Rasa Percaya dalam proses pemasaran di antara pedagang, pemasok, dan pelanggan

“…..model ulos di kios ini memang lain dari yang lain di sentral ini, tampilannnya yang bersih, rapi dan bermacam- macam model baru yang dijual di kios ini membuat saya tertarik dan dari dulu saya membeli di sini” Hasil wawancara dengan informan Ibu Br. Sibuea, 2010.

4.4. Implementasi Modal Sosial Dalam Proses Pemasaran

Hubungan antara pedagang, pamasok dan pelanggan terjadi dalam proses pemasaran yang dilakukan secara berulang-ulang. Relasi yang dibangun membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Interaksi sosial yang tinggi berguna untuk membangun hubungan di antara pedagang, pemasok dan pelanggan. Hubungan yang baik ini berpengaruh kepada keputusan penetapan harga. Keputusan penetapan harga tersebut dipengaruhi oleh rasa percaya, jaringan sosial dan norma. Berjalannya peranan modal sosial ini sangat membantu semua pihak, sehingga semua pihak sama-sama mendapat keuntungan.

4.4.1. Rasa Percaya dalam proses pemasaran di antara pedagang, pemasok, dan pelanggan

Adanya rasa percaya trust merupakan hal yang terpenting dalam hubungan perdagangan di Pusat Pasar Medan. Rasa percaya yang ada diantara pedagang menghasilkan ikatan sosial yang erat antara pedagang, pemasok dan pelanggan. Adanya rasa percaya berdampak positif terhadap keberlangsungan usaha pedagang. Bila dilihat dari latar belakang sukunya, mayoritas para pedagang kerajinan ulos di Universitas Sumatera Utara Pusat Pasar berasal dari suku yang sama yaitu suku Batak, oleh karena itu rasa percaya yang ada bersifat familiar. Adanya rasa percaya juga menghasilkan kewajiban sosial, dengan mempercayai seseorang akan menimbulkan kepercayaan kembali dari orang tersebut resprositas Badaruddin, 2005:32. Dengan adanya hubungan reprositas yang terbina, maka proses jual beli akan tetap berjalan walaupun kios yang satu tidak memiliki ulos yang dipesan oleh pelanggan. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan Bapak Pangaribuan : “…..saya sering mengambil ulos dari kios tetangga kalo ulos yang diminta pembeli tidak ada di kios saya, begitu juga kawan yang lain sering juga minta ulos dari kios saya kalo tidak ada di kiosnya, yang penting barang kita terjual”. Hasil wawancara dengan informan Bapak Pangaribuan, 2010. Kondisi ini meminta pedagang memiliki kejujuran dalam mengambil barang dari kios lain dan menjualnnya kepada pelanggan. Hubungan kerja yang sudah ada dapat rusak jika pedagang mau untung sendiri. Dalam hal ini rasa kekeluargaan perlu semakin ditingkatkan agar antara pedagang yang satu dengan yang lain sama-sama mendapat untung. Rasa percaya yang tumbuh dan terjalin tidak hanya terjadi di antara sesama pedagang di pasar. Rasa percaya juga terdapat pada pedagang pusat pasar dengan pemasok yaitu penenun ulos yang berasal dari daerah Siantar, Porsea, Laguboti, Tarutung, Sipirok, Brastagi, dan Sidikalang. Adanya rasa percaya membuat transaksi Universitas Sumatera Utara pembayaran dapat berjalan dengan lancar. Sebagaimana diutarakan salah seorang informan Ibu O. Br.Rumapea dalam wawancara berikut : “…..jika ulos di kios kami ini ada yang habis, kami tinggal menelepon penenun ulos yang ada di Siantar atau Laguboti, nanti orang itu yang akan kirim ulos melalui angkutan ke Medan, masalah pembayarannnya kami tanya ke penenun itu apa maunya, mau supaya kami titip saja ke supir angkutan itu atau melalui rekeningnya” Hasil wawancara dengan informan Ibu O Br. Rumapea, 2010. Pedagang pasar yang berhasil meningkatkan usahanya adalah pedagang yang mampu menjalin hubungan atas dasar rasa percaya. Hubungan yang dapat menggambarkan kebermanfaatn relasi yang didasari oleh trust adalah hubungan antara pedagang kerajinan ulos dengan pemasok pada sistem pembayaran dengan harga yang murah. Dimana pemasok akan memberikan harga yang murah kepada pedagang apabila pedagang banyak membeli kerajinan ulos dari pemasok atau penenun tersebut. Dengan demikian pedagang kerajinan tenun ulos dapat menjual barang tersebut dengan murah kepada pelanggan dibandingkan pedagang ulos lainnya di Pusat Pasar. Berikut hasil wawancara dengan informan Ibu Br. Simatupang: “…..Kami berani kasi harga yang murah kepada pelanggan, misalnya ulos yang paling murah Rp. 15.000,- dan yang paling mahal Rp. 2.000.000,-, kalo kios lain ngak berani kasi harga seperti yang kita kasi ini, kita berani jual murah karena kita dapat harga murah dari pemasok, pemasok kasi kita murah karena kita beli banyak ”. Hasil wawancara, dengan informan Ibu Br. Simatupang, 2010. Adanya rasa percaya antara pedagang dengan pengrajin ulos akan menghasilkan keuntungan di kedua belah pihak sehingga kedua belah pihak dapat Universitas Sumatera Utara meningkatkan usahanya. Hal itu dapat dilihat dari sistem pembayaran dimana beberapa pemasok ulos dari daerah Siantar, Porsea, Labuboti, dan Tarutung menggunakan sistem pembayaran yang berbeda, dimana pembayaran dapat dilakukan setelah aneka kerajinan ulos laku dijual oleh pedagang di Pusat Pasar. Dengan cara ini banyak pedagang yang terbantu karena para pedagang ulos tidak perlu mengeluarkan modalnya untuk membeli ulos dari penenun, tapi justru sesudah ulos tersebut laku baru di bayar kepada penenun tersebut. Sistem pembayaran seperti ini dijumpai pada para pedagang yang memiliki hubungan keluarga dengan para pengrajin ulos di daerah Tapanuli. Seperti penuturan seorang informan Ibu Br. Tamba : “….. ulos ini kami dapat dari Laguboti dan Tarutung, banyak saudara di sana yang menenun ulos makanya ulos kami ini dari sana, cara pembayarannnya pun bermacam-macam ada yang langsung dibayar kalau barangnya uda sampai ke Medan, ada juga yang barangnya laku dulu kami jual baru kami bayar ke penenun itu” Hasil wawancara dengan informan Ibu Br. Tamba, 2010. Adapun faktor yang mendasari pedagang kerajinan ulos memberikan rasa percaya kepada pelanggan yaitu bertujuan untuk mencari banyak pelanggan sehingga mendapat keuntungan yang besar disamping itu dengan adanya rasa percaya antara pedagang dan pelanggan, maka diharapkan akan terciptanya jaringan dan semakin luasnya pemasaran. Menurut para pedagang, pelanggan yang telah lama bertahun- tahun menjadi langganan di kiosnya biasanya membeli barang dagangan dalam jumlah yang banyak untuk dipakai pada pesta atau untuk menjualnya kembali di Universitas Sumatera Utara kiosnya atau di rumahnya. Biasanya pelanggan yang membeli banyak tersebut dapat membayar sebagian dari uang ulos tersebut atau hingga ulos itu laku baru dibayar kepada pedagang pusat pasar. Ada pula pelanggan yang membayar ketika bulan muda, karena pembeli ulos yang dijual pelanggan membayar sesudah gajian. Hal ini dilakukan pedagang Pusat Pasar agar dapat membantu pelanggan tersebut sehingga ulos di kios pedagang cepat laku. Seorang pelanggan menuturkan ia sering melakukan cara pembayaran sebagian, dimana sebagian uang diberikan kepada pedagang ulos pusat pasar, setelah dua minggu kemudian dia membayar penuh ke pedagang Pusat Pasar. Demikian wawancara dengan informan Ibu A. Manurung: “…..ulos yang saya beli ini mau saya jual lagi ke Tanjung Balai, karena uang saya bawa sering tidak cukup untuk membayar ulos ini biasanya saya bayar setengah harga, baru sesudah dua minggu saya datang lagi ke Medan saya bayar kekurangannya” Hasil wawancara dengan informan Ibu A. Manurung, 2010.

4.4.2. Jaringan Sosial dalam cakupan internal proses pemasaran