Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an adalah mukjizat, atau suatu risalah dan bukti kerasulan Muhammad untuk menaklukan mereka yang membantah dan mengingkari kebenarannya. Tetapi bagi orang yang beriman, Al-Qur`an tidak menyebut dirinya sebagai mukjizat, melainkan petunjuk hudan atau al-nuur. Artinya, jika seseorang telah beriman dan memiliki ilmu pengetahuan, maka akan semakin terbuka baginya pintu untuk memasuki rahasia Al-qur`an guna menggali hikmah dan ilmu yang dikandungnya. 1 Al-Qur`an sangat mengagungkan kedudukan ilmu dengan pengagungan yang tidak pernah ditemukan bandingannya dalam kitab-kitab suci lainnya. Sebagai bukti, Al-Qur`an memberikan sifat kepada bangsa Arab pada masa pra-Islam dengan sebutan jahiliah masa kebodohan. Didalam Al-Qur`an terdapat ratusan ayat yang menyebutkan tentang ilmu dan pengetahuan. Pada sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu tersebut. Untuk mengingatkan manusia terhadap anugrah yang telah diberikan kepadanya, Allah berfirman : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. QS. 58 : 11 ☺ ☺ ⌧ Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. QS. 39 : 9 1 K.H Fahmi Basya, Matematika Islam Sebuah Pendekatan Untuk Yakin, Republika, 2004 1 Lafaz ilmu dan pecahannya telah berulang kali disebutkan dalam Al-qur`an hingga sebanyak 765 kali dalam berbagai tempat dan mendorong manusia melakukan penelitian terhadap apa yang dipelajarinya dalam berbagai ayat, seperti pada: - Surat Yunus [10]: 101 ☺ …………… “Katakanlah : perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi……………….” Q. S. Yunus : 101. - Surat Al-Ankabut [29]: 20 ….. “Katakanlah : berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya kemudian Allah menjadikannya sekali lagi…………” Q. S. Al-Ankabut : 20 Demikianlah Al-qur`an mengajak kaum muslimin berpengetahuan dan membimbing mereka yang belum pernah mereka pikirkan, yaitu : pengarahan pikiran untuk memikirkan sebab dan akibat, mengadakan observasi dan mengambil berbagai kesimpulan. Al-Qur`an mempertingatkan akal, agar manusia itu meneliti dan memikirkan juga dirinya sendiri dan alam sekitarnya, mempercayai deduksi tentang adanya bekas pengaruh menunjukan adanya yang berpengaruh, adanya makhluk, adanya Khalik, adanya tanda – tanda kekuasaan, adanya yang Maha Kuasa, dan adanya ciptaan serta menunjukan adanya pencipta. Manusia selaku mahluk Allah SWT yang paling sempurna selalu dihadapkan kepada perkembangan zaman sebagai efek dari kemajuan yang semakin lama semakin berubah kearah modern, diakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia yang merupakan mahluk yang amat memerlukan pendidikan, pendidikan merupakan suatu media yang pokok dalam menciptakan manusia yang memiliki kemampuan dalam penyesuaian hidupnya dan juga dalam mempertahankan hidupnya juga merubah hidupnya kearah yang lebih baik. Agama Islam merupakan agama yang amat memperhatikan masalah pendidikan, ada banyak dalam al-Quran ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan, salah satunya adalah surat Al-Alaq, .ayat 1 sampai 5 : Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan 1 dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 2 Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 3 Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam 4 Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui 5 Dalam surat Al-Alaq, manusia diharapkan dapat belajar dan dapat mengetahui banyak ilmu sehingga manusia dapat menjadi manusia yang seutuhnya, atas dasar keimanan kepada Allah SWT. Dalam menghadapi tuntutan zaman serta pembangunan yang semakin pesat ini pendidikan harus dapat secara tepat guna menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Dalam hal ini diharapakan yang tercipta bukan hanya kualitas dari segi intelektual juga segi religiusitasnya. Pendidikan di sekolah formal berlangsung secara formal, artinya baik kegiatan, tujuan pendidikan, materi dan bahan ajar, serta metode penyampaiannya telah diprogram secara jelas dan dituangkan dalam seperangkat aturan atau pegangan yang telah disyahkan Semua itu bertujuan agar kegiatan pendidikan diselenggarakan di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Melewati abad 20 dan memasuki abad 21 yang berarti mulai melewati millenium ketiga, millenium baru dimana arus globalisasi semakin deras memasuki hampir segala sektor kehidupan termasuk sektor pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia sangatlah rendah. Berdasarkan data hasil survei lembaga Political and Economic Risk Consultan PERC, kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan 12 dari 12 negara di Asia. 2 Rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru berimplikasi terhadap prestasi siswa. Menurut Trends in Mathematic and Science Study TIMSS 2007, siswa Indonesia hanya berada di rangking ke- 41 dari 48 negara dalam hal prestasi matematika. 3 Untuk itu perlu adanya inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, termasuk di dalamnya pembenahan dalam proses pembelajaran seperti kemampuan guru serta pengadaan sarana dan prasarana. Berarti pihak guru dan sekolah harus memberikan pelayanan yang memadai, agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pada Bab XII Pasal 45 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan bahwa: “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.” Pada tahun 1950-an, pendidikan dipandang sebagai proses komunikasi. Dengan komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Berarti dalam komunikasi ada semacam pesan yang disampaikan. Kegiatan belajar-mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering terjadi penyimpangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan sebagainya. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan lain- 2 http:mii.fmipa.ugm.ac.id?p=121, 23 Agustus 2010, 7:30 AM 3 http:mii.fmipa.ugm.ac.id?p=121, 23 Agustus 2010, 7:30 AM lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. 4 Komunikasi sedikitnya ada empat komponen yaitu komunikator, pesan, saluran, dan komunikan. Begitu juga dalam pembelajaran, ada pengajar sebagai penyampai pesan, materi pesan, media penyalur pesan, dan siswa penerima pesan. Ini berarti bahwa media merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar. Dalam proses pembelajaran, juga harus diperhatikan kemampuan siswa dalam menangkap, menerima, dan menyerap informasi belajar yang diberikan oleh guru. Perbedaan persepsi anak dalam menerima pesan yang disampaikan harus diperhatikan. Banyaknya konsep-konsep yang abstrak dalam pembelajaran matematika menjadikan matematika menjadi pelajaran yang dipandang sulit oleh siswa. Untuk itu diperlukan suatu alat bantumedia agar siswa lebih dapat memahami konsep-konsep yang abstrak. Selain itu media pembelajaran juga dapat memberikan penguatan serta motivasi kepada siswa. Sehingga nantinya diharapkan prestasi belajarnyapun, dalam hal ini prestasi belajar matematika, meningkat. Penggunaan matematika atau berhitung dalam kehidupan sehari- hari menunjukan hasil nyata seperti dasar dari desain ilmu teknik misalnya : perhitungan untuk perkembangan antariksa, disamping dasar-dasar ilmu teknik, metode matematika dapat memberikan inspirasi kepada pemikir dibidang social ekonomi dan memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Begitu pula dengan Al-qur`an yang merupakan pedoman dan petunjuk bagi ummat Islam dan merupakan sumber ilmu pengetahuan. Dan nyatanya hingga saat ini semakin banyak sarjana muslim yang menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan, mereka malah semakin respek dan yakin bahwa Al-qur`an adalah kalam Ilahi yang didalamnya mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang tidak pernah habis-habisnya untuk digali. Dengan demikian, matematika diperlukan oleh setiap muslim untuk mendewasakan dirinya, misalnya untuk membina sikap kritis, kejujuran, dsb. Juga 4 H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. I, h. 13 untuk meneliti alam, agar alam itu dapat dikelola untuk sebesar-besarnya kebaikan manusia. Dan matematika juga diperlukan supaya aturan-aturan Allah dapat dilaksanakan. Pada kenyataannya, bahwa al-Qur`an dan matematika merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk difahami oleh siswa, sehingga kita banyak sekali menemukan siswa yang tidak mampu memahami al-qur`an dan matematika. Oleh karena itu sudah sepantasnya sebagai para guru harus jeli dalam membina dan mengarahkan siswanya dalam memahami al-qur`an dan matematika, sehingga akan terbentuk siswa yang mempunyai sikap keberagamaan yang mengarah kepada pembentukan `manusia ahli pikir dan dzikir`. Sehingga akan terwujud apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggiung jawab kemasyarakatan yang tinggi. Dari uraian diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian lapangan dengan judul : “Pengaruh Penggunaan Media Al Qur’an Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Pembentukan Sikap Keberagamaan Siswa ”.

B. Identifikasi Masalah