Variabel Dependen Sejarah Pasar Modal di Indonesia

70

d. Kurs

Exchange Rates nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan quotation harga pasar dari mata uang asing foreign currency dalam harga mata uang domestik domestic currency atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing Adiwarman Karim, 2008:157. Data mengenai kurs diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono, 2003:33. Variabel dependen terikat dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset. Menurut Sawir 2004:31, Return On Asset adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam mendapatkan profitabilitas dalam mangerial efisiensi secara umum. Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih ROA = x 100 Total Asset 71 Data mengenai return on asset ROA diperoleh dari laporan keuangan laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini. 72

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1997, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: 73 Tabel 4.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia Tanggaltahun Peristiwa Desember1892 Bursa Efek pertama kali dibentuk oleh pemerintah di Batavia oleh pemrintah Belanda. 1914-1918 Bursa efek ditutup selama masa pernag dunia I 1925-1942 Bursa efek di Jakarta kembali dibuka bersamaan dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya. Awal tahun 1939 Karena isu politik perang dunia II bursa efek di Semarang dan Surabaya ditutup. 1942-1952 Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II 1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda, Bursa Efek kembali tidak aktif. 1956-1977 Perdagangan di Bursa Efek Vakum 10 Agustus 1977 Bursa efek diresmikan kembali oleh presiden Soeharto. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan Go Public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 1977-1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu, jumlah emiten di Bursa Efek hingga tahun 1987 hanya 24. Masyarakat lebih memilih instrumen Perbankan dibanding instrumen Pasar Modal 1987 Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 PAKDES87 yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia 1988-1990 Paket deregulasi Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas perdagangan terlihat meningkat. 2 Juni 1988 Bursa Pararel Indonesia BPI mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek PPUE, sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan paket Desember PAKDES88 yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 16 juni 1989 Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu 74 PT. Bursa Efek Surabaya. 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ, BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 22 Mei 1995 Sistem otomatisasi di BEJ dilakukan dengan sistem komputer JATS Jakarta Automated Trading System. 10 November 1995 Pemrintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 1995 Bursa Pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 2000 Sistem perdagangan tanpa warkat scripless trading mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia. 2002 BEJ Mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading. 2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa efek Indonesia. 2 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek Indonesia : JATS-NextG. Sumber: www.idx.co.id

2. Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

6 110 108

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio Dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Terdapat Di BEI

1 44 94

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas(ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 BankUmum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-

3 17 147

Pengaruh Inflasi, BI Rate Rate, Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada 10 Bank Terbesar di Indonesia Berdasarkan Kredit)

4 68 149

Pengaruh Non Performing Loan dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional yang Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan 2010-2013)

2 17 58

Pengaruh Net Interest Margin dan Non Performing Loan Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

0 5 1

Pengaruh Net Interest Margin dan Non Performing Loan Terhadap Laba (Studi Pada Bank Yang Terdaftar di BEI 2009-2013)

0 7 58

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Ef

0 1 9