e. Indikator Sikap Keberagamaan
Menurut pendapat Glock dan Stark, untuk mengukur tingkat keberagaman seseorang dapat dipakai kerangka sebagai berikut:
1. Keterlibatan tingkat ritual ritual involvement, yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual agama
mereka. 2
Keterlibatan ideologis ideological involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama
mereka. 3
Keterlibatan intelektual intelektual involvement, yaitu menggambarkan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran
agamanya, seberapa jauh aktivitasnya dalam menambah pengetahuan agama.
4 Keterlibatan pengalaman eksperimental involvement, yang
menunjukan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.
5 Keterlibatan secara konsekuen consequential involvement, yaitu
tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan
Pembentukan atau perubahan sikap beragama pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Antara lain:
a Kebutuhan manusia akan agama naluri untuk beragama, yaitu
kebutuhan manusia akan pedoman hidup yang dapat menunjukkan jalan kearah kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam buku Psikologi Agama, Robert Nuttin mengatakan bahwa: dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang
bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan
lainnya, seperti makan, minum, intelek dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu maka dorongan beragama pun menuntut untuk dipenuhi
sehingga pribadi manusia itu mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah
tumbuhnya dari berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.
b Adanya dorongan untuk bersyukur, taat, patuh, atau mengabdi
kepada Allah, sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah menegaskan tentang tujuan diciptakannya
manusia, sesuai dengan firmannya dalam Al-Qur’an surat Adz- Dzaariat ayat 56:
Artinya:. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
c Adanya cita-cita untuk memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat. 2. Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi seseorang dan
merupakan stimulus yang dapat membentuk dan dapat mengubah sikap beragama, dapat dilihat dari:
a. Lingkungan Keluarga Pengaruh kedua orang tua terhadap sikap beragama dalam
pandangan Islam sudah lama disadari. Orang tua telah diberikan tanggung jawab yang besar dalam menentukan sikap beragama pada
anak-anaknya, sehingga keluarganya terhindar dari berbagai macam malapetaka di Dunia dan Akhirat. Sebagaimana firman Allah Qur’an
surat At-Tahrim ayat 6:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
b. Lingkungan Institusional Lingkungan institusional yang berpengaruh terhadap sikap
beragama antara lain adalah lembaga pendidikan. Sekolah sebagai institusi formal mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan sikap beragama anak siswa. Pengaruh tersebut terjadi antara lain karena interaksi kurikulum dengan siswa,
guru dengan siswa, siswa dengan siswa atau bias saja terjadi karena hubungan siswa dengan sarana atau prasarana ibadah.
Dilihat kaitannya dengan sikap beragama, keempat interaksi tersebut jelas mempengaruhi.
c. Lingkungan Masyarakat Umumnya siswa SLTP menghabiskan waktunya di luar rumah
sekolah dan masyarakat. Berbeda dengan di sekolah dan di rumah, umumnya pergaulan di masyarakat kurang memperhatikan disisplin
atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat. Namun demikian, kehidupan di masyarakat dibatasi oleh norma-
norma dan nilai-nilai yang didukung warganya. Dengan demikian setiap warga berkewajiban untuk mamatuhi semua norma-norma
tersebut. Norma-norma dalam masyarakat biasanya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang dianut.
Disamping itu faktor ekstern ini dapat pula berupa alat-alat komunikasi seperti: surat kabar, majalah, buku dan lain-lain.
11
Dengan demikian jelaslah bahwa pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap dalam perkembangannya
banyak dipengaruhi lingkungan, norma-norma, interaksi antar individu, perkembangan sarana komunikasi dan sebagainya.
g. Pembentukan sikap keberagamaan
Pembentukan sikap keberagamaan seseorang dapat dilakukan dengan melalui 3 pendekatan yaitu pendekatan rasional , emosional dan
keteladanan. 1. Pendekatan rasional
Pendekatan rasional adalah usaha memberikan peranan pada rasio akal peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar
dalam standar materi serta kaitannnya dengan prilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi
2. Pendekatan emosional Pendekatan emosional adalah upaya untuk mengugah perasaan emosi
peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa serta dapat merasakan mana yang baik dan buruk. Dalam
konteks ini terdapat dua metode yaitu: a Metode nasehat yang merupakan salah satu metode dalam membentuk
sikap keberagamaan anak, mempersiapkannnya secara moral, psikis dan sosial, dikarenakan nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada
anak tentang segala hakekat, menghiasi dengan moral mulia dan mengajari tentang prinsip-prinsip Islam. Dalam menggunakan metode
nasehat, hendaknya pendidik menghindari perintah atau larangan secara langsung, sebaiknya menggunakan teknik - teknik tidak langsung
seperti membuat perumpamaan
11
Ita Novita Adenan, Sri Gurinta, Mengetahui Sikap, Kepercayaan dan Perilaku Budaya Tradisional Pada Generasi Muda di Surabaya, Jakarta: CV. Eka Jaya Cet.Ke-1, h. 57.
b Metode pengawasan yaitu seorang pendidik mendampingi dan mengawasi anak didiknya baik dalam hal jasmani maupun rohani dalam
upaya membentuk aqidah, moral dan sosial yang baik. Aspek pengawasan juga harus memberikan nilai yang positif dan optimal oleh
karena itu harus dilakukan dengan cara yang tidak terlalu mengekang anak, akan tetapi dengan cara menjelaskan dengan baik dan mudah
dimengerti oleh anak. c. Pendekatan keteladanan
Pendekatan keteladanan adalah menjadikan figur guru agama dan non agama dan seluruh warga sekolah sebagai cerminan manusia yang
berkepribadian agama. Keteladanan dalam pendidikan amat penting dan lebih efektif, apalagi dalam usaha pembentukan sikap kebergamaan, seorang
anak akan lebih mudah memahami atau mengerti bila ada seeorang yang dapat ditirunya. Keteladanan ini pun menjadi media yang amat baik bagi
optimalnya pembentukan jiwa keberagamaan seseorang. Keteladanan Pendidik terhadap peserta didik kunci keberhasilan dalam mempersiapakan
dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Sehubungan dengan pembentukan sikap Zakiyah Darajat
mengemukakan bahwa hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan - pembiasan dan
latihan - latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu
pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
2. Konsep Bilangan Dalam Al qur’an