Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara orang tua yang mencari informasi, maupun dinas kesehatan bagi kepentingan pendataan serta para mahasiswa yang melakukan penelitian terhadap anak autis. Juni 2003, YAKARI bersama dengan LSM-LSM seperti Pustaka Indonesia, LBH, IDAI, PPAI, Galatea, JKM, telah berhasil melaksanakan semiloka yang bertajuk menyiapkan anak autis memasuki sekolah umum bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kodya Medan, dan hasilnya pada tahun ajaran 20032004 anak autis boleh bersekolah di Sekolah Umum. Memang saat ini fenomena ini masih awam bagi masyarakat, walaupun penderitanya semakin hari semakin banyak. Banyak masyarakat yang salah mempersepsikan anak-anak autis sebagai anak cacat mental atau bisu, sehingga Rusly banyak menemui anak-anak ini di SLB-SLB di sekitar kota Medan. Hal ini membuat penanganan anak tersebut tidak tepat sasaran. Dan sebagian masyarakat mendiamkan begitu saja, karena mereka tidak punya harapan lagi terhadap masa depan anak tersebut. Yayasan ini berupa secara maksimal mensosialisasikan serta memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, namun karena keterbatasan kemampuan terutama pembiayaan upaya-upaya tersebut tidak dapat maksimal.

4.2. Hasil

Pada saat peneliti mendapat judul ini untuk keperluan skripsi, peneliti direkomendasikan oleh bibi dari peneliti untuk mencoba meneliti di sekolah ini, karena sekolah ini memberikan banyak peluang bagi yang ingin meneliti di sekolah ini. Pada saat pertama kalinya ke sekolah ini, peneliti disambut dengan ramah oleh salah satu staf pengajar. Setelah peneliti mengutarakan keinginan peneliti, pihak sekolah ini pun memperbolehkan peneliti untuk bisa mewawancarai dan mengobservasi guru dan muridnya, meskipun pada awalnya mereka hampir menolak karena mengira peneliti akan mewawancarai dan mengobservasi murid dengan alasan sudah banyak peneliti lain yang mengobservasi dan mewawancarai murid mereka. Peneliti melihat bahwa sekolah ini memiliki 5 orang guru. Peneliti menentukan seluruh guru yang mengajar di Sekolah YAKARI sebagai informan data yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian ini Universitas Sumatera Utara berlangsung selama 10 hari sejak 58; 68; 108; 118; 318; 219; 229; 239; 289; 299. Informan 1 Nama : Fitria Perdemun Latar Belakang Pendidikan : SMA 17 Medan Lama Mengajar : 2 tahun Ibu Fitri ini adalah salah seorang guruterapis yang mengajar dan juga sebagai asisten professor yang ada di sekolahyayasan ini. Ibu ini sudah mengajar di sekolah ini selama 2 tahun dan mengajar 5 orang anak, anak autis dan anak dengan keterlambatan berbicara speech delay dengan kisaran umur 3-6 tahun. Latar belakang beliau mengajar di sekolah ini karena beliau ingin memberi yang terbaik untuk anak-anak yang ada di sekolah ini. Tujuan Agar anak mau melakukan kontak mata, karena anak autis tidak mau melakukan kontak mata. Dengan cara memanggil namanya, sampai anak benar- benar menoleh dan mengerti bahwa guruterapis memanggil namanya. “ya memanggil nama seperti biasa, sampai ia betul-betul menoleh, sampek betul-betul dia memang tau dia bahwa yang kita panggil itu dia, sampai mau melakukan kontak mata. Karena anak seperti ini tidak mau melakukan kontak mata”. Sasaran Anak-anak yang berkebutuhan khusus, khususnya anak-anak autis dan keterlambatan berbicara speech delay yang di didik oleh beliau. Pesan Beliau mengatakan bahwa isi pesan yang paling sering disampaikan guru kepada anak adalah pesan yang singkat dalam bentuk perintah, seperti “duduk”, “berdiri”, “tidak boleh”, dan lain sebagainya. Hal yang hebat yang dilakukan anak adalah ketika anak dapat melakukan perintah itu selama 1 atau 2 menit. Karena mereka jarang bisa duduk tenang. Universitas Sumatera Utara “perintah seperti duduk, berdiri, duduk diam manis. paling satu menit dua menit sudah hebat, sudah luar biasa. Dia mau melakukan perintah selama 2 menit sudah luar biasa buat kita. Jadi pesannya harus perintah untuk anak autis. Dan hanya perintah. Pesannya juga harus kita lihat kondisi anaknya. Enggak mungkin kita nyerocos. Gak mungkin bisa masuk ke pikiran dia dong. Tapi kalau susah agak bisa, kita bisa mengatakan, makan tuh di meja makan. Karena komunikasi yang kita gunakan dengan anak yang normal itu berbeda. Instrument dan Kegiatan Beliau mengatakan kegiatan yang dapat memperkecil tantrum pada anak yang di didiknya adalah dengan menunjukkan apa yang ia mau, sehingga ketika anak mendapatkan apa yang ia mau, maka kemungkinan anak tantrum akan menurun. “ya kita tunjukkan aja apa yang dia mau”. Sumber Daya Beliau mengatakan bahwa sumber daya harus memilik kesabaran, wawasan yang luas tentang anak, memiliki pendidikan bagaimana mengajarkan anak autis, dan mampu mengendalikan anak autis. “keahliannya sih ya, sebetulnya ya, tergantung pada orangnya. Yang penting wawasannya luas tentang anak, pendidikan tentang bagaimana mengajarkan anak autis, karena mereka anak-anak autis punya banyak keahlian, seperti melukis, menyanyi, menggambar. Yang paling penting adalah mampu mengendalikan anak autis, apalagi tantrum. Masih banyak kelebihannya guru lainnya, seperti kejiwaan”. Skala Waktu Beliau mengatakan bahwa tantrum ini dapat diatasi, bukan sembuh secara total. Waktu yang dibutuhkan tergantung pada anak dan khususnya orang tua. Anak perlu secara teratur menggunakan obat dan harus dilatih oleh orang tua. “bisa dong, tapi enggak total banget karena kita pun bisa emosi. Ya, harus diarahkan lah. Anak normal juga waktu keinginannya gak dipenuhi bisa ngambek. Kita juga tidak bisa bilang berapa lama sembuhnya, karena itu harus betul-betul dilatih sama orang tuanya jugak gitu, jangan sampek anaknya itu terlalu dimanja akibatnya dia lupa diri gitu, apapun keinginannya harus ada, itu gak bakalan bisa sembuh. Sampai sejauh mana sih, ya kan gak mungkin terus- terusan sama orang tua, mungkin dititipin sama sodara, atau siapa gitu. Ini gak mau dicampak, itu gak mau dicampak jugak. Kalau anak ini pemula, dia harus menggunakan obat, selebihnya harus sangat dilatih. Karena peranan yang paling besar itu berada di tangan orang tua”. Universitas Sumatera Utara Evaluasi Dan Perbaikan Tidak ada evaluasi dan perbaikan dalam berkomunikasi dengan anak. Karena anak harus memahami satu perintah terlebih dahulu lalu anak diberikan perintah yang baru lagi. Begitu juga halnya dengan pemberian materi kepada anak. “mengulang-ulang terus sampai anak itu betul-betul mampu. Contohnya kontak mata tadi, anak autis, kontak mata dengan kita 1 menit, atau 1 detik, persekian detik, udah hebat, karena apa pun itu, resiko klo kita ngasih pelajaran atau memanggil nama dia, belum tentu dia menoleh sedetik pun tidak. Tapi klo kita buat 2 detik 3 detik mengobrol komunikasi “halo, namanya siapa?” dengan cara melakukan kontak mata. Itulah yang mesti diasah kembali. Jadi harus diulang, setiap hari harus diulang-ulang supaya dia mengingat bahwa “oo saya yang mereka panggil, berarti saya yang dipanggil, jadi itu terekam bagus, karena secara fisik mereka mungkin tidak bisa diam, atau enggak “ting” gitu yakan. Tapi kalau kita pandangin mereka ini sangat luar biasa. Karena mereka bisa mengingat dan mereka itu rutin.” Informan 2 Nama : Andi Sidabutar Latar Belakang Pendidikan : S1 UNPRI Lama Mengajar : 6 tahun Informan ini adalah seorang guru yang paling lama mengajar disekolah ini. Latar belakang beliau mengajar disekolah ini karena pada awalnya ia mengikuti paman beliau yang juga dulu mengajar disekolah ini. Beliau sekarang mengajar 4 orang anak autis, dengan kisaran umur 9-25 tahun. Tujuan Agar anak bisa mengerti komunikasi yang diberikan guruterapis kepadanya yang berupa perintah, supaya tercipta perubahan perilaku pada anak. Sehingga pada saat anak mengalami tantrum, ia bisa menghentikan tantrum dengan perintah yang diberikan guruterapisnya. “aku punya anak tantrum yang paling besar, yang masih sampek sekarang aku ajarin. Dia kan gak bisa bicara lagi kan, tapi udah baik kok sekarang. Jadi, dialah yang dulu buat aku trauma. Pertama-tama tulang saya yang ngundang dia, ngamuk, yaudah saya lari. Tapi lama-lama saya jadi asisten tulang saya. Tulang saya udah resign. Jadi saya yang gantikan tulang saya megang dia. Dia dulu itu enggak mengakui saya sebagai guru gitu, enggak takut sama saya, karena kan masih baru, jadi dulu dia sukak pergi ke kamar mandi, dua jam di dalam kamar Universitas Sumatera Utara mandi jongkok di WC selama 2 jam, eh duduk selama 2 jam, jadi aku nungguin dia 2 jam di kamar mandi. Kusuruh masuk kelas enggak pernah mau, jadi gak takut gitu, enggak menganggap gitu kan, jadi mulai jam 10 sampek jam 12 sampek saat makan, saya dikamar mandi berdiri terus, ngawanin dia, karena kalok kusuruh masuk kelas enggak pernah mau terus klo saya tinggalkan atasan saya kan ada dulu disitu, karena dulu kan masih baru-baru, jadi tahankan sampek gak makan gak minum, jadi dulu kalok dia marah sampek tiga orang pun kami megang dia, ini kan udah baru semua gurunya, jadi yang lama-lama ada guru laki-lakinya yang agak besar jugak, cuma enggak sanggup juga megangi dia. Jadi saya selalu panggil mereka kalau dia marah, sampek 3 orang, 4 orang megangi dia. Besar kali badannya. Jadi kalau dia marah klo misalnya dia enggak dapat tangan kita untuk mukulin dia, diantuk-antukkannya kepalanya kedinding sampek berdarah-darah, jadi memang orang tuanya jugak pengertian udah mengerti keadaan anaknya gimana. Akhirnya dia pun mengerti kalau saya mengajar dia dengan tulus. Sekarang dia udah tenang. Sekarang klo dia marah, aku tinggal marahi dia, udah ngerti dia. Tapi ya melalui perjuangan yang panjang.” Sasaran Anak-anak yang berkebutuhan khusus yang datang untuk diterapi. Beliau mengatakan bahwa pada awalnya anak perlu diobservasi selama 1 sampai 2 minggu, dan rata-rata seorang anak dididik selama 3-4 tahun, namun ada juga yang lebih. Sejak awal mengajar hingga saat ini beliau sudah mengajar sekitar 20 anak. Mulai dari usia 3 sampai 25 tahun. Pesan Beliau mengatakan bahwa pesan yang paling sering diberikan kepada anak-anak ini adalah pesan yang berupa materi yang setiap anak berbeda-beda , perintah, pujian atau terkadang bermain sambil belajar. “kebanyakan materi sebenarnya. Karena saya kalo mengajar dikelas itu gak monoton, enggak serius, karena kan anak-anak ini kan klo diseriusin jenuh, bosan atau apa. Jadi lebih tepatnya bermain sambil belajar seperti itu jadi lebih enjoy aja orang itu. Karena kan klo anak-anak lebih senang bermain, dibanding langsung duduk dimeja karena mereka mau menolak, nangis. Jadi lebih banyak bermainnya. Ngomong memang iya, kadang kita bicara samanya. Tapi orang itu lebih mengerti waktu mereka melakukan hal yang bagus ato yang kita inginkan, kita kasih kata-kata “bagus”, “hebat”, “kamu pintar” ato enggak tepuk tangan “oke”, “mantap” gitu. Lebih kearah situ orang itu senang gitu orang itu lebih mengerti gitu dibandingkan dengan kata-kata “harus rajin belajar karena gini- gini” ini udah rumit, mereka enggak ngerti. Mereka lebih senang diberikan pujian. Saya juga senang memberikan pujian kepada mereka”. Universitas Sumatera Utara Intstrument dan Kegiatan Beliau mengatakan kegiatan yang dapat memperkecil tantrum pada anak yang di didiknya adalah kegiatan bermain yang disukai oleh anak. Namun bermain ini juga harus melihat kondisi anak. Karena jika anak tidak suka permainan itu, maka anak akan tantrum. “bermain aja, terus kedua dia sukaknya kemana gitu, kita memang harus masuk ke dunianya anak itu. Dia sukaknya situasi belajar yang kek mana supaya enggak tantrum. Bukan berarti kita harus ikuti kemauan dia”. Sumber Daya Beliau mengatakan bahwa sumber daya ini adalah guruterapis yang memiliki kesabaran, kreatif. Namun akan lebih baik jika sumber daya memiliki pengetahuan atau ilmu tentang kesehatan dan juga psikologi. Karena mereka yang memiliki pengetahuan ini akan lebih mudah untuk mengetahui dan memahami anak. “yang pertama yang paling penting itu kesabaran ya, yang kedua klo menurutku ya yang kedua dia itu harus kreatif, karena terkadang anak seperti ini tidak mengerti. Jadi kitaa harus ajarkan bagaimana supaya mereka bisa mengerti. Sebenarnya juga harus tamatan sekolah apa gitu. Yang pertama kesehatan, kedua psikolog, itulah yang paling utama ya”. Skala Waktu Para guru atau terapis memerlukan observasi pertama pada anak selama 1 atau 2 minggu. Rata-rata seorang anak di didik selama 3- 4 tahun. Dan waktu yang dibutuhkan seorang guru untuk menenangkan anak dalam tantrum adalah 3- 5 bulan. Namun beliau tidak begitu yakin tantrum ini bisa sembuh. Namun perilaku tantrum ini dapat berkurang, dengan cara memperhatikan makanan anak. Dan ketika anak mengalami tantrum dan anak sudah memiliki pemahaman yang baik tentang perintah, orang tua dapat memberikan perintahlarangan kepada anak untuk marah atau tantrum. Pemberian obat juga dapat mengurangi tantrumnya, namun terkadang pemberian obat dapat membuat anak ketergantungan. Obat hanyalah sebagai pembantu terapi agar anak dapat lebih tenang. Sehingga sebaiknya pemberian obat diberikan bersama-sama dengan terapi. “bisa berkurang, tapi klo sembuh enggak terlalu yakin. Karena bisa aja nanti suatu saat dia sedang emosi tinggi itu bisa balek. Cuma perilakunya berkurang, Universitas Sumatera Utara sebenarnya tantrum itu enggak sembuh tapi berkurang. Cara menguranginya dengan cara mengatur makanan. Dan jugak klo anak itu sudah paham berkomunikasi, mengerti kata-kata kita haruslah dia kita kasih tau dia supaya jangan marah-marah. Pemberian obat juga membantu mengurangi tantrumnya. Cuma terkadang obat bisa buat anak bengong trus ketergantungan, makanya obat juga harus pelan-pelan nguranginya. Sebenarnya obat itu untuk pembantu terapinya karena yang paling penting itu terapi, supaya lebih tenang lagi dikelas. Waktu terapi dan obat itu tergantung dengan gejalanya. Ada yang cepat ada yang lama. Yang berat bisa 6 bulanan, yang ringan bisa 3 bulanan”. Evaluasi dan Perbaikan Belum ada evaluasi dan perbaikan, karena perintah yang diberikan terbatas dan anak tidak bisa berkomunikasi. “sejauh ini belum ada evaluasi sih. Karena kan terbatas juga, jadi kalau memang anak itu tidak memungkinkan untuk berkomunikasi ya kayak mana mau kita buat kan gitu, karna memang seperti itu, sudah besar jadi dia kalau berkomunikasi sudah susah”. Informan 3 Nama : Hari Marsita Latar Belakang Pendidikan : SMK 9 Lama Mengajar : 3 tahun Kak Sita ini adalah seorang guru terapis yang sudah mengajar di Yakari selama 3 tahun, dengan latar belakang pendidikan dari SMK 9. Latar belakang beliau mengajar disekolah ini adalah karena pada awalnya beliau merasa penasaran dengan bagaimana anak autis itu, sehingga ketika memiliki kesempatan untuk bisa mengajar di sekolah ini, beliau langsung mengambil kesempatan ini. Beliau sekarang mengajar 4 orang anak dengan kisaran umur 3-7 tahun. Tujuan Agar ada perubahan pada diri anak. Komunikasi yang diberikan kepadanya juga komunikasi dalam bentuk perintah seperti “tidak boleh”, “tepuk tangan”, dan lain sebagainya. “Kalau si N kan dia enggak bisa berkomunikasi, dia tantrum jadi kita ngajarin dia lebih banyakke perintah. Lebih banyak keperintah. Contohnya “N tirukan”, “kesini”, “kesana”, “tepuk tangan”. Dia enggak bisa berkomunikasi karena dia autis murni. Pas dia tantrum kita pegang aja tangannya. Itukan biasanya dia mau nyubit atau apa, kita pegang aja tangannya sekuat tenaga. Universitas Sumatera Utara Sampek dia tenang. Jadi enggak ada komunikasi, Cuma pegang tangan aja. “Tidak boleh”, “Hei, tidak boleh” gitu aja kita bilang”. Sasaran Anak dengan kebutuhan khusus. Khususnya 4 orang anak didikan beliau, seperti down syndrome yang berusia 7 tahun, autis berumur 3 tahun, keterlambatan berbicara speech delay berumur 4 tahun, dan hiperaktif berusia 6 tahun. Pesan Beliau mengatakan bahwa pesannya berupa perintah seperti “hey, tidak boleh”. Karena ia seorang anak yang hyperaktif tantrum. Tidak ada pelajaran atau kegiatan pre-akademik karena hanya untuk duduk mandiri saja harus didampingi. Pujian diberikan kepadanya pada saat ia dapat menirukan perintah yang diberikan kepadanya dengan baik. Perintah adalah isi pesan yang paling sering diberikan. “hei tidak boleh”. Cuma itu aja, Cuma perintah aja. Materinya ke perintah karenakan dia hiperaktif tantrum kan, kalok dia untuk pre-akademik dia belum bisa. Karenakan dia untuk duduk mandiri lama gitu aja dia belum bisa harus kita damping. Jadi lebih banyak keperintah kita kasih. Pujian juga kita kasih. Contohnya klo misalnya kita bilang “N tirukan” dia menirukan bagus kita bilang “bagus”, “hebat”. Instrument dan Kegiatan Tidak ada kegiatan yang dapat memperkecil terjadinya tantrum pada anak ini. Hanya berada didalam ruangan karena jika diluar ruangan anak ini mau langsung lari kejalan. Sehingga ia hanya bisa bermain di dalam ruangan yang sudah disediakan bola, mainan binatang2, menjahit, dan merunce. “jatuhnya keperintah jugak. Tetap perintah karena kan dia autis murni, bisa dibilang autis yang parah. Kalo bermain dia enggak, membaca jugak enggak karnakan dia kalo bermain diluar ruangan dia langsung lari kejalan. Jadi dia hanya monoton bermain didalam ruangan, bermain bola, bermain binatang- binatang karet, menjahit, merunce, itulah yang kita ajarkan. Dan kayaknya enggak ada kegiatan yang bisa memperkecil tantrum sama dia”. Sumber daya Beliau mengatakan bahwa guruterapis harus sabar, harus mendalami ilmu autis, bertanggung jawab, mengenal lebih dalam mengenai anak autis, mengetahui Universitas Sumatera Utara metode ABA. Namun hanya beberapa sekolah saja yang menerapkan metode ABA, karena lebih sering digunakan untuk ABK. “ooh kriteriannya? Ya harus sabar, harus mendalami ilmu autis, tanggung jawab, trus apa lagi ya, mengenal lebih dalamlah tentang anak autis, trus harus mengetahui metode ABA. Metode ABA ini udah dipakek di semua sekolah autis. Saya sebagai guru selalu pakai metode ABA ini. Metode ini bisa dipakek buat anak autis, bisa jugak buat anak normal, tapi lebih sering dipakek sama anak autis”. Skala Waktu Beliau mengatakan bahwa tantrum bisa diatasi, bukan sembuh secara total. Dengan cara meminum obat dan terapi. Semakin cepat anak dibawa terapi semakin cepat anak tersebut sembuh. “tantrum ini bisa diatasi, dengan satu obat itu harus diminum jugak. Karena kan disamping dia minum obat dia jugak terapi. Klo sembuh belum, paling sekitar 85 lah gitu kan kalo untuk sembuh totalnya. Karena kan anak- anak seperti ini enggak bisa mendekati anak normal. Contohnya kayak tantrum itu, hilang tantrumnya, enggak bisa gitu. Pasti sedikit banyaknya ada jugak dia ngamuk tapi hanya sesekali. Itu pun tergantung sama orang tua kapan bawa anaknya terapi, karena semakin cepat dia dibawa terapi, semakin cepat dia berhasil, hilang semua hiperaktif, tantrumnya, semuanya. Contohnya seperti N itulah, dia telat dibawak kemari. Umur 7 tahun dia baru dibawak kemari. Tapi yang paling penting itu minum obat sama terapi. Kalo pun rutin dia minum obat sama terapi sembuhnya tergantung sama anaknya jugak. Tahunan atau bulanan jugak. Obat itukan gunanya buat menenangkan. Contohnya kayak N, kita harapkan dia untuk minum obat, tapi dia dirumah enggak minum obat. Jadi enggak bisa, mau kita ajarkan seribu metode pun enggak bakalan bisa, karena untuk duduk tenang aja dia enggak bisa, jadi ya gitulah dia selama setahun ini”. Evaluasi dan Perbaikan Beliau mengatakan bahwa evaluasi jarang dilakukan karena anak sering tantrum. Namun perintah adalah suatu hal yang paling penting dalam berkomunikasi. Anak harus memahami satu hal dahulu, kemudian dapat melanjutkan hal yang lain. “enggak ada. Karena klo kita ngajarkan anak seperti ini, harus satu dulu yang dipahami dia, baru dilanjut ke yang lain. Metode belajarnya jugak sama. Tapi ini Cuma buat N aja. Klo sama anak autis lain ada evaluasinya”. Universitas Sumatera Utara Informan 4 Nama : Fredawati Sihombing Latar Belakang Pendidikan : S1 STIKOM Lama Mengajar : 1 tahun Informan ini sudah mengajar di Yakari selama 1 tahun dan mengajar 4 orang anak dengan kisaran umur 2-6 tahun. Latar belakang beliau mengajar disekolah ini adalah karena seorang teman beliau mengajak beliau untuk mengajar disekolah ini, namun pada akhirnya, beliau pun mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru disekolah ini. Tujuan Agar anak bisa mengerti komunikasi yang diberikan guruterapis yang berupa perintah, agar anak bisa mengubah perilakunya. Seperti pada saat dikelas anak mengalami tantrum maka guru akan mengatakan perintah seperti “tidak boleh memukul”, “tidak boleh berteriak”, dan lain sebagainya. Karena untuk mengatasi anak autis tantrum, komunikasi yang digunakan oleh guru adalah komunikasi perintah. “ke perintah misalnya kayak “tidak boleh memukul”, “tidak boleh berteriak” gitu dek”. Sasaran Anak dengan kebutuhan khusus. Seperti anak didik dari beliau yang berumur 4 tahun autis, 6 tahun dengan gangguan komunikasi, 2 tahun dengan keterlambatan berbicara speech delay, dan 3 tahun dengan hiperaktif. Pesan Beliau mengatakan bahwa biasanya perintah adalah isi pesan yang paling sering digunakan oleh guruterapis. Dan tidak ada komunikasi yang lain selain perintah. “kalau untuk anaknya, karna kebetulan saya megang anak 2 tahun pesannya keperintah. Misalnya “tidak boleh merobek buku”, ‘tidak boleh memukul teman”, “tidak boleh melawan orang tua”. Isi pesannya emang paling banyak ke perintah. Dan memang hanya perintah”. Universitas Sumatera Utara Instrumen dan Kegiatan Belajar mandiri adalah kegiatannya, karena jika pemahamanya sudah baik dan bisa mandiri, anak akan tenang dan tantrum juga akan berkurang. “yaitu belajar mandiri. Karena kan kalok dia tantrum dia udah bisa mandiri, udah bisa tenang kita perintah “duduk” dia akan duduk, kita suruh lipat tangan dia gak akan memukul, dia akan lipat tangan. Jadi untuk kegiatannya kita belajar mandirinya dulu. Karna kan kalok dia mandiri, otomatis pemahamannya jugak udah bagus kalok kita suruh dia duduk dia duduk, berarti kan dia udah ngerti duduk itu apa. Karna kan dia mau mukul, kita bilang “eh, tidak boleh, duduk bagus” dia akan duduk bagus”. Sumber Daya Beliau mengatakan bahwa sumber daya harus memiliki kesabaran. Hal ini adalah hal yang paling penting dalam mengajari anak. Karena ketika anak merasa marah, seorang guruterapis harus dengan sabar menghadapi anak itu. Guruterapis juga harus bisa berkomunikasi dengan baik dan sering membaca untuk mengetahui bagaimana menghadapi anak-anak, khususnya anak-anak dengan kebutuhan khusus. “kalo menurut saya itu ya kan kesabaran aja. Itu yang paling penting. Karna kan untuk menghadapi anak seperti ini seemosi apa pun mereka, sesusah apa pun mereka menangkap pelajaran, harus sabar menghadapinya. Bisa berkomunikasi dengan baik juga penting. Kalo menurut saya lagi, sering membaca dan punya wawasan luas tentang anak dan perilakunya”. Skala Waktu Beliau mengatakan bahwa tantrum bisa sembuh. Namun kuncinya terletak pada orang tua. Karena orang tua harus memiliki niat, menjaga pola makan anak dan juga memberikan obat kepada anak secara teratur. “bisa sembuh, Cuma ya tergantung orang tua, memberikan obat secara teratur, bawak terapi. Karna klok anaknya dibiarin gak bisa sembuh jugak. Tapi klo anaknya diawasi, kek mana anaknya bersikap, ya pasti bisa sembuh. Waktu yang dibutuhkan jugak tergantung dari orang tua ada niat, sebentar ajalah paling 3 bulan udah sembuh. Semuanya tergantung niat orang tua, orang tuanya mau anak sembuh atau enggak”. Universitas Sumatera Utara Evaluasi dan Perbaikan Beliau mengatakan bahwa ada evaluasi dan perbaikan yang dilakukan guru, dengan cara menanyakan kembali materiperintah yang disampaikan guru kepada anak. “ada. Ya kita tanyak-tanyak lagi sama anaknya”. Informan 5 Nama : Resti Hertika Latar Belakang Pendidikan : S1 STIKOM Lama Mengajar : 8 bulan Informan ini adalah salah seorang staf pengajar yang baru bergabung untuk mengajar di sekolah ini. Latar belakang guru ini mengajar karena merasa prihatin, karena belum tentu orang tua dari mereka mau memperhatikan dan mengasihi anaknya. Beliau sekarang mengajar 4 orang anak dengan kisaran umur 4-8 tahun. Tujuan Agar ada perubahan pada diri anak “aku sih cuma punya satu anak tantrum. Itu pun dia jarang datang. Dia itu hanya tantrum sesekali aja. Umpamanya dia mintak keluar ruangan Cuma itu aja dia mau kek gitu, lainnya enggak. Umpamanya kita keluar bukak pintu liat jam, dia udah liat kita bukak pintu, kita tutup pintunya dia marah-marah itu, lompat-lompat, kita pegang klok umpamanya kita peluk dia mau dipeluk. Dipegang tangannya pun dia mau. Habis itukan anak-anak ini agak takut sama ruangan gelap. Kita kan punya kamar mandi, kita bukak pintunya nanti dia diam sendiri itulah dia baru tenang gitu. Kalok untuk menghadapi anak-anak seperti ini kan berbeda-beda, gak sama semua. Kalo komunikasi pun mereka cuma mengerti perintah-perintah aja. Jarang yang bisa berbicara, umpamanya kita melarang “eh, tidak boleh” kek gitu, atau kita masuk ruangan kita bilang “duduk” dia akan duduk, tapi kan ya enggak bisa lama-lama kali kadang dia langsung pergi aja kita suruh lagi duduk, dia duduk lagi. Kita bilang “tidak boleh” cuma untuk perintah-perintah aja. Atau kita ambil main-mainannya, dia itu mau marah, trus kita kasih lagi, tapi itu dia udah gak mau lagi. Udah menolak. Cuma lama-lama ya kita tenangkan lagi aja. Udah baik laginya hatinya”. Sasaran Anak dengan kebutuhan khusus, khususnya anak-anak yang di didik oleh beliau dengan kisaran umur 4-8 tahun seperti down syndrome, gangguan komunikasi dan 2 orang anak autis. Universitas Sumatera Utara Pesan Beliau mengatakan bahwa isi pesan adalah perintah dengan penekanan atau dengan pengucapan yang tegas, sehingga anak dapat mengerti pesanperintah yang disampaikan. “mereka kan enggak terlalu ngerti apa yang kita bilang, ya jadi paling kita bilangkan “tidak boleh menangis ya”, “tidak boleh menjerit”. Kita tekankan apa yang kita bilang itu biar dia paham apa yang kita bilang itu. Pokoknya setiap kata-kata kita itu harus kita tekankan seperti “hei, tidak boleh marah-marah ya” gitu agak ditekankan aja”. Instrument dan Kegiatan Beliau mengatakan ada kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk memperkecil tantrum pada anak dengan cara tidak melakukan apa yang disukai oleh anak, sehingga anak tidak tantrum. Guru hanya perlu duduk tenang saja. Jika anak suka keluar ruangan, guru tidak boleh membuka pintu. Jika anak tidak suka mainannya diambil, guru tidak boleh mengambil mainannya. Karena itu akan mengurangi tantrumnya. “kita duduk tenang aja disitu, klo umpamanya dia kan enggak suka kita bukak-bukak pintu, kita jangan bukak pintu. Umpamanya dia bermain, kita jangan ambil mainannya. Penting kita kan udah tau kek mana anak kita masing- masing, jangan diganggu pas lagi main itu mengurangi tantrumnya jugak”. Sumber Daya Beliau mengatakan bahwa guruterapis harus tahu kebutuhan anak, mau mempelajari dan menganalisa anak-anak seperti ini. “kita kan udah ada pelatihan jugak kan, kita jugak baca-baca, jadi kita tau apa kebutuhan-kebutuhannya sebetulnya. Salah satunya kita jugak pakek metode jugak, trus kita harus sabar jugak. Pokoknya untuk yang kayak gitu harus kita pelajari semuanya, karena kan anak-anak itu berbeda. Jadi kita cukup menganalisa bagaimana sebetulnya”. Skala Waktu Beliau mengatakan tantrum hanya bisa mendekati sembuh. Obat hanya mengurangi atau menenangkan. Namun obat itu penting dan obat harus sejalan dengan terapi. Orang tua memegan peranan yang penting dan wajib dalam mengajar anak selama dirumah. Universitas Sumatera Utara “kalau untuk sembuh total enggak ada ya. Mendekati sembuh ada. Mengurangi. Sembuh total ya enggak. Kita bisa mengurangi aja, dengan cara terapi klok dari obat itu penting jugak. Tapi klo Cuma dari terapi-terapi aja itu enggak bisa maksimal. Memang obat itu harus sejalan dengan terapi. Cuma obat aja enggak terapi enggak ada gunanya. Terapi enggak minum obat lebih berbahaya. Peranan orang tau paling penting dalam mengurangi tantrum di anak ini”. Evaluasi dan Perbaikan Beliau mengatakan pada evaluasi dan perbaikan tergantung pada anak. Jika anak sudah mengerti banyak dan semakin baik, maka anak dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Namun jika belum, anak tidak dapat melanjutkan, dan tetap mempelajari materi atau perintah yang sama. “tergantung pada anaknya sendiri, kalau memang sudah agak maju ya kita teruskan seperti itu. Sampai dia bisa baru kita lanjutkan”.

4.3 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pola Pendidikan pada Anak Autis (Studi Deskriptif: Anak Autis di Sekolah Luar Biasa Al-Azhar Medan)

24 156 106

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK AUTIS DI SLB AGCA Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada Anak Autis Di Slb Agca Center Surakarta.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK AUTIS DI SLB AGCA Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada Anak Autis Di Slb Agca Center Surakarta.

0 4 17

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 11

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 1

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 4

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 39

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 2

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 11