63
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian. Keterbatasan ini berasal dari peneliti sendiri maupan
keterbatasan instrumen yang ada. Berikut ini adalah keterbatasan yang ada pada penelitian ini:
1. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional,
yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti pada waktu yang bersamaan sehingga tidak bisa menyimpulkan hubungan sebab
akibat karena pengukuran variabel dependen dengan variabel independen dilakukan pada waktu yang bersamaan.
2. Adanya kemungkinan bias the flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang berstatus gizi kurus melaporkan konsumsi makanan
yang berlebihan sedangkan responden yang berstatus gizi gemuk cenderung melaporkan makanan yang lebih sedikit, sehingga data yang
dihasilkan kurang valid. Untuk mengantisipasi bias yang terjadi, peneliti melakukan probing dalam wawancara recall mengenai makanan yang
dikonsumsi responden di hari sebelumnya.
B. Gambaran Status Gizi Responden
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan intake zat gizi dan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi biologis, seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya Suyatno,
2009. Penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks IMTU Kemenkes, 2011. IMT diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri berat
badan dan tinggi badan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dari 85 sampel siswi,
didapatkan bahwa sebagian besar siswi memiliki status gizi normal 58,8, namun masih banyak pula siswi yang mengalami permasalahan gizi status
gizi kurang dan status gizi lebih. Presentase status gizi kurang dan gizi lebih pada penelitian ini bila dibandingkan dengan data Riskesdas 2013, angka
tersebut telah melebihi prevalensi nasional kekurusan dan kegemukan, yaitu 9,4 untuk kekurusan dan 7,3 untuk kegemukan. Selain itu, presentase gizi
kurang dan gizi lebih juga lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi kekurusan dan kegemukan DKI Jakarta.
Permasalahan gizi dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada kesehatan. Malnutrisi kekurangan gizi atau kelebihan gizi yang
mengacu pada gangguan kesehatan baik dari kekurangan atau kelebihan atau ketidakseimbangan nutrisi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
sangat penting di kalangan remaja di seluruh dunia. Masalah ini berdampak
pada pertumbuhan,
perkembangan dan
kebugaran fisik
remaja Doustmohammadian, 2013.
Status gizi obesitas pada masa remaja menjadi masalah yang serius karena dapat berlanjut hingga dewasa dan menjadi faktor risiko penyakit
degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, DM, artritis, penyakit kantong empedu, penyakit kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai
gangguan kulit Aritonang dkk, 2009. Sedangkan status gizi kurang akan meningkatkan risiko terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi
Sediaoetama, 2006. Kekurangan gizi pada kelompok remaja perempuan merupakan
masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara berkembang, yang mengarah ke gangguan pertumbuhan dan anemia gizi Kalhan dkk, 2009.
Apabila kebutuhan gizi remaja putri tidak terpenuhi, maka mereka akan melahirkan anak-anak yang kekurangan gizi pula, hal ini mengakibatkan
masalah kurang gizi untuk generasi selanjutnya Mulugeta, 2009. Remaja putri yang gemuk memungkinkan untuk tetap gemuk saat dewasa dan
mengalami tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi Singh AS dkk, 2008.
C. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden