103
ikan itu kan bisa kena paru-paru...
Dalam buku laporan kunjungan ke India, ILO membedakan antara pekerjaan ringan light work dengan pekerjaan berbahaya hazardous work. Pekerjaan ringan
adalah pekerjaan yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan anak, tidak mengganggu jadwal sekolah, jam kerja tidak panjang. Sedangkan pekerjaan
berbahaya adalah pekerjaan yang berdasar sifat atau kondisinya dapat membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak Yanuar, 2006.
Pekerjaan yang berbahaya bagi anak adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan dan keselamatan anak
tidak termasuk yang membahayakan moral. Jenis-jenis pekerjaan anak yang mengandung resiko bahaya meliputi jenis pekerjaan penangkapan ikan pada tempat-
tempat statis di laut, penangkapan ikan pada tempat bergerak di laut, pengangkat dan pengangkut di perkebunan sawit, bagian finishing di industri wood karpet,
pekerjaan di bagian penggorengan roti, pekerjaan bagian penjemuran di industri krupuk, semua jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja anak di industri mebel,
pekerjaan menjahit di industri rumah tangga dan semua jenis pekerjaan di industri plastik Levi, 2004.
f. Dukungan Orang Tua Terhadap Pekerjaan Anaknya
Tampaknya kemiskinan dan keterbatasan pendidikan masyarakat desa merupakan medium yang permisif terhadap praktek pekerja anak. Keadaan ini
terutama diterima oleh sebagian besar anak perempuan, khusunya di Jawa. Stereotipe masyarakatnya masyarakat Jawa cenderung mensosialisasikan anak perempuan untuk
bekerja membantu pekerjaan di rumah pada sektor domestik dan tidak perlu untuk
Universitas Sumatera Utara
104
mengenyam pendidikan yang tinggi. Hal ini membuat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,1998.
Besarnya dukungan orang tua terhadap perkerjaan yang dilakukan anaknya dapat dilihat dari pernyataan informan berikut,
Gimana ya…dibilang didukung juga la kalau gak didukung cemana gak didukung karna dia pun mau butuh sendirian,..
Tetapi ada juga orang tua yang tidak mendukung anaknya bekerja seperti yang diungkapkan oleh informan berikut,
Ya gak la..orang masih kecil kok didukung kerja..
Tidak tetapnya pendirian orang tua dalam menyekolahkan dan tidak membatasi anaknya untuk bekerja juga menjadi salah satu faktor penguat bagi anak
untuk memilih bekerja dan tidak melanjutkan sekolahnya.
g. Cara Anak Membagi Waktu Antara Bekerja, Bermain dan Istirahat
Anak yang pada umumnya masih dalam masa pertumbuhan masih membutuhkan banyak waktu untuk bermain dan beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Pekerjaan yang telah mereka lakoni mulai dari usia dini, membuat mereka terbatasi untuk melakukan aktivitas anak-anak mereka. Disini peranan orang tua
untuk mengarahkan anak sesuai dengan masa pertumbuhannya juga menjadi faktor dominan, karena anak masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari orang
tuanya. Peranan orang tua dapat dilihat dari pernyataan informan berikut,
Ya kerja,..ya siap milih ikan ya dia main-main la, main sama kawan- kawannya,.. bentarnya dari pagi jam-jam 3 dah siap, dari jam 3 ke jam 7
itulah dia main-main sama kawannya.
Universitas Sumatera Utara
105
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut,
Istirahatnya ini waktu kerja dia itu kerja pigi kelaut la…Istirahat la dia pulang nanti kerja lagi..Main-mainnya waktu nyuci sampannya di laut,
sama kawannya. Pekerjaan dapat dipandang mempunyai unsur positif untuk perkembangan
anak jika pekerjaan tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan anak,
tidak mengganggu jadwal sekolah, jam kerja tidak panjang Yanuar, 2006. h. Keadaan Pekerja Anak Dari Tahun ke Tahun
Banyaknya nilai positif yang dipandang secara kasar oleh kebanyakan orang dari presfektif mereka tentang pekerja anak membuat jumlah pekerja anak dari tahun
ke tahun semakin meningkat seperti yang diungkapkan oleh informan berikut,
Oo makin banyak la dek..karna pencarian sekarang bukan makin senang.., makin susah ni makanya anak-anak ya makin banyak la yang
bekerja,…bukan makin pala menganggur, makin banyak kerja. makin pala menganggur = semakin jadi pengangguran
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut,
Rasanya makin banyak, karna anak-anak sendiri pun gitu kan..Kalau itu ibu kurang mampu…kurang apa, kurang tau, gak tau. Bertambah, karna
anak sendiri, kalau anak orang ya mana tau kita kan.
Secara historis, kondisi pekerja anak di Indonesia mengalami berbagai kemajuan dan kemunduran baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya. Demikian
halnya perhatian terhadap masalah inipun muncul dan tenggelam sangat tergantung pada persepsi dan sikap negarapemerintah dan khususnya masyarakat terhadap
masalah pekerja anak. Perkembangan dan perhatian dari masyarakat dunia pun tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika perlindungan
terhadap Pekerja Anak di Indonesia Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 1998.
Universitas Sumatera Utara
106
5.2.3. Gambaran Karakteristik Pekerja Anak Menurut Informan Juragan a. Usaha yang Dimiliki
Pada umumnya para pekerja pantai memiliki jenis usaha yang masih berhubungan dengan laut dan hasilnya. Adapun jenis-jenis usaha yang biasa
dilakukan adalah nelayan, tambak ikan, para pekerja kapal nelayan, pembersih kapal, penampung dan pembersih ikan dan lain sebagainya. Jenis usaha yang dimiliki oleh
para juragan dapat dilihat dari pernyataan informan berikut,
Tukang cope dek..... iya copai... udang yang halus-halus itu..... cope, copai = udang kecepe, udang haluskecil yang diasinkan dan
dijemur
Para informan biasanya melakukan pekerjaan maupun malakukan usaha-usaha yang berhubungan dengan hasil-hasil laut yang dapat diambil dan diolah.
b. Alasan Mempekerjakan Anak
Kebanyakan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar di daerah pantai adalah anak-anak. Tidak sedikit juga anak yang sudah melakukan pekerjaan-
pekerjaan orang dewasa yang seharusnya belum pantas dilakukan oleh anak-anak yang berusia di bawah umur. Adapun alasan dari para juragan untuk mempekerjakan
anak-anak di usaha milik mereka dapat dilihat dari pernyataan informan sebagai berikut,
Yah... kan rata-rata kalo anak yang dipinggir pante ini kan yang putus sekolahnya orang itu... jadi dikasi ajalah orang itu kerjaan...
pante = pantai Kemiskinan yang lekat dengan golongan lapisan bawah pada sebagian
terbesar masyarakat Indonesia dijadikan sebuah alasan pembenar terhadap praktek- praktek mempekerjakan anak dalam usaha untuk membantu memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
107
keluarga, baik oleh orang tuanya sendiri maupun oleh pihak pengusaha Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 1998.
Teori transisi industrialis yang dikembangkan Rodgers dan Standing menjelaskan bahwa pada tahap awal industrialisasi dibutuhkan pemupukan modal
capital accumulation untuk meningkatkan produksi dan teknologi dengan menekan biaya produksi dengan jalan menekan biaya pengeluaran untuk upah. Salah satu jalan
yang dilakukan adalah dengan mempekerjakan wanita dan anak-anak. Oleh karena itu di kebanyakan negara berkembang wanita dan anak-anak secara kultural dipandang
sebagai pencari nafkah kedua dan karenanya dapat dibayar murah, pemilik modal lebih menyukai mempekerjakan mereka sebagai buruh dengan upah yang rendah
Edy, 2000
c. Cara Mendapatkan Pekerja Anak