Pengertian Sikap Keberagamaan Sikap Keberagamaan Siswa a.

d. Pengertian Sikap Keberagamaan

Secara historis, sikap attitude pertama kali digunakan Spencer pada tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Dimasa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang. 2 Misalnya sikap hormat dengan membungkukkan badan sikap takut diekspresikan dalam perubahan wajah dan lain sebagainya. Proses kemapanan sikap bersumber pada perasaan yang dimunculkan pada fisik maupun perilaku, sehingga studi sikap pada awalnya lebih cenderung pada pengamatan perilaku fisik. Sikap dalam arti yang sempit adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno sikap attitude adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. 3 Sejalan dengan pendapat Bruno, Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tertentu, secara lebih spesifik, Thurshtone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. 4 Sudibyo mendefinisikan sikap sebagai keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek kognitif, afektif, dan konatif yang merupakan kesiapan mental psokologis untuk bereaksi dan bertindak secara positif atau negatif terhadap objek tertentu. Dari berbagai definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah keyakinan seseorang menanggapi objek tertentu dengan perasaan mendukung atau tidak mendukung yang mengandung tiga komponen 2 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, cet. ke-6, h. 3. 3 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset, 2003, h. 120. 4 Saifuddin Azwar loc.cit. h. 5. psikologis, yaitu komponen kognitif, afektif, dan komponen konatif psikomotorik dengan sitem kerja yang sangat kompleks. Sikap yang mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif psikomotorik, akan terbentuk dari suatu objek, yang disertai perasaan positif atau negatif. Orang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek, yang bernilai pada pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong kearah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Jika berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif terhadap objek dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, maka terjadilah sikap. Menurut Ellis, sebagaimana yang dikutif oleh Purwanto, menyatakan bahwa yang memegang peranan penting dalam sikap adalah faktor perasaan atau emosi, dan faktor reaksirespon, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang like atau tidak senag dislike, menurut dan melaksanakannya atau menjauhinya. 5 Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama dalam kehidupan sehari-hari, di kenal dengan istilah religi religio, bahasa Latin; religion, bahasa Inggris, agama, dan din al-diin, bahasa Arab. Religi berakar kata religare berarti mengikat, yaitu sesuatu yang dirasakan sangat dalam, yang bersentuhan dengan keinginan seseorang membutuhkan ketaatan dan memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam suatu masyarakat. Menurut Quraish Shihab, agama berasal dari al- 5 Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, cet-18, h. 141. diin adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia, dan karakteristik agama adalah hubungan makhluk dengan Sang Pencipta, yang terwujud dalam sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya, serta tercermin dalam perilaku kesehariannya. Agama juga meliputi tiga persoalan pokok, yaitu tata keyakinan atas adanya kekuatan supranatural, tata peribadatan perbuatan yang berkaitan dengan dzat yang diyakini sebagai konsekuensi keyakinan, dan tata kaidah yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia dan dengan alam sekitar. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, al-Qur’an dan hadist, nampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, eglifer, kemitraan, anti peodalistik, mencintai kebersihan mengutamakan persaudaraan berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya. 6 Dari definisi di atas dapat disimpulkan agama adalah peraturan Allah yang diberikan untuk manusia yang berisi sistem keyakinan, sistem peribadatan tampak dalam ibadahnya, dan sistem kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan alam sekitar yang tercermin dalam tingkah laku kesehariannya. Semua itu bertujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Keberagamaan sering disebut juga religiusitas. Religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa 6 Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001. Cet. Ke-6, h. 1. pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut. Untuk penelitian ini dibatasi pada orang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuanm keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam. Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorag yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. 7 Sikap keberagamaan juga dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang didasari oleh dasar kepercayaan terhadap nilai kebenaran yang diyakininya. Sikap keberagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif serta perasaan terhadap agama sebagai komponen apektif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen konatif psikomotorik. Agama menyangkut kehidupan batin manusia, kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang menggambarkan sisi batin dalam kehidupan beragama seseorang. Dari kesadaran dan pengalaman inilah timbulnya sikap keberagamaan yang ditampilkan seseorang. Untuk mengukur dan melihat bahwa sesuatu itu menunjukan sikap keberagamaan dilihat dari karakteristik sikap religiusitas, terdiri lima indikator yang sesuai dengan pendapat Glock dan Stark, yaitu keyakinan the ideological dimension, religious belief, peribadatan atau praktik agama the ritualistic dimension, religious practice, penghayatan the experiential dimension,religious feeling, pengamalan the consequential dimension, religious effect, dan pengetahuan agama the intellectual dimension, religious knowledge. Pertama , dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan- pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut, dan diharapkan akan taat. Kedua, dimensi praktik agama, dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Ketiga, 7 Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia,2002, cet-ke-7, h. 96. dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta-fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengaharapan tertentu, dan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang. Keempat, dimensi pengetahuan agama dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Kelima, dimensi pengamalan atau konsekuensi, dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. 8 Faktor-faktor yang memepengaruhi sikap keberagamaan bersumber dari kejiwaan pada seseorang, yaitu berfikir, sesuai pendapat Teori Monistik, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan. Menurut Thomas Van Aquino yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri. Menurut Fredrick Schleimacher bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah ketergantungan yang mutlak sense of depend. Dengan adanya ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya. Menurut Rudolf Otto sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang berasal dari the wholly other yang sama sekali lain. Bila seseorang dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggap lain. 9 Teori Fakulti berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas unsur, antara lain yang diaggap memegang peranan penting adalah fungsi cipta reason, rasa emotion, dan karsa will. 8 Djamaludin Ancok, et al, Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, cet. Ke-6, h. 77. 9 Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 54. a. Cipta reason berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang. b. Rasa emotion menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama. c. Karsa will menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis. Kemantapan jiwa seseorang setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang itu. Jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupannya. Sikap keberagamaan ini dapat membawa seseorang secara mantap menjalankan ajaran agama yang mereka anut. Sikap keberagaman merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keberagaman tersebut dipengaruhi oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi sikap keberagaman merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama dan tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keberagaman menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. 10 Dari beberapa definisi yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap keberagamaan adalah kemantapan perilaku seseorang siswa yang terlihat dalam pola kehidupannya dalam melaksanakan ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya sebagai pedoman hidup, meliputi: keyakinan, peribadatan atau praktik agama, penghayatan, pengamalan dan pengetahuan agama. 10 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-7, h.225

e. Indikator Sikap Keberagamaan