Karakteristik Informan Aspek Penge tahuan

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini seluruhnya adalah wanita yang memiliki kegiatan sehari- hari sebagai pembuat jamu tradisional yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medaan. Usia informan berkisar antara 33 tahun hingga 50 tahun dan keseluruhannya adalah dari suku jawa. Informan telah bekerja sebagai pembuat jamu tradisional antara 4 hingga 21 tahun dengan tingkat pendidikan diantaranya 2 orang berpendidikan SD tidak tamat, 1 orang tamat SD, 1 orang SMP tamat dan 1 orang lagi berpendidikan SMA tamat. Dari hasil membuat jamu Informan mendapatkan penghasilan antara Rp.600.000bulan sampai dengan Rp.1.000.000bulan.

5.2 Aspek Penge tahuan

1. Penge tahuan Yang Diperoleh Tentang Cara Pe mbuatan Jamu Tradisional

Rumah Tangga Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa informan memperoleh pengetahuan tentang cara-cara pembuatan jamu tradisional secara informal dan dalam hal ini tidak ada pengetahuan pembuatan jamu yang didapat secara formal misalnya melalui pelatihan yang diselenggarakan pemerintah. Sumber informasi tentang cara- cara pembuatan jamu tradisional adalah dengan belajar dari orang lain dan dari Universitas Sumatera Utara “Tahu buat jamu mula-mula dari teman kakak saya yang kebetulan dianya baek dan tinggal dekat rumah” “Awalnya lihat-lihat cara buat jamu dari tetangga dekat sini,… saya lihat kok kayaknya gampang lalu saya praktekan hasilnya saya bisa”…. “Kakak kandung saya yang tinggal di jawa datang ke Medan dan saya tanya sama dia tentang buat jamu” “ Saya tahu dari mamak saya yang membuat dan julan jamu gendong di sini dulu”…. Pernyataan dari informan penelitian tersebut memang menggambarkan pola tumbuh kembang dan bertahannya upaya kesehatan tradisional di Indonesia yang telah berlangsung secara turun-temurun dan berkembang di masyarakat sebagai budaya, hal tersebut seperti dikemukakan oleh Drs. Hefriyan Handra M.Sc. 2005 pada kegiatan Seminar Proses Pembuatan Jamu Yang Baik Dan Benar Serta Aplikasinya Dalam Rumah Tangga yang diselenggaraka n UNPAD pada tanggal 20 Agustus 2005. Selanjutnya Hendra mengemukakan bahwa di Indonesia terdapat 4 jenis pengobatan tradisional, yaitu pengobatan tradisional dengan ramuan obat, jamu, ramuan obat Cina dan India. Keikutsertaan pemerintah dengan upaya pemberikan bimbingan pada subs tansi da sar-dasar tentang cara-cara pembuatan obat tradisional melalui petugas kesehatan sering tidak dapat dilakukan akibat tidak tersedia sumber daya, mengingat tidak tersedia pendidikan for mal di Indo nesia yang mempelajari ilmu tersebut. Pemerintah hanya mengatur regulasi dalam berupa proses pengolahan obat tradisional Universitas Sumatera Utara melalui Balai POM 2005 tentang Petunjuk Teknis Cara Pembuatan Obat Yang Baik.

2. Penge tahuan Informan Tentang Penge rtian Personal Higiene

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan informan mengenai pengertian personal higiene atau atau hygiene perseorangan sangat rendah. Hampir seluruh informan menyatakan tidak tahu dan sebagian mengatakan higiene persorangan adalah cuci tangan, mandi sehari 2 kali, memakai baju yang bersih dan tidak meludah sembarangan, seperti pernyataan 2 informan di bawah ini : “ Apa maksudnya, saya nggak gitu paham…. yang penting badan bersih dan harus cuci tangan” “… maksudnya mandi sehari 2 kali, pakai baju bersih, tidak meludah sembarangan” Pengertian informan tersebut masih jauh dari pengertian higiene perseorangan yang sesungguhnya. Menurut Mukono 2004 bahwa hygiene perseroangan berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Pengertian tersebut tidak semata-mata mencuci tangan, mandi, memakai baju bersih dan tidak buang ludah sembarangan, akan tetapi mencakup kebersihan da n kesehatan yang lebih luas yakni seluruh badan mulai dari ujung rambut sampai dengan kuku kaki, serta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya agar fisik terjaga dari penyakit. Selanjutnya berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian dari informan tidak mengetahui sama sekali pengertian mengenai hygiene perseorangan dan hal- hal Universitas Sumatera Utara yang dicakup di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dari beberapa jawaban dari ke tiga informan berikut : “Ngak tahu tuh…. orang belum pernah mendapatkan penyuluhan dari puskesmas, apa maksudnya hygiene itu…” “ Orang seperti saya gak ada sekolahannya, jadi nggak tahu lah… tapi kalau badan yang berish waktu membuat jamu itu saya tahu”…. “ Saya kadang-kadang mengikuti penyuluhan di posyandu, tapi gak pernah dengar tentang istilah itu…. Maunya kita mendapatkan penyuluhan….. “ Pernyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan informan mengenai hygiene persorangan dan hal- hal yang tercakup didalamnya masih sangat rendah. Dalam prakteknya hygiene peseorangan merupakan suatu hal yang pe nting yang harus diketahui oleh masyarakat, terlebih- lebih pembuat jamu tradisional diamana faktor hygiene dirinya dapat mempengaruhi kesehatan orang lain yang mengkonsumi produk mereka. Ditinjau lebih jauh dari pernyataan informan terdapat hal yang perlu dicermati diantaranya terdapat keingin tahuan mereka untuk mengetahui tentang kesehatan dengan mengikuti kegiatan penyuluhan di posyandu dan merasa senang bila ada yang memberikan penyuluhan seperti dikemukakan di bawah ini : “ Belum pernah mendapatkan penyuluhan puskesmas”… “ Maunya kita dikasih penyuluhan…….” Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa pengetahuan mengenai definisi hygiene persorangan masih sangat rendah dan perlunya menerapkan hygiene persorangan masih diketahui sangat terbatas. Pengetahuan yang kurang tersebut diantaranya bisa disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Lawerence Universitas Sumatera Utara Green dan Sarwono 2007 menyebutkan bahwa perilaku terbentuk karena beberapa faktor diantaranya faktor- faktor pendukung enabiling factors yang terwujud da lam lingk ungan fisik, tersedia atau tidak tersedia fasilitas dan saran kesehatan. Selanjutnya faktor pendorong reinforcing factors yang terwujud da lam sikap da n perilaku petugas kesehatan sebagai provider. Dilihat dari dukungan kedua teori tersebut terlihat bahwa pengetahuan informan masih kurang karena tidak adanya faktor pendukung di sekitar tempat tinggalnya. Informan tidak mendapatkan informasi dari sarana kesehatan maupun sumber informasi lainnya dan tersedia faktor pendorong, karena tidak ada provider yang menanamkan pengertian dan memotivasi mereka hingga mereka memahami pengertian mengenai hygiene persorangan. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara mendalam kepada informan peneliti menduga bahwa sejauh ini petugas kesehatan tidak pernah mengunjungi mereka untuk memberikan penyuluhan dan menambah wawasan pengetahuan kesehatan masyarakat di tempat tersebut.

3. Penge tahuan Informan Tentang Hyg iene Perseoranga n

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengetahuan informan mengenai hal- hal yang termasuk dalam ruang lingkup hygiene persorangan umumnya masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan ke lima informan mengenai hal yang termasuk dalam hygiene perseorangan yang masih belum sesuai dengan Universitas Sumatera Utara pengertian dan persyaratan hygiene perseorangan dan hal- hal yang termasuk di dalamnya. a. Pengertian Infor man mengenai kebe rsiha n tangan da n kuku Berdasarka n pe nelitian pe ngetahuan informan tentang kebe rsihan tangan da n kuku suda h cukup ba ik, diantaranya menurut mereka untuk kebersihan tangan dengan cuci tangan dan kuku harus dibersihkan dan potong. Berikut ini pernyataan 5 informan tentang pe ngetahuan kebe rsihan tangan da n kuku : “ Setahu saya dek… menjaga kebersihan tangan juga sudah termasuk kebersihan kuku, dan harsus dirawat kebersihannya” “ Kalau ditanya soal kebersihan tangan dan kuku, saya orang yang paling memperhatikan kok dek… lihat saya selalu cuci tangan sebelum dan setelah bekerja, kadang-kadang waktu istirahat karena ada keperluan saya cuci tangan dulu, demikian waktu saya mulai kerja lagi, …. Juga tentang kuku saya lihat tak ada kuku saya yang panjang…” “ Kebersihan tangan dan kuku penting, kalau kuku sudah panjang harus dipotong….” “ kuku ya harus dipotong kalau udah panjang-panjang…. dan jangan lupa cuci tangan pakai sabun”….. “ kuku sudah panjang dan hitam lagi ya harus dipotong… tangan harus bersih dan cuci tanganlah pakai sabun takutnya habis dari mana-mana gitu… ” Pengetahuan upa ya kebersihan tangan da n kuku dapa t dipa hami karena pekerjaan mereka sehari- hari sebagai orang bekerja membuat jamu yang akan diminum pelanggannya, membuat mereka mengerti tentang pentingnya usaha kebersihan tangan tersebut, hal ini dapat diketahui dari beberapa pernyataan informan:31 Universitas Sumatera Utara “ Kalau tangan kita jorok takut tak ada orang yang mau beli”…. “ Karena dengan tangan saya saya dapat uang buat nambah-nambah penghasilan keluarga…” “ Tangan dan kuku yang kotor… nantinya bisa dicontoh anak-anak jadi mereka tidak mau menjaga kebersihan badanya…. b. Penge tahuan Informan Tentang Kebersihan Kulit dan Perawatan Luka Terbuka • Penge tahuan Kebe rsihan Kulit Pengetahuan tentang kebersihan responden umumnya sudah baik mereka menyatakan untuk menjaga kebersihan kulit harus mandi dengan sabun, seperti dinyatakan oleh 4 informan di bawah ini : “ … agar kulit kita bersih maka kita harus mandi dua kali sehari pakai sabun”… “Kebesihan kulit harus diperhatikan agar kulit tampak putih, bersih, mulus kaya artis-artis itu lho dek”…. Saya mandi dua sampai tigak kali sehari….” “ kalau tahu kulit kita bersisik, jorok, jarang mando apa lagi ada gudik bahasa jawa maksudnya berpenyakit kulit maka mereka nggak mau beli” “Saya mandi pakai sabun dua kali sehari….” Dihubungkan dengan pekerjaan mereka sebagai pembuat jamu, maka upaya kebersihan kulit merupaka n hal penting supa ya usaha mereka tetap bertahan ha l ini seperti dikemukakan oleh 2 informan sebagai berikut : “ kulit yang bersih adalah andalan buat orang yang jualan jamu seperti saya, apalagi kalau orangnya juga cantik, jamunyal laku keras bok…. “…. Soal bisnisnya saja, kalau kulit kotor apalagi pakai baju tak ganti- ganti,…. Langganan yang mau beli jadi nggak jadi beli.” Universitas Sumatera Utara • Penge tahuan Perawatan Luka Terbuka Pengetahuan perawatan luka bagi informan dinilai juga sudah cukup baik, mereka mengkaitkan dengan kemungkinan infeksi yang dapat terjadi akibat luka yang dideritanya, seperti pernyataan informan di bawah ini : “ … bila ada luka ya diobati dan ditutup pakai plester…. yang ada dijual di warung-warung, agar luka tidak perih waktu mandi dan kerja” “ Bila terluka… lalu segera dibersishkan dan diperban agar tidak berkuman” “ …ya lukanya ditutup, takut berkuman dan nanti kumannya masuk dalam jamu kan berabe…” Hanya satu informan yang memberikan informasi bahwa upaya kebersihan kulit dan menutup luka adalah hal yang biasa dilakuka n orang,da n hal tersebut tidak berhubungan dengan pekerja pembuat jamu tradisional : “ Kebersihan kulit dan membalut luka itu umum dilakukan, tidak hanya tukang jamu saja, semua orang juga begitu kan… saya kira tidak ada hubungannya dengan buat jamu” 4. Penge tahuan Informan Dalam Pros es Membuat Ja mu Tradisional Pengetahuan informan tentang proses pembuatan jamu tradisional, sudah baik untuk penggunaan bahan – bahan jamunya, tetapi dalam proses pembuatan jamu tradisionalnya, untuk cara pengolahannya kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan informan berikut : “ Pertama – tama, itu……induk kunyit dikupas, lalu rajang – rajang, ya…..pakai telenan, setelah itu cuci, kemudian masukkan dalam mesin blender, setelah itu ……..saring, siram lagi ampas, kunyit dengan air kemudian saring lagi, Universitas Sumatera Utara setelah itu……….siram lagi ya…pakai air, setelah itu masak sampai mendidih…… sebentar lalu dinginkan kemudian masukkan kedalam botol dengan corong kemudian tutup botol setelah itu siram dengan air “ 5. Penge tahuan Infoman Menge nai Alat Pelindung Diri Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan informan mengenai APD yang juga perlu digunakan sesuai pekerjaan membuat jamu tradisional terlihat masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pernyataan informan sebagi berikut “ pastinya alat pelindung diri apa saja saya tidak tahu…” “ Saya kurang paham soal alat-alat pelindung diri APD …. Dan karena memang tidak ada keharusan dari pemerintah” “Saya nggak pernah dengar atau diberikan penyuluhan soal APD” “Apa Alat Pelindung Diri itu dek… kaya polisi atau tentara saja yang berdapan dengan musuh hingga perlu perlindungan diri…. Dari wawancara mendalam yang dilakukan dapat diketahui bahwa pengetahuan informan masih sangat rendah. Informan mengatakan tidak tahu, tidak pernah dengar seperti kutipan hasil wawancara di atas. Adapun diantara mereka memperkirakan APD diantaranya sarung tangan seperti dikatakan 2 orang informan : “Setahu saya pakai sarung tangan bila sedang memotong, mamarut jamu…” “ Setahu APD itu ya sarung tangan sudah cukup untu mencegah luka kena potong pisau atau alat tajam lainnya…” Universitas Sumatera Utara Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pengertian informan menganai APD masih jauh dari pengertian APD yang disampaikan Sumakmur 1995 yaitu Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap kecelakaan kerja. APD adalah salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklan sempurna melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingka keparahan dan kecelakaan.

6. Penge tahuan Informan Tentang Hal – Hal Yang Dilarang Dalam

Membuat Jamu Tradisional Penjelasan informan tentang hal – hal yang dilarang dalam membuat jamu tradisional ditanggapi dengan bervariasi dan terkesan bahwa informan kurang memahami hal ini, seperti di kutip dari pernyataan di bawah ini : “ Kalau saya nggak tahu harus bagaimana, mudah – mudahan tidak berpenyakit jadi masih kerja “ “ Saya tinggal menurut apa kata dokter saja….itu kan untuk kebaikan pasien “ “ Tidak perlu lah kalau memang masih sanggup bekerja …” Dan “ Tidak perlulah Kalau bukan sakit yang berat – berat “ Dari sekian pernyataan ketidak pahaman informan, salah satu diantaranya dapat menjelaskan tentang tanggapan terhadap adanya orang yang harus berhenti bekerja diantranya : “ Yang punya penyakit menular ya sadarlah ……berhenti bekerja karena berbahaya bagi orang lain yang minum jamunya” Universitas Sumatera Utara 5.3. Aspek Sikap 1. Sikap Informan Terhadap Pe mbuatan Ja mu Tradisional Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tanggapan informan mengenai hal- hal yang berhubungan dengan pembuat jamu tradisional terlihat relative pasif yaitu hanya bertaha n pada hal- hal yang terlah diinfor masika n oleh orang-orang yang mengajarkan tentang cara pembuatan jamu sebelumnya. Hal ini seperti dikemukakan oleh informan sebagai berikut : “ Mendapatkan pengalamanpengetahuan tentang membuat jamu itu penting supaya jamunya bersih dan sehat diminum orang, gitu kali ya…. Makanya saya sangat menghargai kakak saya karena telah kasih ilmu tentang cara buat jamu “Saya orang yang sangat mau memperhatikan dalam soal membuat jamu yang lebih baik… tapi apa daya, tidak ada petugas kesehatan atau siapa saja yang mau kasih pengetahuan agar jamu yang saya buat lebih baik….” “Rasanya cukup berterima kasih pada tetangga saya yang telah baik hati memberikan ilmunya ….” “Saya hanya mematuhi cara-cara yang telah diajarkan ibu saya, itu saja…” “Saya akan berterima kasih pada orang-orang atau instansi yang mau membimbing tukan jamu kaya saya ini….” Apa yang dikemukakan oleh informan adalah benar adanya, karena dari hasil penelitian dan wawancara mendalam mereka hanya melakukan pembuatan jamu tradisional terbatas dari apa yang telah mereka pelajari tanpa ada kesempatan untuk mengembangkan dan meminamlisir risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari proses pembuatan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini sejalan dengan hal Universitas Sumatera Utara yang dikemukakan Anwar N.S.1999 bahwa Pengawasan terhadap produk jamu tradisional yang beredar be lum mencakup da n Pembinaan yang dilakuka n yang umumnya oleh Dinas Kesehatan Kota DKK juga masih bersifat insidentil dan umum sementara penelitian mengenai kualitas mikrobiologis jamu gendong juga belum banyak dilakukan, sehingga sangat minim data efek samping dari produk jamu tradisional yang bisa diperoleh. Lebih lanjut disebutkan oleh Suharmiati 1998 Jamu gendo ng ada lah fenomena yang sangat terke nal di Indo nesia. Tetapi, dok umen tertulis tentangnya sangat jarang, dari penjual jamu gendong di Surabaya diwawancara dan diobservasi untuk memahami bagaimana mereka menyiapkan resep, menggunakan bahan baku, da n membuat jamu gendo ng menunjukka n hasil ba hwa pe nj ual jamu itu mempunyai pengetahuan yang serupa tentang penggunaan jamu tradisional, bahan- bahan yang digunakan diantara mereka mirip dan perbedaannya hanya pada penggunaan bahan tambahan.

2. Sikap Informan Mengenai Higiene Perseorangan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tanggapan informan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perseorang meliputi sikap tentang menjaga kebersihan tangan dan kuku, kebersihan kulit dan merawat luka terbuka, tidak merokok waktu bekerja serta beberapa hal lainya hamper seluruh informan memiliki pandangan yang positif dan perlunya melaksanakan upaya-upaya tersebut. Universitas Sumatera Utara a. Tanggap an Informan Menge nai Kebersihan Tangan dan Kuku Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tanggapan informan mengenali kebersihan kulit sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan informan yang setuju dan punya keinginan untuk tetap menjaga kebersihan tangan dan kuku seperti yang diungkapkan beberapa informan berikut ini : “Saya memang memperhatikan kebersihan tangan dan kuku saya sebelum kerja, karena risih bila tangan dan kuku saya panjang dan kotor…” “Harus menyediakan air yang cukup tidak jauh dari tempat kerja… karena saya berpendapat tangan yan bersih bagian dari pembuatan jamu yang berkasiat…” “Yang penting kemauan kita dan kebiasaan menjaga kebersihan dari sejak kecil ….. kadang sulit memang untuk merubah kalau kebiasaan jelek itu sudah dari kecil”. “Ya saya tetap menjaga kebersihannya…”. “Menjaga kebersihan agar tangan kita bersih dan kuku tidak hitam-hitam dan panjang…..” Terselenggaranya pendapat yang positif memang harus diwujudkan dalam bentuk tindakan, namun tanggapan mereka merupakan hal yang diperlukan untuk mendukung tersedianya tindakan hygiene perseorangan dalam kebersihan tangan dan kuku. Universitas Sumatera Utara

b. Tanggapan Informan Menge nai Kebersihan Kulit dan Pe rawatan Luka