Sejarah Berdirinya Sulang Silima Marga Ujung

18 Suku Pakpak sebagai masyarakat adat mengakui bahwa tidak ada tanah yang tidak bertuan di seluruh nusantara. Demikian halnya dengan tanah di wilayah Kecamatan Sidikalang. Sebagai suku yang pertama kali mendatangi dan mendiami wilayah Kecamatan Sidikalang, Suku Pakpak menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di Kecamatan Sidikalang. Setiap bagian daratan yang dibuka oleh keturunan Suku Pakpak menjadi wilayah kekuasaan mereka masing-masing.

2.4 Sejarah Berdirinya Sulang Silima Marga Ujung

Sulang silima sudah ada sejak lama di Dairi. Sejak dulu sudah terbentuk pemerintahan di Dairi yang sekarang ibukotanya Kecamatan Sidikalang dan dibagi ke dalam lima suak yaitu Simsim, Keppas, Pegagan, Boang, Kelasen. Raja Ekuten sebagai pemimpin Suak yang terdiri dari beberapa suku dan Pertaki menjadi pemimpin kampung, setingkat dibawah Raja Ekuten serta Sulang Silima menjadi pembantu Pertaki pada setiap kuta kampung yang terdiri dari perisangisang, Perekurekur, Pertulan tengah, Perpunca ndiadep, dan perbetekken. Sulang silima juga merupakan sumber dari segala hukum dalam kehidupan masyarakat Pakpak. Sulang silima ini mengatur pola dan tingkah laku kehidupan masyarakat Pakpak dan menjadi hukum adat yang tersirat serta berjalan sesuai dengan keadaan yang dijadikan perilaku Pakpak yang hidup berdampingan secara rukun dan damai dengan suku lainnya yang berada di daerahnya masing – masing. 17 17 Jhonny Sitohang Adinegoro, Bekerja untuk Rakyat, Jakarta:Indomedia Global, 2013. hal 16. Universitas Sumatera Utara 19 Seiring perjalanan waktu dan berkembangnya peraturan Pemerintah serta meningkatnya kebutuhan atas tanah terjadi pembaharuan. Sulang silima dibenahi kembali menjadi sebuah lembaga adat dan mengarah kepada sebuah organisasi kebudayaan yang sah secara hukum dan tertulis. Masalah tanah menjadi acuan dibentuknya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung karena tanah menyangkut harga diri pendukung hak ulayat serta status sosial kelompok adat. Jika masalah tanah telah dapat diatasi maka potensi pembangunan akan lebih mudah digapai sehingga perlu dibina pola komunikasi serta interaksi antar sesama yang diharapkan menjungjung tinggi tata nilai, gagasan yang sependapat dan keyakinan yang dapat dijadikan sebuah pengetahuan dalam menyikapi segala bentuk masalah khususnya masalah warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Adanya kontak interaksi merangsang terhadap perkembangan kebudayaan sehingga perlu melibatkan masyarakat dalam kontak budaya dengan sendirinya akan membawa perkembangan budaya di daerah yang bersangkutan. Dalam warisan budaya dapat kita temukan bangunan dan benda bersejarah serta lambang mengenai nilai luhur, pikiran dan ajaran yang diberikan pendahulu yang perlu dijaga. Salah satu cara untuk menjaga dan melestarikan dengan membentuk lembaga adat. Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung yang dibentuk pada tanggal 18 November 1994. Lembaga adat ini menjadi bukti cinta masyarakat pakpak terhadap peninggalan nenek moyang yang telah diwariskan kepada mereka. Salah satu peninggalan yang dianggap sangat penting adalah tanah. Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau Universitas Sumatera Utara 20 menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Sulang Silima Marga Ujung merupakan pemangku adat serta pemilik ulayat tanah di beberapa wilayah di Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung merupakan marga tertua dan yang pertama sekali mendiami Kecamatan Sidikalang, sehingga hampir keseluruhan tanah di Kecamatan Sidikalang dikuasai Marga Ujung. Dahulu tanah – tanah yang ada di daerah ini berbentuk hutan dan dibatasi oleh air atau sungai lae. Selain pewaris, Marga Ujung juga harus mampu melestarikan lingkungan hidup masyarakat Pakpak. Organisasi Budaya Marga Ujung ini rutin melakukan kegiatan seperti menanam petai, jengkol, kemenyan, dammar, pohon kapur barus, dan lainnya. Banyak juga tanah yang dijadikan sawah, guna membantu masyarakat sekitar untuk mendapat kegiatan sehari- harinya sekaligus sebagai mata pencaharian mereka. Akan tetapi setiap tata cara penanaman dan lainnya tetap dikuasai dan diatur oleh Marga Ujung. Selain tanah, ada juga pembukaan lahan untuk dijadikan kampung. Tanah ini dinamakan tanah perkutaan. Tanah perkutaan merupakan tanah yang dibentuk berbentuk kampung untuk dihuni anak manjae pecahan keluarga baru statusnya sesuai dengan penyerahan bagian adat yang diterima, akan tetapi btekken bagian adat tanah harus tetap dibayar kepada Marga Ujung sebagai marga tanah. Namun Marga Ujung ini juga ada membagikan tanah untuk diolah sebagai tempat bercocok tanam sebagai hak pakai karena pada umunya sumber kehidupa n Universitas Sumatera Utara 21 masyarakat tradisional etnis Pakpak adalah pertanian yang menggunakan lahan yang didapat dari pusaka turun – temurun. Pembagian jenis tanah merupakan usaha dari Marga Ujung untuk menghindari perpecahan dan gejolak yang mungkin dapat timbul di tengah- tengah masyarakat Pakpak kecamatan Sidikalang. Usaha dalam pembagian jenis tanah dalam beberapa pembagian sangat berguna dalam menjaga sistem kekeluargaan ditengah- tengah masyarakat. Hal ini terlihat pada pembagian-pembagian tanah yang signifikan dalam kondisi dan kegunaannya tanah yang diatur sendiri oleh peraturan-peraturan yang dibuat oleh Marga Ujung itu sendiri. Sistem Pemilikan Tanah menurut kebudayaan Pakpak secara tradisional seluruh wilayah yang tercakup dalam silima suak keppas, simsim, pegagan, kelasen, boang merupakan hak ulayat Etnis Pakpak pada umumnya. Dari wilayah suak tersebut kemudian terbagi - bagi menjadi hak ulayat marga, kuta atau lebuh. Hak ulayat marga mencakup wilayah marga tertua dari setiap suak, seperti di Kecamatan Sidikalang Marga Ujung menjadi marga tertua dan memiliki hak kekuasaan serta mempunyai konsep tersendiri dalam menjalankan sistem Budaya Pakpak. Hak ulayat kuta dan lebuh merupakan segmentasi dari hak ulayat marga. Setiap Marga Pakpak biasanya mempunyai kuta dan lebuh. Terbentuknya kuta dan lebuh disebabkan karena pertumbuhan penduduk dari masing – masing marga, sehingga melalui suatu proses adat tertentu dibentuklah kuta atau lebuh. 18 Pada hakekatnya setiap kuta di wilayah 18 Kuta adalah sebuah daerah berbentuk seperti perkampungan yang dimana didalam kuta tersebut terdapat gabungan dari lebuh – lebuh yang dihuni oleh suatu klan besar atau marga tertentu. Lebuh merupakan bagian dari kuta yang dihuni oleh klan kecil. Universitas Sumatera Utara 22 Pakpak dimiliki dan dihuni oleh satu marga. Hak ulayat kuta sebenarnya tidak terlepas dari hak ulayat marga, sehingga pengalihan hak atas tanah harus melalui persetujuan Sulang silima marga. Universitas Sumatera Utara 23 BAB III PERKEMBANGAN LEMBAGA ADAT PAKPAK SULANG SILIMA MARGA UJUNG

3.1 Berdirinya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung