Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktifitas. Aktifitas ini akan menentukan jenis prasarana dan sarana transportasi yang dibutuhkan, misal
sistem angkutan umum.Bila disediakan sarana dan prasarana transportasi, secara alamiah akan menambah nilai aksesibilitas. Bila nilai aksesibilitas bertambah akan merubah nilai tanah yang
akan berakibat pada pola penggunaan tanah tersebut. Bila perubahan tata guna lahan terjadi, maka tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan akan berubah begitu pula pada siklus keseluruhan.
II.7.1 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan secara konfrensif dapat diartikan sebagai suatu uapay untuk memahami pola-pola perilaku dari perorangan, lembaga dan firma-firma yang mengakibatkan tercptanya
pola-pola keruangan didalam wilayah. Perorangan ataupun kelompok masyarakat selalu
mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap panggunaan setiap lahan Hadi Yunus, 2005.
Suatu lahan memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat ditambah ataupun dimusnahkan menurut administrasi yang jelas luasnya dan batasan geografisnya, bersifat lokasional dimana
lokasi pada suatu lahan mamiliki ciri dan lingkungan tertentu yang berbeda satu ddengan lainnya, memiliki tingkat kerawanan yang tinggi dimana berbagai kegiatan dengan tingkat
kepentinganyang berbeda dapat menimbulkan konflik diantaranya.
II.8 Permasalahan Transportasi
Hampir setiap orang menghendaki dapat bergerak dengan nyaman, aman, cepat, dan
mudah, menurut Warpani 1990, Permasalahan transportasi tidak terlepas dari hal-hal berikut:
1. Tata Guna Lahan
Warpani 1990 menyatakan bahwa tata guna lahan sangat terkait dengan jumlah
bangkitan perjalanan, sehingga untuk mempelajari bangkitan perjalanan kita perlu terlebih dahulu mengetahui tataguna lahan daerah yang akan di teliti. Guna lahan
Universitas Sumatera Utara
menunjukan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan. Setiap petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar, yaitu jenis kegiatan,intensitas
penggunaan dan hubungan antar guna lahan. 2. Penduduk
Penduduk termasuk segi utama dalam perencanaan transportasi. Dalam seluruh
lingkup perencanaan, penduduk tidak dapat diabaikan Warpani, 1990. Pelaku
pergerakan utama di jalan adalah manusia, karena itulah pengetahuan akan tingkah laku dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam proses
perencanaan transportasi. 3. Ciri sosial ekonomi
Aktivitas manusia sering kali di pengaruhi oleh keadaan social ekonominya sehingga pergerakan manusiapun dipengaruhi social ekonomi. Pekerjaan,
penghasilan dan pemilikan kendaraan seseorang akan mempengaruhi jumlah perjalanan yang dilakukan, jalur perjalanan yang digunakan, waktu perjalanan,dan
kendaraan yang digunakan.
II.9 Perencanaan Sistem Transportasi Menurut Warpani 1990 Perencanaan transportasi adalah suatu proses yang tujuannya
mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau
pindah tepat dengan aman dan murah. Warpani 1990 menyatakan pada dasarnya perencanaan
transportasi adalah meramalkan kebutuhan transportasi di masa depan dikaitkan dengan masalah ekonomi,sosial, dan aspek fisik lingkungan. Perencanaan transportasi merupakan suatu proses
yang dinamis, dan tanggap terhadap perubahan tata guna tanah, keadaan ekonomi, dan pola lalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah dasar dalam proses sistem perencanaan biasanya adalah sebagai berikut 1.
Defenisi masalah 2.
Kebutuhan untuk penyelesaain masalah 3.
Penentuan alternatif-alternatif 4.
Evaluasi alternatif-alternatif 5.
Pemilihan alternatif Proses perencanaan sistem transportasi harus melalui langkah-langkah yang harus
diulang kembali untuk mendapatkan hasil akhir yang memuaskan. Tiga karakteristik utama masalah teknik dan perencanaan sistem transportasi yang
membuat sistem tersebut cukup sukar direncanakan yaitu : a. Daerah yang direncanakan yang menyangkut ribuan ataupun jutaan perjalanan
penduduk dalam jumlah angkutan yang berbeda-beda. b Dengan tersedianya beragam cara dalam teknologi transportasi dan beragam cara
operasi ataupun harga, terdapat banyak cara untuk mengubah sistem transportasi di daerah tersebut.
c. Tujuan yang hendak dicapai dengan peningkatan sistem transportasi seringkali sukar didefinisikan dengan angka, dan dengan sendirinya tidak hanya menyangkut soal
waktu perjalanan seseorang.
II.10 Jaringan Transportasi Menurut Morlok 2005 jaringan ialah suatu konsep matematis yang dapat digunakan
untuk menerangkan secara kuantitatif sistem transportasi dan sistem lain yang mempunyai karakteristik ruang.
Jaringan transportasi secara teknis terdiri atas :
Universitas Sumatera Utara
1. Simpul node, yang berupa terminal, stasiaun KA, Bandara, Pelabuhan.
2. Ruas link, yang berupa jalan raya, jalan rel, rute angkutan udara, alur kepulauan
Indonesia ALKI. Jaringan transportasi yang dominan berupa jaringan transportasi. Jalan sebagai bagian
dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan. Jalan dikembangkan melalui pendekatan
pembangunan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka
mewujudkan sasaran pembangunan nasional UU No.38 tahun 2004 tentang jalan. Agar transportasi jalan dapat berjalan secara aman dan efisiensi maka perlu dipersiapkan suatu
jaringan transportasi jalan yang handal yang terdiri dari ruas dan simpul.
Menurut Stapleton dan Richards 1982 dalam Liklikwatil 2004, kaitan antara
transportasi, moblitas, dan pemenuhan kebutuhan dasar adalah : •
Kebutuhan dasar dapat diperoleh melalui pengembangan mobilitas dan transportasi,. sebagai akses yang baik menuju tempat pelyanan danh penyediaan kebutuhan dasar.
Jaringan jalan dapat memperkuat perekonomian dalam masyarakat, yang secara umum memprbaiki posisi komunitas tersebut terhadap dunia luarnya.
• Penanganan jaringan jalan memerlukan proses penentuan prioritas penenganan, karena
besarnya biaya penanganan yang ada. •
Kebutuhan transprtasi tidak selalu dapat teridentifikasi. •
Diperlukan upaya penyelarasan penanganan jaringan jalan dan kebutuhan transportasi. Jadi prioritas penanganan jaringan jalan sangat berkaitan dengan kebutuhan transportasi
karena memerlukan biaya penanganan yang besar.
Universitas Sumatera Utara
Penentuan prioritas penanganan jalan didasarkan pada perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan jaringan jalannya. Penetuan prioritas jaringan didasarkan pada jumlah total
produk yang dipasarkan dan prioritas ruas didasarkan pada indeks volume pergerakan lalu lintas untuk pemasaran perkapasitas jalan dengan mempertimbangkan jalur jalan, rasio lebar
jalan eksisting dengan lebar jalan rencana, dan status fungsi jalannya. Kebutuhan transpotasi dapat diperkirakan dari permintaan atas jasa transportasi. Menurut
Morlok 2005, permintaan atas jasa transportasi merupakan cerminanan kebutuhan akan
transportasi dari pemakai sistem pemakai tersebut, baik untuk angkutan manusia maupun angkutan barang.
Permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari : 1 kebutuhan seseorang untuk berjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk
melakukan kegiatan, dan 2 permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia ditempat yang diinginkan.
II.11 Pengantar statistik II.11.1 Pengertian Istilah Statistik