77
5.1.4. Gambaran Karakteristik Identitas Informan Juragan
Berdasarkan hasil penelitian dari 2 orang informan semuaya berjenis kelamin laki-laki. Diketahui bahwa usia informan 29 dan 30 tahun. Informan merupakan
pemilik tempat dimana pekerja anak bekerja.
5.1.5. Gambaran Karakteristik Identitas Informan Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian 1 orang informan berjenis kelamin perempuan. Diketahui bahwa usia informan 35 tahun. Informan merupakan kepala sekolah
dimana pekerja anak pernah bersekolah.
5.1.6. Gambaran Karekteristik Identitas Informan Kepala Desa
Berdasarkan hasil penelitian 1 orang informan berjenis kelamin laki-laki. Diketahui bahwa usia informan 54 tahun. Informan merupakan kepala desa tempat
penelitian dilakukan.
5.2. Gambaran Karakteritik Pekerja Anak 5.2.1. Gambaran Karakteristik Pekerja Anak Menurut Informan Pekerja Anak
a. Usia anak Mulai Bekerja
Dalam beberapa ketentuan hukum, manusia disebut juga sebagai anak dengan pengukuranbatasan usia. Kondisi ini tercermin dari perbedaan batasan usia , menurut
Konvensi Hak Anak KHA, maupun UU No 232002 tentang Perlindungan Anak. Menurut KHA defenisi anak secara umum adalah manusia yang umurnya belum 18
tahun. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 5 orang informan
menunjukkan bahwa semua anak berusia dibawah 18 tahun pada saat bekerja. Penyampaian informan mengenai umur informan mulai bekerja mulai berbeda-beda
Universitas Sumatera Utara
78
dan rata-rata mulai bekerja pada saat SD dan SMP, seperti yang diutarakan informan berikut,
Kelas 6 kak.... waktu itu masih sekolah
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lainnya,
Udah lama kak, mulainya kemaren dari kelas 2 SMP itu lah kak....
Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan bekerja pada usia sekolah. Kondisi ini dapat berpengaruh negatif terhadap pendidikan anak atau bahkan
terabaikan akibat anak memilih bekerja daripada sekolah. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah bahwa anak bekerja setelah putus sekolah yaitu
saat usia sekolah,
Gak ada saya rasa yang masih sekolah, semua putus sekolah baru bekerjaan..
Bekerjanya anak diusia sekolah juga sangat berpengaruh dengan kehidupan orang tua pada saat kecil, bisa saja hal ini sudah menjadi hal biasa dan sudah turun
temurun, seperti yang diungkapkan orang tua pekerja anak berikut,
Ya dulu korjo la, waktu kecil susah ya korjo, bisa makan aja dulu udah hebat, anak awak dicarikan duit buat sekolah malah milih tak sekolah lagi
malah jadi anak itik ikut-ikut kawannya, ya cemana mau dibilang awak pun dulu kek gitu, bapaknya pun juga gak tamat sekolah, di sini semua
kurasa kek gitu la, makanya banyak anak yang korjo.
korjo =
kerja Putus sekolah dan bekerja bukanlah suatu masalah lagi bagi pekerja anak,
karen pendidikan belum menjadi prioritas. Keadaan ini mengindikasikan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya. Pendidikan masyarakat di
lokasi penelitian ini adalah menengah ke bawah, bahkan hampir semua anak putus sekolah. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tersebut juga
tercermin dari pandangan masyarakat bahwa dengan hasil laut saja sudah bisa hidup
Universitas Sumatera Utara
79
tanpa harus sekolah tinggi-tinggi. Orang tua enggan untuk menyekolahkan anak karena tuntutan biaya relatif tinggi.
b. Bekerja Karena Disuruh Orang Tua