Sejarah Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang

16 Penduduk di Kecamatan Sidikalang mayoritas beragama Kristen protestan, yaitu 34.328 jiwa atau 72,88. Penduduk beragama Islam 7.876 jiwa atau 20,97, Kristen Katholik 2.476 jiwa atau 5,26 dan beragama Budha 421 jiwa atau 0, 89 . Karakteristik adat istiadat di kecamatan sidikalang dipengaruhi oleh penduduk yang ada, seperti suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo dan suku lainnya serta sifatnya dipengaruhi oleh suku – suku diatas. Kegiatannya masih sangat dipengaruhi oleh adat dan norma adat yang berlaku. 12

2.3 Sejarah Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang

Pakpak sebagai salah satu suku dengan berbagai marga menjadi suku asli yang mendiami wilayah Kabupaten Dairi, termasuk Kecamatan Sidikalang memiliki sejarah yang panjang. Menurut sejarah, Pakpak merupakan nenek moyang dari seluruh Marga Pakpak. Pakpak dulunya tinggal di daerah yang bernama Negeri Sitelunempu. Pakpak memiliki dua istri dan memiliki keturunan 7 orang anak laki- laki dan 1 orang anak perempuan. Istri yang pertama adalah boru Saraan yang melahirkan 3 anak laki-laki yaitu: Ujung, Angkat, Bintang dan 1 orang anak perempuan yaitu: Nan Tampuk Mas. Istri yang kedua adalah Boru Padang yang melahirkan 4 orang anak laki-laki yaitu Gajadiri, Gajamanik, Sinamo dan Capah. Keturunan Pakpak dari istri pertama tinggal di satu wilayah yang bernama Sicike- cike. Karena bencana banjir di Sicike-cike maka mereka berangkat bersama 12 Ibid., hal. 12 Universitas Sumatera Utara 17 keturunannya masing-masing ke daerah yang kemudian menjadi daerah kekuasaan mereka masing-masing. 13 Ujung berangkat ke wilayah yang saat ini dikenal dengan nama Kota Sidikalang yang menjadi ibukota kabupaten Dairi. Keturunan dari Marga Ujung menyebar ke beberapa wilayah yaitu, Batang beruh, Siburabura, Pardomuan, Kalang Simbara, Huta Raja, Kalang Jehe, Kalang Baru, dan Rimo Bunga. Keturunan Marga Ujung menjadi kepala kampung dan raja tanah di daerah yang mereka diami. Saat ini, Marga Ujung menjadi pemangku adat serta pemegang hak ulayat di daerah tersebut. 14 Angkat berangkat ke wilayah yang dikenal dengan nama Sidiangkat. Keturunan Marga Angkat kemudian menyebar ke beberapa wilayah yaitu Huta Padang, Lae Laklak, Tumpak Candi, Belang Malum, Kuta Angkat dan Juma Sangkalan. Keturunan Marga Angkat menjadi kepala kampung dan raja tanah di setiap daerah tersebut. Sampai saat ini, Marga Angkat menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di daerah tersebut. 15 Bintang berangkat ke wilayah yang dikenal dengan Huta Parmasan. Keturunan Marga Bintang kemudian menyebar ke beberapa wilayah yaitu, Tambun, Barung-Barung, Huta Gerat, Bintang Maria, Pancur, Parsaoran dan Lae Pinang. Mereka menjadi kepala kampung dan raja tanah di setiap daerah tersebut. Saat ini, Marga Bintang juga menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di daerah tersebut. 16 13 M. N. Angkat. Sejarah Dari Negeri Sitelunempu. Sidikalang. Hal. 5 14 Ibid., hal. 7 15 Ibid,. hal. 10 16 Ibid., hal. 15 Universitas Sumatera Utara 18 Suku Pakpak sebagai masyarakat adat mengakui bahwa tidak ada tanah yang tidak bertuan di seluruh nusantara. Demikian halnya dengan tanah di wilayah Kecamatan Sidikalang. Sebagai suku yang pertama kali mendatangi dan mendiami wilayah Kecamatan Sidikalang, Suku Pakpak menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di Kecamatan Sidikalang. Setiap bagian daratan yang dibuka oleh keturunan Suku Pakpak menjadi wilayah kekuasaan mereka masing-masing.

2.4 Sejarah Berdirinya Sulang Silima Marga Ujung