Sanitasi Pengolahan Makanan Persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

4. Tidak boleh bekerja ketika menderita penyakit hepatitis dan atau dari hasil pemeriksaan dinyatakan terinfeksi salmonella thyipi, shiggella atau E.colli, da n 5. Tidak boleh bekerja apabila menderita penyakit kulit. Dalam proses pengolahan makanan penjamah diharuskan menggunakan sarung tangan untuk melind ungi luka serta senantiasi membiasakan diri unt uk melakukan cuci tangan secara benar menggunakan sabun pada air yang mengalir.

2.5.2. Sanitasi Pengolahan Makanan

1. Pakaian Kerja Penjamah maka nan harus mengenaka n paka ian khus us. Paka ian harus gant i setiap hari karena pakaian yang kotor dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri. Pakaian kerja bagi penjamah makanan sebaiknya dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci, berwarna terang atau putih, menyerap keringat, terbuat dari bahan yang kuat, tidak panas, dan ukurannya nyaman dipakai yakni tidak ketat atau terlalu longgar sehingga tidak mengganggu pada waktu bekerja. 2. Sarung Tangan Dalam melakukan pekerjaan penyiapan hingga pengolahan makanan dan seterusnya , pe njamah maka nan harus mengenakan sarung tangan untuk menghindari pencemaran bakteri dari tangan kepada makanan. 3. Sepatu Sepatu yang digunakan ialah sepatu kerja, artinya berhak pendek, tidak licin, ringan dan enak dipakai. Apabila sepatu yang digunakan tenaga pembuat Universitas Sumatera Utara makanan dan minuman kurang enak dipakai maka akan menyebabkan lekas lelah atau sakit pada jari – jari kakinya.

2.5.3. Persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

Persyaratan CPOTB, menurut Bada n Pengawas Obat dan Maka nan 2008 terdapat beberapa elemen yang diidentifikasi dan menjadi draft yang disepakati yang antara lain meliputi manajemen mutu, personil, bangunan dan peralatan, dokumentasi, produksi, quality control, kontrak manufaktur dan analisis, pengaduan dan pe narikan produk serta self inspection. Beberapa aspek mutu yang perlu diperhatikan dalam membuat ataupun mengkonsumsi suatu produk bahan alam sebagai obat antara lain adanya cemaran logam berat Pb, As dan Cd, residu pestisida, aflatoksin, dan cemaran mikroo rganisme. Selanjutnya menurut BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan suatu produk obat bahan alam dipersyaratkan tidak boleh mengandung cemaran logam berat atau apabila tidak dapat dihindari harus sesuai dengan batas maksimum yang dipersyaratka n ya itu Pb dan As masing- masing ≤ 10,0 ppm dan Cd ≤ 0,3 ppm. Demikian juga halnya dengan residu pestisida jenis fosfor dan klor ≤ 5 μgkg. Sedangkan untuk aflatoksin ≤ 20 μgkg. Suatu produk obat bahan alam sebaiknya tidak mengandung cemaran mikroorganisme, akan tetapi terkadang hal ini sulit dihindarkan. Adapun batas maksimum cemaran mikroorganisme yang dipersyaratkan tergantung dari bentuk sediaan da n ditentukan de ngan pe netapan Angka Lempeng Total da n Angka Kapa ng Universitas Sumatera Utara Khamir. Namun demikian, suatu produk obat bahan alam tidak diperbolehkan mengandung cemaran mikroorganisme patogen seperti Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Clostridia sp., Shigella sp., dan Salmonella p. Di samping itu, suatu prod uk ob at ba han alam juga harus memenuhi ketent uan batas kadar air. Kadar air yang rendah, umumnya di bawah 10 dapat mencegah tumbuh kembangnya mikroorganisme sehingga menjamin mutu suatu produk obat dari bahan alam. Ekstrak atau sari kental suatu bahan alam yang akan diolah menjadi produk seharusnya juga memenuhi ketentuan standar yang berlaku tentang jenis pelarut yang digunakan, kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam. Semua aspek mutu di atas harus diuji dengan menggunakan metode pengujian yang telah ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dari segi keamanan, suatu obat bahan alam atau obat tradisional harus berasal dari tumbuhan atau bahan alam lainnya sesuai dengan ketentuan dan tidak diperke nanka n mengandung campuran ba han kimia oba t. Diketahui terdapat kurang lebih 32 jenis tumbuhan yang tidak diizinkan digunakan sebagai obat bahan alam di Indonesia, diantaranya Abrus precatorius L., Aconitum sp., Adonis vernalis L., Aristolochia sp., Digitalis sp., Datura sp., Ephedra sp., Justicia gendarussa Burm f., dan Piper methysticum Forst. Berbagai alasan pelarangan penggunaan bahan tumbuhan di atas antara lain karena mengandung senyawa yang bersifat toksik terhadap tubuh manusia, mempunyai efek samping yang merugikan, bahkan dapat menyebabkan interaksi dengan obat-oba t lain yang menimbulkan suatu reaksi yang tidak diinginkan. Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Pikir