Pengaruh Terhadap Masyarakat Perananan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung Terhadap Masyarakat di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)

46 batas-batas tanah, ini disebabkan karena pada masa kolonial Belanda mencoba memecah belah melalui politiknya Devide et Impera dan membawa beberapa benda pusaka Pakpak termasuk buku Laklak yang menyangkut seluruh budaya Pakpak begitu juga dengan tanda batas tanah per Suak. Walaupun demikian tidak membuat Marga Ujung menjadi cerai dan goyah tetapi mereka tetap bersatu dan tetap menjalin rasa persatuan dalam menghadapi permasalahan tanah. 26 Anggota – anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung yang mengurus masalah tanah, dipermudah dan cepat sistem kepengurusannya. Surat – surat yang berkaitan dengan tanah lebih diutamakan karena menyangkut isu nasional. Marga Ujung mengedepankan kekeluargaan dan persaudaraan sehingga mereka saling membantu. Inilah yang membuat kelebihan di keanggotaan dalam struktur organisasi Marga Ujung, sehingga proses dalam pengurasan tanah lebih cepat.

4.2 Pengaruh Terhadap Masyarakat

Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung juga berpengaruh terhadap masyarakat. Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sidikalang, secara tidak langsung mendapat pengaruh yang signifikan baik dalam kehidupan sehari – hari maupun di berbagai aspek seperti sosial, pendidikan dan budaya. 4.2.1 Sosial sistem kekerabatan Kekerabatan adalah sesuatu yang menyangkut hubungan hukum antara satu dengan yang lain dalam pergaulan hidup. Suku pakpak mengenal prinsip patrilineal, 26 Wawancara dengan Berlin Ujung, Kalang Simbara, 17 Januari 2015 Universitas Sumatera Utara 47 dimana anak laki-laki yang berhak atas warisan dan penerus marganya. Marga memegang peranan penting dalam menentukan hubungan kekerabatan terhadap satu marga maupun yang bukan satu marga. Artinya dengan marga inilah seseorang dapat memastikan bagaimana pertalian kekerabatan atau sistem panggilan dengan orang lain. Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang juga menjalin hubungan yang baik dengan suku lain yang bermukim di Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung mengikuti proses silsilah marganya dan mengetahui hubungan kekerabatan di luar marganya. Keterbukaan Marga Ujung kepada Masyarakat pendatang menambah rasa persaudaraan diantara masyarakat. Selain itu Marga Ujung juga memberikan rasa empati dan simpati kepada masyarakat yang melakukan acara adat yang ada di Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung dihormati karena pemilik hak ulayat dan juga kerena memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama maupun kepada orang lain. Sehingga dalam kegiatan pesta adat yang dilakukan oleh suku lain, Marga Ujung selalu mendapatkan jatah adat jambar 27 . Tujuan diberikannya jatah adat jambar adalah untuk menghormati Marga Ujung selaku tuan tanah dan pemilik hak ulayat serta apresiasi kepada Marga Ujung yang selalu menciptakan kekeluargaan dan persaudaraan. 28 27 Jambar adalah hak atau bagian yang ditentukan bagi seseorang atau sekelompok orang, sesuai dengan aturan peraturan dalam adat itu sendiri, biasanya jambar tersebut merupakan daging hewan yang sudah disembelih dimana bagian jambar yang paling berharga berada di bagian lengan atau paha hewan tersebut dan akan diterima oleh pemangku adat yang dianggap paling dihormati. 28 Hasil wawancara dengan Agung Ujung, Batang Beruh, 16 Januari 2015 Universitas Sumatera Utara 48 4.2.2 Pendidikan Pendidikan berperan penting dalam kehidupan setiap manusia, karena dari pendidikanlah diperoleh pengetahuan untuk mencapai kehidupan yang lebih. Pendidikan merupakan alat untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan untuk mencapai kemajuan menuju kemakmuran dan melalui pendidikan dapat terlaksana modernisasi dalam segala bidang, seperti sesuai dengan pembangunan dalam bidang materi dan non materi. Salah satu jalan untuk meningkatkan martabat manusia ialah dengan memberikan dan menggunakan pendidikan sebagai faktor yang menunjang kemajuan lebih lanjut. Pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan dan kebiasaan sekelompok orang yang di transfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan umumnya dibagi menjadi beberapa tahapan seperti pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan kemudian perguruan tinggi. Adapun tujuan pendidikan tidak lain hanya untuk mencerdaskan bangsa dan bebas dari penindasan. Melalui pendidikan terbukalah untuk meningkatkan status sosial menjadi lebih tinggi. Tujuan Pendidikan adalah mencari jalan bagaimana manusia sebaiknya menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah – ubah dan penyesuaian diri itu dengan sendirinya mengadakan perubahan terhadap lingkungannya. Perkembangan di dunia Pendidikan ikut berubah seiring dengan perkembangan jaman dimana pola Universitas Sumatera Utara 49 pikir pendidik berubah dari konservatif menjadi lebih modern. Hal ini memiliki implikasi terhadap metode pendidikan di Kecamatan Sidikalang. Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung menciptakan kerjasama yang harmonis dengan Ikatan Penerbit Indonesia IKAPI dan seluruh pemangku adat Generasi Sipitu Marga dalam rangka pengadaan buku – buku pelajaran , muatan lokal dan buku umum yang berkualitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional saat ini. Buku – buku pengetahuan memuat tentang adat, budaya, dan kebiasaan masyarakat Pakpak dan diharapkan menjadi pembelajaran kepada generasi muda dan kepada seluruh masyarakat. Hal ini perlu dilakukan kepada generasi muda baik suku pakpak maupun suku pendatang yang tinggal di tanah pakpak agar seluruh elemen masyarakat kedepannya mengetahui dan memahami adat budaya pakpak sehingga dapat mengurangi tindakan – tindakan yang dapat merugikan adat budaya pakpak dari pihak manapun. Pelajaran tentang seni dan budaya pakpak dianggap perlu untuk diterapkan dan dipahami.untuk itu perlu semua pihak dapat membantu pencetakan serta penerapan pembelajarannya di sekolah. lembaga adat pakpak sulang silima mengusulkan kepada dinas pendidikan agar seluruh sekolah yang berdiam di kecamatan sidikalang memuat mata pelajaran tentang seni dan budaya pakpak dalam mata pelajaran yang sering disebut dengan nama muatan lokal. Universitas Sumatera Utara 50 Pemerintah daerah menyetujui berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara dan menilai diterapkannya sistem pembelajaran muatan lokal ke sekolah – sekolah dapat membantu guru dan peserta didik dalam proses belajar demi membekali pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang kawasan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilaiaturan yang berlaku di daerah guna mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional. 29 4.2.3 Budaya Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Menjaga dan melestarikan kebudayaan merupakan ciri khas yang dilakukan manusia untuk melakukan penghormatan kepada leluhurnya. Berbicara mengenai budaya erat kaitannya dengan adat istiadat. Adat istiadat dan kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang bergerak secara dinamis sesuai dengan kepentingan dan faktor pengaruh yang dialami para pendukung adat atau kebudayaan tertentu. Demikian halnya adat istiadat Pakpak yang mencakup segala aspek kehidupan yang menggambarkan identitas Pakpak yang berbeda atau sama dengan etnis lain. Jadi ada adat istiadat yang berhubungan dengan religi atau keagamaan, mata pencaharian, kesenian, bahasa, teknologi, organisasi sosial dan sistem pengetahuan yang selalu berubah sesuai 29 Wawancara dengan Arkemo Ujung, Kelurahan Batang Beruh, 12 Desember 2014 Universitas Sumatera Utara 51 dengan konteks. Seperti halnya etnis lain di dunia, etnis Pakpak juga juga memiliki adat istiadat yang khas, sehingga dapat dibedakan dengan kelompok etnis lain. Berbagai jenis upacara selalu dijumpai disepanjang lingkaran hidup manusia pada hampir semua kelompok suku bangsa sesuai dengan perkembangan biologi manusia itu sendiri. Tidak terkecuali kelompok yang sudah menganut agama besar maupun yang belum selalu tidak terlepas dengan berbagai upacara-upacara tersebut. Demikian halnya dengan orang Pakpak, jauh sebelum masuknya ajaran agama Kristen Islam mengenal dua jenis upacara disepanjang hidupnya yang disebut kerja njahat dan kerja baik. Kerja njahat adalah jenis upacara yang berhubungan dengan upacara duka cita seperti ; kematian Males bulung simbernaik, males bulung buluh, males bulung sampula, mengokal tulan, menutung tulan. Sedangkan kerja baik mencakup Upacara kehamilan mere nakan merasa nakan pagit upacara kelahiran mangan balbal dan mengakeni, masa anak-anak mengebat, mergosting, masa remaja seperti sunat mertakil, masa dewasa seperti perkawinan merbayo, memberi makan kepada orang tua menerbeb 30 . 30 Males bulung simbernaik adalah sebutan upacara adat kematian yang didalamnya harus memotong kerbau. Males bulung buluh adalah sebutan upacara adat kematian apabila anak dari orang yang meninggal tersebut belum menikah semuanya. Males bulung sampula adalah sebutan upacara adat kematian yang diwajibkan untuk memotong babi. Mengokal Tulan adalah suatu upacara adat yang bentuk kegiatannya mengangkat sisa tulang belulang yang masih ada terdapat didalam kubur. Menutung Tulan adalah suatu kegiatan upacara adat setempat yang dimana bentuk kegiatannya berupa sisa tulang belulang yang sudah diangkat okal dari kuburan dan dipindahkan ketugu rumah terakhirnya. Mere nakan merasa adalah sebutan upacara adat bagi orang yang mau melahirkan dengan membuat acara sederhana berupa penyajian makanan – makanan enak agar anak yang dilahirkan sehat – sehat. Mangan bal-bal adalah sebutan upacara adat bagi mereka yang sudah melahirkan selama tujuh hari dengan keluarga. Mengakeni adalah seorang keluarga dari pihak perempuan datang membawa makanan kepada keluarga yang melahirkan setelah tujuh hari dan pihak perempuan tersebut harus membalasnya dengan uang atau ulos. Margosting adalah seorang anak yang baru lahir, diadakan upacara pemangkasan rambut oleh pihak keluarga perempuan. Universitas Sumatera Utara 52 Setelah masuknya ajaran agama Kristen dan Islam beberapa upacara tersebut sudah tidak dipraktekkan lagi, misalnya sunatan atau mertakil bagi Pakpak Kristen. Sebaliknya dikalangan Pakpak Kristen yang umumnya tinggal diperkotaan dikenal upacara adat baru seperti pendidien menjalo gerrar, dan sidi meluah dengan mengundang teman, kelompok sulang silima dan tetangga untuk makan bersama. Upacara perkawinan dan upacara kematian kerja njahat merupakan upacara yang sangat penting menurut adat istiadat Pakpak. Upacara ini pada awalnya sangat erat hubungannya dengan kepercayaan agama tradisional Pakpak, tetapi setelah masuknya agama Islam dan Kristen ada penyesuaian, penghilangan dan penambahan unsur. Misalnya menambahkan unsur agama ditahapan upacara. Selain upacara sekitar lingkaran hidup, orang Pakpak juga mengenal upacara- upacara lain yang berhubungan dengan alam dan mata pencaharian seperti: mendeger uruk, menanda tahun, mere kemban, menoto, meneppuh babah, atau merkottas dan lain sebagainya. 31 Mengebat adalah bagian dari upacara margosting yang bentuknya menyuruh anak tersebut untuk duduk diatas tikar dan dikasih sarung. Mertaki adalah suatu kegiatan permintaan izin seorang anak terhadap orang tuanya. Merbayo adalah pesta adat yang dilaksanakan dirumah si perempuan. Menerbeb adalah pemberian makan kepada orangtua yang disuapin oleh anaknya sendiri karena sudah sukses. Pendidien adalah upacara pemberkatan di gereja bagi anak yang baru lahir. Sidi adalah pemberkatan di gereja bagi orang yang sudah menginjak masa dewasa. Mendeger uruk adalah upacara tahunan untuk memperingati penanaman baru dengan memotong kerbau, dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam dengan keikutsertaan semua keluarga. Menanda tahun adalah upacara menjelang penanaman padi. Menoto adalag upacara merintis lahan. Menepuh babah adalah upacara membuka lahan untuk penanaman baru. Merkettos adalah pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian baru. 31 Lister berutu dan Nurbani padang, Tradisi dan Perubahan, Monora, 1998, hal 7 Universitas Sumatera Utara 53 Kecamatan Sidikalang didiami oleh masyarakat dengan berbagai suku yang ada seperti Suku Pakpak, Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Jawa, Sunda, Aceh, Tionghoa dan sebagainya. setiap suku tersebut memiliki adat – istiadatnya masing- masing yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam hal acara adat seperti upacara pernikahan, upacara kematian, pesta tugu, memasuki rumah baru dan sebagainya. Semua upacara adat tersebut dijalankan berdasarkan adat – istiadat yang dianut oleh setiap suku yang ada di Kecamatan Sidkalang. Sebagai pemangku adat dan pemegang hak ulayat di Kecamatan Sidikalang, Marga Ujung memiliki pengaruh dalam setiap upacara adat yang dilakukan oleh setiap suku di daerah itu. 32 Dalam hal acara peradatan adat – istiadat yang berlangsung di wilayah ulayat Marga Ujung, Marga Ujung disebut sebagai raja ni dapet yang selalu mendapatkan jambar jatah adat berupa lengan dari hewan yang di sembelih pada saat acara adat berlangsung. jambar yang diterima Marga Ujung tersebut dinamakan dengan perbetekken. Penyerahan jambar perbetekken tersebut merupakan kewajiban bagi seluruh masyarakat yang melaksanakan acara adat baik dari suku manapun yang berada di wilayah ulayat Marga Ujung ketika melaksanakan acara adat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di wilayah ulayat Marga Ujung, dapat dilaksanakan berbagai upacara adat, namun tetap harus menghargai adat budaya asli yang ada di Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung yang berhak menerima jambar perbetekken dalam upacara adat di Kecamatan Sidikalang adalah Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung 32 Wawancara dengan Reno Sijabat, Sidikalang Kota, 16 Desember 2014 Universitas Sumatera Utara 54 atau perwakilannya yang diutus. 33 Penyerahan jambar kepada Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung sebagai pemangku adat di wilayah Kecamatan Sidikalang merupakan bentuk penghormatan, penghargaan dan terima kasih oleh setiap suku – suku pendatang yang tinggal di wilayah ulayat Marga Ujung, karena telah diperbolehkan melaksanakan acara adat sesuai dengan adat istiadat yang dianut masing – masing suku.

4.3 Pengaruh terhadap pemerintahan