81
j.  Bank Ekonomi Raharja Tbk. PT.  Bank  Ekonomi  Raharja,Tbk.,  adalah  penyedia  layanan
perbankan  komersial  yang  didirikan  pada  tanggal  15  Mei  1989 dengan nama  awal  PT.  Bank Mitra Raharja lalu  4 empat bulan
kemudian  berganti  nama  menjadi  PT  Bank  Ekonomi  Raharja lebih dikenal dengan nama Bank Ekonomi.
Bank  Ekonomi  adalah  perusahaan  publik  yang  telah mencatatkan  sahamnya  di  Bursa  Efek  Indonesia.  Sejak  22  Mei
2009, Bank Ekonomi menjadi bagian dari grup institusi keuangan internasional, HSBC Holdings Plc., melalui anak perusahaannya,
HSBC Asia Pacific Holdings UK Limited.
B. Pengujian dan Pembahasan
1. Deskriptif Sampel
Penelitian  ini  menggunakan  10  perusahaan  sebagai  sampel penelitian.  Kesepuluh  perusahaan  tersebut  adalah  perusahaan-
perusahaan  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI  periode 2006-2012.  Berikut  adalah  daftar  perusahaan  yang  dijadikan  sampel
dalam penelitian ini :
82
Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian
No Kode
Nama Perusahaan Total Aset
Rp Juta 1
BBCA   PT. Bank Central Asia Tbk. 442.994.197
2 BNGA   PT. Bank CIMB Niaga Tbk
197.412.481 3
BDMN   PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 155.791.308
4 PNBN   PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
148.792.614 5
BNLI PT. Bank Permata Tbk.
131.798.595 6
BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk.   115.855.514
7 NISP
PT. Bank OCBC NISP Tbk. 79.141.737
8 BBKP   PT. Bank Bukopin Tbk.
65.689.830 9
MEGA   PT. Bank Mega Tbk. 65.219.108
10 BAEK   PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk.
25.365.299 Sumber:
www.idx.co.id data diolah
2. Deskriptif Variabel
Dalam  penelitian  ini,  data  diolah  dengan  menggunakan  alat bantu  software  EViews  7.01  yang  telah  teruji  dengan  baik  dalam
menjelaskan  hubungan  antara  variabel  independen  bebas  dan dependen  terikat  melalui  regresi  panel.  Selain  itu  penelitian  ini  juga
menggunakan  bantuan  software  Microsoft  Excel  2007  untuk mempermudah dalam mengelola data. Variabel yang digunakan dalam
penelitian  ini  adalah  profitabilitas  sebagai  varaibel  dependen  yang diukur  dengan  return  on  asset,  sementara  variabel  independen  yang
digunakan  adalah  capital  adequacy  ratio,  non  performing  loan,  BI rate,  dan  nilai  tukar  rupiah  kurs.  Penelitian  ini  dilakukan  dalam
rentang  periode  2006-2012.  Berikut  ini  adalah  penjelasan  mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
83
a. Return On Asset
Return On Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan  antara  laba  sebelum  pajak  dengan  total  aset  bank,
rasio  ini  menunjukan  tingkat  efisiensi  pengelolaan  aset  yang dilakukan  oleh  bank  yang  bersangkutan.  ROA  dapat  dihitung
dengan rumus sebagai berikut Riyadi, 2006:156: Laba Sebelum Pajak
ROA = x100
Rata-rata Total Aset Dalam penelitian ini, data mengenai return on asset diperoleh
dari  laporan  keuangan  masing-masing  perusahaan  yang  menjadi sampel.  Berikut  ini  disajikan  tabel  dan  grafik  yang  berisi  data
capital  adequacy  ratio  dari  perusahaan-perusahaan  yang  diteliti periode 2006-2012.
Tabel 4.3 Data Deskriptif
Return On Asset angka dalam persen
Perusahaan 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
1 BBCA
3,80 3,30
3,40 3,40
3,50 3,80
3,60 2
BNGA 2,09
2,49 1,10
2,10 2,75
2,85 3,18
3 BDMN
1,80 2,40
1,50 1,50
2,70 2,60
2,70 4
PNBN 2,78
3,14 1,75
1,78 1,76
2,02 1,96
5 BNLI
1,20 1,90
1,70 1,40
1,98 1,66
1,70 6
BNII 1,43
1,44 1,11
0,07 1,14
1,13 1,62
7 NISP
1,55 1,31
1,50 1,90
1,30 1,90
1,80 8
BBKP 1,85
1,63 1,66
1,46 1,62
1,87 1,83
9 MEGA
0,88 2,33
1,98 1,77
2,45 2,29
2,74 10
BAEK 1,62
1,87 2,26
2,21 1,78
1,49 1,02
Sumber: Data diolah
84
Gambar 4.1 Grafik
Return On Asset
Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya return on
asset masing-masing bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, return on asset tertinggi
dimiliki  oleh  perusahaan  PT.  Bank  Central  Asia  Tbk  Dengan presentase  sebesar  3,80,  seangkan  yang  terendah  dimiliki  oleh
PT.  Bank  Mega  Tbk  dengan  presentase  0,88.  Pada  tahun  2007, return  on  asset  tertinggi  dimilki  oleh  PT.  Bank  Central  Asia  Tbk
dengan  presentase  3,30  sedangkan  yang  terendah  dimiliki  oleh PT. Bank  OCBC NISP  Tbk dengan presentase 1,31. Pada tahun
2008, return on aset tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Central Asia  Tbk  dengan  presentase  3,40,  sedangkan  yang  terendah
dimiliki oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan presentase 1,10. Pada tahun 2009, return on asset tertinggi masih dikuasai oleh PT.
Bank  Central  Asia  Tbk  dengan  presentase  3,40,  sedangkan terendah  PT.  Bank  Internasional  Indonesia  Tbk  dengan  presentase
0,07.  Pada  tahun  2010,  return  on  asset  tertinggi  masih  dimiliki
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 BBCA
BNGA BDMN
PNBN BNLI
BNII NISP
BBKP
85
oleh  PT  Bank  Central  Asia  Tbk  dengan  presentase  3,50, sedangkan  terendah  dimilki  oleh  PT  Bank  Internasional  Indonesia
Tbk  dengan  presentase  1,14.  Pada  tahun  2011,  return  on  asset tertinggi  masih  dimiliki  oleh  PT  Bank  Central  Asia  Tbk  dengan
presentase 3,80, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia dengan presentase 1,13. Pada tahun 2012,
return on asset tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia dengan  presentase  3,60,  sedangkan  yang  terendah  dimilki  oleh
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 1,02. b.
Capital Adequacy Ratio Capital  Adequacy  Ratio  adalah  rasio  kewajiban  pemenuhan
modal  minimum  yang  harus  dimiliki  oleh  bank.  Untuk  saat  ini minimal CAR sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko,
ditambah Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan Riyadi, 2006:161.
Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Modal Modal Inti + Modal Pelengkap CAR =
x 100 ATMR  Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Dalam  penelitian  ini,  data  mengenai  capital  adequacy  ratio diperoleh  dari  laporan  keuangan  masing-masing  perusahaan  yang
menjadi  sampel.  Berikut  ini  disajikan  tabel  dan  grafik  yang  berisi
86
data  capital  adequacy  ratio  dari  perusahaan-perusahaan  yang diteliti periode 2006-2012.
Tabel 4.4 Data Deskriptif
Capital Adequacy Ratio angka dalam persen
Perusahaan 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
1 BBCA
22,10 19,20
15,80 15,30
13,50 12,70
14,20 2
BNGA 18,88
17,06 15,60
13,88 13,47
13,16 15,16
3 BDMN
20,40 20,30
15,40 20,70
16,00 17,60
18,90 4
PNBN 29,47
21,58 20,31
21,53 16,65
17,45 14,67
5 BNLI
13,50 13,30
10,80 12,10
14,05 14,07
15,86 6
BNII 23,34
19,81 18,70
14,78 12,51
11,83 12,83
7 NISP
17,07 16,15
19,00 20,50
17,60 13,80
16,50 8
BBKP 15,79
12,84 11,20
14,36 12,55
12,71 16,34
9 MEGA
15,73 11,84
16,09 18,01
15,03 11,86
16,83 10
BAEK 14,00
13,13 14,03
21,75 19,05
16,37 14,21
Sumber: Data diolah
Gambar 4.2 Grafik
Capital Adequacy Ratio
Sumber: Data diolah Pada  tabel  dan  grafik  di  atas  dapat  dilihat  besarnya  capital
adequacy  ratio  bank  umum  swasta  nasional  yang  terdaftar  di  BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006,  capital adequacy ratio  yang
tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank  Pan  Indonesia  Tbk  dengan presentase sebesar 29,47, sedangkan yang terendah dimiliki oleh
PT  Bank  Permata  Tbk  dengan  presentase  13,50.  Pada  tahun
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 BBCA
BNGA BDMN
PNBN BNLI
BNII NISP
BBKP
87
2007, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan  Indonesia  Tbk  dengan  presentase  21,58,  sedangkan  yang
terendah  dimiliki  oleh  PT  Bank  Mega  Tbk  dengan  presentase 11,84.  Pada  tahun  2008,  capital  adequacy  ratio  tertinggi  masih
dimiliki  oleh  PT  Bank  Pan  Indonesia  Tbk  dengan  presentase 20,31,  sedangkan  yang  terendah  dimiliki  oleh PT  Bank  Permata
Tbk dengan presentase 10,80. Pada tahun 2009, capital adequacy ratio  yang  tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank  Ekonomi  Raharja  Tbk
dengan presentase 21,75, sedangkan  yang terendah dimiliki oleh PT  Bank  Permata  Tbk  dengan  presentase  12,10.  Pada  tahun
2010, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 19,05, sedangkan yang
terendah  dimiliki  oleh  PT  Bank  Internasional  Indonesia  Tbk dengan  presentase  12,51.  Pada  tahun  2011,  capital  adequacy
ratio  tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank  Danamon  Indonesia  Tbk dengan  presentase  17,60,  sedangkan  terendah  dimiliki  oleh  PT
Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT Bank Mega Tbk dengan presentase  masing-masing  11,83  dan  11,86.  Dan  pada  tahun
2012,  capital  adequacy  ratio  tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank Danamon  Indonesia  Tbk  dengan  presentase  18,90,  sedangkan
terendah  dimiliki  oleh  PT  Bank  Internasional  Indonesia  Tbk dengan presentase 12,83.
88
c. Non Performing Loan
Non  performing  loan  NPL  atau  sering  disebut  kredit bermasalah  dapat  diartikan  sebagai  pinjaman  yang  mengalami
kesulitan  pelunasan  akibat  adanya  faktor  kesenjangan  dan  atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur Winarti
Setyorini, 2012:181. Non  Performing  Loan  dapat  dihitung  dengan  rumus  sebagai
berikut: Kredit Bermasalah
NPL = x 100
Total Kredit Dalam  penelitian  ini,  data  mengenai  non  performing  loan
diperoleh  dari  laporan  keuangan  masing-masing  perusahaan  yang menjadi  sampel.  Berikut  ini  disajikan  tabel  dan  grafik  yang  berisi
data non performing loan dari perusahaan-perusahaan yang diteliti periode 2006-2012.
Tabel 4.5 Data Deskriptif
Non Performing Loan angka dalam persen
No  Perusahaan 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
1
BBCA
1,30  0,80  0,60  0,70  0,60  0,50  0,40 2
BNGA
3,08  3,03  2,51  3,06  2,59  2,64  2,29 3
BDMN
3,30  2,30  2,30  4,50  3,00  2,50  2,30 4
PNBN
7,95  3,06  4,34  3,16  4,37  3,56  1,69 5
BNLI
6,40  4,60  3,50  4,00  2,65  2,04  1,37 6
BNII
5,03  2,92  3,20  2,42  3,09  2,14  1,70 7
NISP
2,49  2,53  2,60  3,10  2,00  1,30  0,90 8
BBKP
3,71  3,57  4,87  2,81  3,22  2,88  2,66 9
MEGA
1,68  1,53  1,18  1,70  0,90  0,98  2,09 10
BAEK
2,52  2,45  1,07  1,11  0,35  0,74  0,28 Sumber: Data diolah
89
Gambar 4.3 Grafik
Non Performing Loan
Sumber: Data diolah Pada  tabel  dan  grafik  di  atas  dapat  dilihat  besarnya  non
peforming loan bank umum  swasta nasional  yang terdaftar di BEI periode  2006-2012.  Pada  tahun  2006,  non  performing  loan
tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank  Pan  Indonesia  Tbk  dengan presentase  sebesar  7,95,  sedangkan  yang  terendah  dimiliki  oleh
PT  Bank  Central  Asia  Tbk  dengan  presentase  1,30.  Pada  tahun 2007, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata
Tbk  dengan  presentase  4,60,  sedangkan  yang  terendah  dimiliki oleh  PT  Bank  Central  Asia  Tbk  dengan  presentase  0,80.  Pada
tahun  2008,  non  performing  loan  tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank Bukopin  Tbk  dengan  presentase  4,87,  sedangkan  yang  terendah
dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,60. Pada  tahun  2009,  non  performing  loan  tertinggi  dimiliki  oleh  PT
Bank  Danamon  Tbk  dengan  presentase  4,50,  sedangkan  yang terendah  masih  dimiliki  oleh  PT  Bank  Central  Asia  Tbk  dengan
presentase 0,70. Pada tahun 2010, non performing loan tertinggi
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 BBCA
BNGA BDMN
PNBN BNLI
BNII NISP
90
dimiliki  oleh  PT  Bank  Pan  Indonesia  dengan  presentase  4,37, sedangkan  yang terendah dimiliki oleh PT Bank  Ekonomi Raharja
Tbk  dengan  presentase  0,35.  Pada  tahun  2011,  non  performing loan  tertinggi  dimiliki  oleh  PT  Bank  Pan  Indonesia  dengan
presentase 3,56, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,50. Dan pada tahun 2012,
non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk dengan  presentase  2,66,  sedangkan  yang  terendah  dimiliki  oleh
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. d.  BI Rate
BI  Rate  adalah  suku  bunga  kebijakan  yang  mencerminkan sikap  atau  stance  kebijakan  moneter  yang  ditetapkan  oleh  Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik www.bi.go.id
. Dalam  penelitian  ini,  data  mengenai  BI  Rate  diperoleh  dari
data  publikasi  Bank  Indonesia.  Berikut  ini  disajikan  tabel  dan grafik yang berisi data BI Rate periode 2006-2012.
Tabel 4.6 Data Deskriptif BI
Rate angka dalam presentase
Tahun 2006  2007  2008  2009  2010  2011  2012
BI Rate 9,75
8,00 9,25
6,50 6,50
6,00 5,75
Sumber: Data diolah
91
Gambar 4.4 Grafik BI Rate
Sumber: Data diolah Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa BI rate
cenderung  mengalami  penurunan.  Pada  tahun  2006  BI  Rate mengalami  penurunan  mancapai  level  9,75  dari  tahun
sebelumnya,  hal  ini  tercermin  dari  laju  inflasi  yang  menurun  dan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat diiringi volatilitas yang
rendah,  serta  likuiditas  yang  cukup  untuk  memenuhi  aktivitas ekonomi.  Kemudian  ditahun  2007  BI  Rate  mengalami  penurunan
mencapai  8,00  keputusan  tersebut  diambil  karena  pencapaian target  inflasi  akibat  dari  stabilitas  makro  ekonomi  dan  sistem
keuangan  yang  terjaga.  Dan  ditahun  2008  BI  Rate  mengalami kenaikan  menjadi  9,25  akibat  anjloknya  nilai  tukar  rupiah  serta
potensi  tingginya  inflasi  dampak  dari  krisis  global.  Selanjutnya akibat  penurunan  inflasi  ditahun  2009  BI  Rate  mengalami
penurunan menjadi 6,50 dan BI Rate stabil ditahun 2010 hingga 2012.
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012
BI Rate
BI rate
92
e.  Nilai Tukar Rupiah Kurs Exchange  Rates  nilai  tukar  uang  atau  yang  lebih  populer
dikenal  denga  sebutan  kurs  mata  uang  adalah  catatan  quotation harga  pasar  dari  mata  uang  asing  foreign  currency  dalam  harga
mata uang domestik domestic currency  atau resiprokalnya,  yaitu harga  mata  uang  domestik  dalam  mata  uang  asing  Adiwarman
Karim, 2008:157. Dalam penelitian ini, data mengenai Kurs diperoleh dari data
publikasi  Bank  Indonesia.  Berikut  ini  disajikan  tabel  dan  grafik yang berisi data Kurs periode 2006-2012.
Tabel 4.7 Data Deskriptif Kurs
angka dalam rupiah
Tahun  2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 Kurs
9.166  9.136  9.680  10.398  9.085  8.780  9.380
Gambar 4.5 Grafik Kurs
Sumber: Data diolah Pada  tabel  dan  grafik  di  atas  menggambarkan  bahwa  kurs
stabil. pada tahun 2006, kurs sebesar Rp 9.166, kemudian di tahun 2007  kurs  mengalami  penurunan  sebesar  Rp  9.136,  pada  tahun
Rp0 Rp5
Rp10 Rp15
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012
KURS
KURS
93
2008 kurs mengalami peningkatan menjadi Rp 9.680, dan di tahun 2009  kurs  mengalami  peningkatan  lagi  menjadi  Rp  10.398.
kemudian  ditahun  2010  kurs  mengalami  penurunan  sebesar  Rp 9.085,  dan  ditahun  2011,  kurs  mengalami  penurunan  lagi  sebesar
Rp 8.780, dan di tahun 2012, kurs mengalami peningkatan sebesar Rp 9.380.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Pemilihan Regresi data Panel