan terdapat beberapa bagian tubuh yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya,
sehingga terlihat tidak proporsional. Meskipun remaja putri telah mempunyai tubuh ideal namun mereka cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar
dari ukuran yang sebenarnya Grogan, 2008. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Serly 2015, yang menunjukkan adanya hubungan status gizi dengan body image
p0,001. Hasil penelitian Laus dkk 2009 juga menunjukkan ada hubungan antara body image dengan status gizi p 0,01.
D. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Responden