3. Karakteristik fasilitas transportasi, yaitu:
• Secara kuantitatif, meliputi waktu tunggu, waktu yang diperlukan untuk
mengakses pada moda transportasi lainnya, tarif dan ketersediaan tempat parkir. •
Secara kualitatif meliputi kenyamanan, kepercayaan dan keamanan.
II.7 Hubungan Tata Guna Lahan dan Transportasi
Sistem transportasi pedesaan terdiri dari aktivitas seperti bekerja, sekolah, belanja, bertani dan bertamu yang berlangsung diatas sebidang tanah kantor,pertokoan, rumah, dan
lain-lain. Potongan lahan ini biasa disebut tata guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem
jaringan transportasi.. Terjadinya pergerakan manusia dan barang di dalam suatu daerah, atau dapat disebut aruslalu lintas, merupakan konsekuensi akibat aktifitas tuntutan lahan dan
kapabilitas sistem transportasi untuk mengakomodasi arus lalu lintas. Secara alamiah ada interaksi langsung antara jenis dan interaksi tata guna lahan dan pasokan prasarana transportasi.
Hubungan sederhana antara tata guna lahan dengan transportasi diilustrasikan sebagai suatu siklus seperti gambar berikut:
TATA GUNA PERJALANAN LAHAN
NILAI LAHAN KEBUTUHAN PERJALANAN
AKSESIBILITAS FASILITAS TRANSPORTASI
Gambar II.3. Siklus Tata Guna Lahan – Sistem Transportasi
Universitas Sumatera Utara
Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktifitas. Aktifitas ini akan menentukan jenis prasarana dan sarana transportasi yang dibutuhkan, misal
sistem angkutan umum.Bila disediakan sarana dan prasarana transportasi, secara alamiah akan menambah nilai aksesibilitas. Bila nilai aksesibilitas bertambah akan merubah nilai tanah yang
akan berakibat pada pola penggunaan tanah tersebut. Bila perubahan tata guna lahan terjadi, maka tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan akan berubah begitu pula pada siklus keseluruhan.
II.7.1 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan secara konfrensif dapat diartikan sebagai suatu uapay untuk memahami pola-pola perilaku dari perorangan, lembaga dan firma-firma yang mengakibatkan tercptanya
pola-pola keruangan didalam wilayah. Perorangan ataupun kelompok masyarakat selalu
mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap panggunaan setiap lahan Hadi Yunus, 2005.
Suatu lahan memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat ditambah ataupun dimusnahkan menurut administrasi yang jelas luasnya dan batasan geografisnya, bersifat lokasional dimana
lokasi pada suatu lahan mamiliki ciri dan lingkungan tertentu yang berbeda satu ddengan lainnya, memiliki tingkat kerawanan yang tinggi dimana berbagai kegiatan dengan tingkat
kepentinganyang berbeda dapat menimbulkan konflik diantaranya.
II.8 Permasalahan Transportasi