b Metode pengawasan yaitu seorang pendidik mendampingi dan mengawasi anak didiknya baik dalam hal jasmani maupun rohani dalam
upaya membentuk aqidah, moral dan sosial yang baik. Aspek pengawasan juga harus memberikan nilai yang positif dan optimal oleh
karena itu harus dilakukan dengan cara yang tidak terlalu mengekang anak, akan tetapi dengan cara menjelaskan dengan baik dan mudah
dimengerti oleh anak. c. Pendekatan keteladanan
Pendekatan keteladanan adalah menjadikan figur guru agama dan non agama dan seluruh warga sekolah sebagai cerminan manusia yang
berkepribadian agama. Keteladanan dalam pendidikan amat penting dan lebih efektif, apalagi dalam usaha pembentukan sikap kebergamaan, seorang
anak akan lebih mudah memahami atau mengerti bila ada seeorang yang dapat ditirunya. Keteladanan ini pun menjadi media yang amat baik bagi
optimalnya pembentukan jiwa keberagamaan seseorang. Keteladanan Pendidik terhadap peserta didik kunci keberhasilan dalam mempersiapakan
dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Sehubungan dengan pembentukan sikap Zakiyah Darajat
mengemukakan bahwa hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan - pembiasan dan
latihan - latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu
pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
2. Konsep Bilangan Dalam Al qur’an
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an
didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui
perantaraan malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al- Qur’an adalah rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, dimana tidak ada satu perkara apapun yang
terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Hablum
minallah maupun sesama manusia Hablum minannas; alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan
sebagainya.Q.S. Al-an’am: 38. Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia
di dalam Al-Qur’an. Salah satu kemu’jizatan keistimewaan Al-Qur’an yang paling utama
adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah
menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq [96] : 1-5.
1. bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar manusia dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sistematis dalam mempelajari firman dan
ciptaan-Nya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan
qauniah manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta
bagaimana cara mendapatkannya. Tentunya ilmu pengetahuan diperoleh diawali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu
pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu
diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan penglihatan demi
untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 750 ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan pentingnya ilmu dalam kehidupan
manusia. Ini membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetauan dalam Al-Qur’an Islam. Al-Qur’an selalu
memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan , pendengaran, semaksimal mungkin.
Secara khusus, Al-Qur’an mengajak kita untuk mempelajari ilmu alam, matematika, filsafat, sastra dan semua ilmu pengetahuan yang dapat
dicapai oleh pemikiran manusia. Anjuran Al-Qur’an untuk mempelajari ilmu-ilmu itu adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
Al-Qur’an selalu mendorong akal pikiran dan menekankan pada upaya mencari ilmu pengetahuan serta pengalaman dari sejarah, dunia alamiah,
dan dari diri manusia sendiri, karena Allah SWT menunjukan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam diri manusia sendiri, ataupun di luar dirinya. Oleh
karena itu, menjadi kewajiban manusia untuk menyelidiki dan mengamati ilmu pengetahuan yang dapat menghasilkan kecakapan dalam semua segi
dari pengalaman manusia. Aktifitas memperhatikan, memikirkan, memahami dan menggunakan
akal banyak dianjurkan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an merupakan
sebuah rangkaian metode penelitian ilmiah untuk menghasilkan teori-teori ilmu pengetahuan yang semuanya terangkum dalam dua kegiatan yaitu
membaca dan menulis, seperti halnya Allah memberikan Al Kitab yang berarti tulisan dan Al Qur’an yang berarti Bacaan. Dan dengan Qolam
inilah Allah memproses penciptaan dan pengembangan alam semesta beserta isinya, baik yang di langit maupun di bumi, baik yang tampak
maupun tidak, berjalan hingga detik ini dalam keteraturan dan ketentuan- Nya dalam bentuk ukuran, massa, kecepatan dan seluruh perhitungan-
perhitungan di jagad raya ini dengan ketelitian yang tiada banding dan tidak akan ada yang mampu untuk menandingi-Nya. Semuanya dalam
satuan angka. Angka adalah “ruh” dari matematika dan matematika merupakan
bahasa murni lmu pengetahuan lingua pura
12
. Peranan matematika dalam kehidupan juga pernah dilontarkan 1 abad sebelum kelahiran Nabi
Muhammad SAW oleh seorang filosof, ahli matematika dan numerology yang juga sekaligus pemimpin spiritual Yunani, Phitagoras 569-500 SM,
pada masa ketika bangsa disana masih menyembah berhala, ia mengatakan bahwa “anka-angka mengatur segalanya”. Dan 1 abad setelah kelahiran
Nabi Muhammad SAW, Galileo dari galilea 1564-1642 M mengatakan bahwa “Mathematics is the language in which God wrote the universe”
Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menulis alam semesta.
Matematika bukan ciptaan manusia-manusia berintelegensi tinggi seperti, Phitagoras, Aritoteles, Ptolemy, Euclid, Erosthatenus, Al
khawarizme, Galileo, Kepler, Newton, Max Planck, Riemann, Einstein, bahkan ilmuwan terkenal abad ini Stephen Hawking. Mereka tidak
menciptakan matematika, mereka hanya menemukan bahwa ada satu aturan atau persamaan matematika dalam segala hal yang telah diciptakan
Allah sebagai bahasa universal di alam semesta. Matematika sebagai
12
Abah Salma alif sampayya, Keseimbangan Matematika dalam Al-Qur’an, Jakarta, Republika, h.16
bahasa universal inilah diyakini oleh Carl Sagan, seorang fisikawan dan penulis novel fiksi ilmiah, Contact
sebagai bahasa universal alam semesta. Seperti halnya seorang fisikawan terkenal Frank Drake yang meyakini
bahwa bilangan prima menjadi bahasa dasar untuk menjalin komunikasi antar bintang dan makhluk-makhluk berintelegensi tinggi di alam semesta
yang diwujudkan dalam proyek SETI Search Extraterrestrial Intellegence.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan dasar yang dibutuhkan semua manusia dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun
tidak langsung. Matematika merupakan ilmu yang tidak terlepas dari alam dan agama semua itu kebenarannya bisa kita lihat dalam Al-Qur’an.
Didorong dan dirangsang oleh studi Al-Qur’an, kaum muslimin memulai dengan pengetahuan tentang bilangan dan ilmu hisab. Ilmu-ilmu
ini menduduki tempat istimewa dalam ilmu pengetahuan Islam. Sumber studi matematika, sebagaimana sumber ilmu pengetahuan yang lainnya
dalam Islam, adalah konsep tauhid, yaitu Ke-Esaan Allah. Kecintaan kaum muslimin kepada matematika langsung dikaitkan dengan bilangan pokok
dari keimanannya kepada Satu Tuhan Tauhid. Ilmu pengetahuan tentang bilangan merupakan akar tunggangnya ilmu pengetahuan. Peranan
bilangan sebagai symbol berperan amat besar dalam studi matematika. Angka satu memegang peranan penting baik sebagai permulaan maupun
pada akhir studi, menjadi perangsang kuat ataupun tujuan akhir.
13
Segala ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bilangan angka di hamparan semesta raya merupakan bagian dari master plan penciptaan-
Nya dalam hitungan matematis yang teramat tinggi. Oleh karena itu seluruh karya ciptaan-Nya sejak dentuman besar hingga saat ini berjalan
dalam keteraturan. Detik ini tanpa disadari oleh para pengguna teknologi, semua bentuk teknologi yang kita pergunakan dari radio, televisi,
komunikasi Handphone, internet dll dan bahkan teknologi tingkat tinggi
13
Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000, h.92-93
dan tercanggih sekalipun menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa matematika.
Seorang ahli matematika harus mempelajari angka-angka, permutasi dan sifat-sifatnya. Aspek ini disebut aritmetika atau perhitungan. Ketika
berhadapan dengan persamaan atau untuk mengetahui sesuatu yang belum di ketahui tetap dapat disimbolkan dengan rumus dan persamaan maka
lahirlah al jabar. Dan ketika berhadapan dengan format, ukuran dan posisi, lahirlah geometri. Banyak orang berpendapat bahwa antara aritmetika,
aljabar dab geometri adalah tiga hal yang berbeda, padahal sesungguhnya semua saling bekerja sama, saling membantu dan terkait satu sama lain
sehingga membentuk sebuah komposisi alam semesta yang sangat sempurna dan menkjubkan.
Stephen Hawking, yang pada awalnya tidak membutuhkan hipotesis Tuhan dalam mempelajari alam semesta, meyakini adanya unsur
matematika yang mengagumkan yang melekat didalam struktur kosmos, sehingga akhirnya dia mengatakan :”Tuhanlah yang berbicara dengan
bahasa itu”. Aspek dari studi tentang ilmu matematika ini memperkenalkan tertib
aturan, keseimbangan dan keserasian pada tiap cabang ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Jelaslah bahwa mempelajari bilangan dan angka-angka
mendapat dorongan kuat dari Al-Qur’an yang membuka cakrawala baru dalam bidang matematika. Dengan kata lain, Tauhid adalah sumber ilmu
pengetahuan karena semua ilmu pengetahuan berkembang dari padanya dan memperkaya kehidupan manusia.
14
Demikianlah cara studi matematika, yang dimulai dari Ke-Esaan Tuhan dan berakhir pada Ke-
Esaan, karena ke-Esaan membawa kearah kebergandaan yang kemudian berputar kembali kepada ke-Esaan, setelah mengembara jauh dalam
keajaiban dan kegaiban angka dan bilangan yang rumit. Hal ini
14
Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000, h.93
menjadikan manusia lebih menyadari Tuhan-Nya dan lebih dekat Kepada- Nya, lalu berseru :
……… ☺
“ dan Katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. Q.S Thaha : 114
Dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 38 bilangan berbeda. Dari 38 bilangan tersebut, 30 bilangan merupakan bilangan asli dan 8 bilangan
merupakan bilangan pecahan rasional. Tiga puluh bilangan asli yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah
1 Wahid 11 Ahada Asyarah 99 Tis’un wa Tis’una
2 Itsnain 12 Itsna Asyarah 100 Mi’ah
3 Tsalats 19 Tis’ata Asyar 200 Mi’atain
4 Arba’ 20 ‘Isyrun 300 Tsalatsa Mi’ah
5 Khamsah 30 Tsalatsun 1000 Alf
6 Sittah 40 ‘Arba’un 2000 Alfain
7 Sab’a 50 Khamsun 3000 Tsalatsa Alf
8 Tsamaniyah 60 Sittun 5000 Khamsati Alf
9 Tis’a 70 Sab’un 50000 Khamsina Alf
10 ‘Asyarah 80 Tsamanun 100000 Mi’ati Alf,
Sedangkan delapan bilangan rasional yang disebutkan dalam Al- Qur’an adalah: 13 Tsulutsa; ½ Nishf; 23 Tsuluts; ¼ Rubu’;
15 Khumus; 16 Sudus; 18 Tsumun; dan 110 Mi’syar
Keterangan : nama ayat dan surat lihat lampiran
Mengenai relasi bilangan dalam Al-Qur’an, perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffaat ayat 147 yang menjelaskan
bahwa nabi Yunus diutus kepada umat yang jumlahnya 100000 orang atau lebih. Secara matematika, jika umat nabi Yunus sebanyak x orang, maka x
sama dengan 100000 atau x lebih dari 100000. Kalimat matematika, dapat ditulis sebagai berikut :
x = 100000 atau x 100000. Tulisan tersebut dapat diringkas menjadi
x ≥ 100000.
Masih terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan relasi bilangan. Relasi bilangan dalam Al-Qur’an, disebutkan dalam
beberapa redaksi, misalnya, Adnaa kurang dari, Aktsara lebih dari, dan Fauqa lebih dari.
Selain berbicara bilangan dan relasi bilangan, ternyata Al-Qur’an juga berbicara tentang operasi hitung dasar pada bilangan. Operasi hitung dasar
pada bilangan yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah operasi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian.
15
Perhatikan firman Allah SWT dalam surat Al Kahfi :25, ⌧
dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi.
dan dalam surat Al Ankabut ayat 14
⌧ ☺
dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka
mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
Dalam surat 18:25 dan surat 29:14, Al Qur’an telah berbicara tentang matematika.
16
Konsep matematika yang disebutkan dalam dua ayat tersebut adalah :
1. Konsep bilangan, yaitu bilangan 300, 9, 1000, dan 50
15
Muhamad mas’ud, Subhanallah... Quantum Bilangan-bilangan Al Qur’an, Jogyakarta, Diva Press, 2008, Cet. I. H. 326
16
Abdusysyakir, Ada Matematika dalam Al-Qur’an, UIN Malang Press, 2006, H. 60
2. Operasi penjumlahan, yaitu 300 + 9; dan
3. Operasi pengurangan, yaitu 1000 – 50
Makna yang tersirat dalam dua ayat tersebut adalah bahwa setiap muslim perlu memahami setiap bilangan dan operasi bilangan. Bagaimana
mungkin seorang muslim dapat mengetahui bahwa nabi Nuh tingal dengan kaumnya selama 950 tahun, jika tidak dapat menghitung 1000 – 50.
Bagaimana mungkin seorang muslim dapat mengetahui bahwa Ashabul Kahfi tinggal di dalam gua selama 309 tahun, jika tidak dapat menghitung
300 + 9. Operasi penjumlahan yang disebutkan secara tersirat dalam Al Qur’an
dapat ditemui pada QS 2: 196, yaitu bahwa 3 + 7 = 10 dan pada QS 7 : 142 yaitu bahwa 30 + 10 = 40
Sekarang perhatikan fakta berikut : 1.
Pada QS 2: 196 tersirat makna 3 + 7 = 10 2.
Pada QS 7: 142 tersirat makna 30 + 10 = 40 3.
Pada QS 18: 25 disebutkan 300 + 9 4.
Pada QS 29: 14 disebutkan 1000 – 50 Jika melihat pada urutan nomor surat dan operasi yang disebutkan,
terlihat bahwa Al Qur’an pertama kali mengajarkan operasi penjumlahan dan dimulai dengan penjumlahan bilangan satuan, puluhan, dan ratusan.
Mengapa pada QS 2:196 dan QS 7: 142 langsung menyebutkan hasil penjumlahan tetapi pada QS 18: 25 dan QS 29: 14 tidak disebutkan
hasilnya? Berkaitan dengan operasi hitung bilangan, ternyata Al Qur’an tidak
berbicara tentang operasi perkalian. Pada surat Al An’aam ayat 160, Al Qur’an menjelaskan :
⌧ ☺
Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan
jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya dirugikan.
Dalam QS 6:160 tersebut sebenarnya tidak membicarakan operasi perkalian bilangan. Pernyataan sepuluh kali amalnya tidak dapat dimaknai
operasi perkalian bilangan, karena secara kualitas amal bukan bilangan. Hal ini sama dengan menyatakan dua kali gunung atau tujuh kali lautan.
Jika dilihat secara kuantitasnya saja, maka pernyataan sepuluh kali amalnya dapat bermakna perkalian bilangan. Sebagai contoh, jika
seseorang membaca dzikir 33 kali maka berdasarkan QS 6 :160 pahala yang diperoleh sama dengan membaca dzikir 330 kali 33 x 10.
Walaupun Al Qur’an tidak berbicara operasi perkalian bilangan secara eksplisit tegas, ternyata Al Qur’an memberikan suatu gambaran yang
akan memunculkan operasi perkalian bilangan. Pada surat Al Baqoroh ayat 261, Al Qur’an menjelaskan :
☺⌧ ☺
perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas karunia-Nya lagi Maha mengetahui.
Pada QS 2:261 dijelaskan bahwa 1 biji akan menumbuhkan 7 batang, dan tiap-tiap batang terdapat 100 biji. Karena operasi penjumlahan telah
disebutkan dalam Al Qur’an, maka untuk menentukan keseluruhan biji, seorang dapat melakukan dengan cara menghitung
100 + 100 + 100 + 100 + 100 + 100 + 100 = 700 Penjumlahan 100 berulang sebanyak 7 kali sehingga diperoleh 700.
Konsep penjumlahan berulang inilah yang sebenarnya merupakan konsep operasi perkalian bilangan. Jadi pernyataan 100 + 100 + 100 + 100 + 100
+ 100 + 100 dan 7 x 100 adalah sama. Dengan demikian, munculnya operasi perkalian bilangan bersumber dari operasi penjumlahan, yaitu
penjumlahan berulang. Operasi pembagian dalam Al Qur’an diwakili dengan penyebutan
bilangan 23, ½, 13, ¼, 15, 16, 18, dan 110. Bilangan 23 tidak lain adalah 2 dibagi 3 atau 2 : 3. Operasi pembagian dalam Al Qur’an sangat
berkaitan dengan masalah pembagian warisan faraidh dan pembagian harta rampasan perang ghanimah.
2. Media Pembelajaran