111
b. Pendapat Mengenai Pekerja Anak
Pekerja anak adalah anak-anak yang bekerja sebelum masanya mereka bekerja atau masih berada di bawah umur 17 tahun. Pendapat lain mengenai pekerja anak
dapat dilihat dari pernyataan informan sebagai berikut,
... mesti dibuatkan lah suatu apa yang sesuai dengan pekerjaan yang dia miliki...
Dari pernyataan kepala desa diatas dapat dilihat bahwa sebenarnya kepala desa yang menjadi aparat pemerintahan pun tidak begitu memahami apa sebenarnya
pekerja anak dan batasan-batasan seseorang dikatakan pekerja anak. Rendahnya pengetahuan aparat pemerintahan dapat memicu semakin banyaknya para pekerja
anak di desa Bogak dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan untuk mengurangi jumlah para pekerja anak di desa Bogak.
c. Upaya yang Dilakukan Untuk Mengurangi Jumlah Pekerja Anak
Jumlah pekerja anak yang meningkat dari tahun ke tahunnya membuat pihak pemerintah harus melakukan suatu upaya khusus untuk mengurangi jumlah pekerja
anak yang ada. Karena anak-anak yang telah bekerja pada usia dini dapat mempengaruhi pola tingkah laku, kesehatan dan pendidikannya. Upaya yang
dilakukan oleh pihak pemerntah desa Bogak dapt dilihat dari pernyataan informan berikut,
Upaya untuk menangulanginya ya itu tadi misalnya buat program- program, kegiatan-kegiatan ya, baik dia kegiatan yang ada di dusun, lalu
kegiatan-kegiatan lain seperti olah raga
Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa pihak pemerintahan desa Bogak tidak mencanangkan upaya-upaya khusus guna mengurangi jumlah para pekerja anak
Universitas Sumatera Utara
112
dan mengusahakan agar anak tetap bersekolah. Sebaiknya pihak pemerintah melakukan upaya-upaya wajib sekolah bagai warganya.
Pemerintah melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja di daerah-daerah, telah membentuk Rumah Perlindungan Anak RPA, untuk melindungi pekerja anak,
membuat pelatihan atau pendidikan ketrampilan dan penyetaraan tingkat pendidikan untuk pekerja anak. Namun, kenyataannya pemenuhan atas hak pendidikan bagi
mereka beberapa kali sulit dilaksanakan. Hal ini dikarenakan belum adanya kesadaran pendidikan sebagai suatu hak dan juga kesadaran pendidikan sebagai suatu hak yang
mendasar yang dimiliki setiap manusia yang dilahirkan, sesuai dengan Deklarasi Hak Asasi Manusia DUHAM pasal 26, bahwa setiap orang berhak atas pendidikan
secara cuma-cuma Diyah, 2005. Jika di triangulasi dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan pekerja
anak sebagai sasaran, orang tua anak, juragan, kepala sekolah sebagai motivator anak dalam bekerja dan kepala desa dapat dilihat bahwa masalah utama yang mendasar
adalah masalah perekonomian keluarga yang dinilai tidak mampu untuk membiayai sekolah anak karena masih banyak kebutuhan lain yang dianggap lebih penting dan
mendasar selain sekolah. Kurangnya peranan orang tua dalam membimbing anaknya agar tetap
bersekolah juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak lebih menyukai pekerjaannya daripada memutuskan untuk tetap bersekolah.
Kepala Desa yang tidak terlalu serius menanggapi pentingnya sekolah bagi anak, membuat jumlah anak yang menjadi pekerja anak bertambah setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
113
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan