Kesejahteraan Anak TINJAUAN PUSTAKA

c Evaluasi dilakukan setiap tahun; d Evaluasi dilakukan mulai dari tingkat desakelurahan, kecamatan, sampai kabupatenkota; Pelaksanaan evaluasi KLA mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 14 Tahun 2011 tentang Panduan Evaluasi KLA. 6. Pelaporan Pelaporan mengenai pengembangan KLA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 dilakukan oleh BupatiWalikota, disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Menteri Dalam Negeri. Gubernur diharapkan memberikan umpan balik kepada masing-masing kabupatenkota.

2.7 Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.Hal ini diatur dalam UU Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak.Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin. Di Indonesia diatur dalam UU Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak sebagai berikut: a. Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. b. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut maka anak perlu mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani dan sosial. c. Kesempatan pemeliharaan dan usaha menghilangkan hambatan tersebut hanya dapat dilaksanakan dan diperoleh bilamana kesejahteraan anak terjamin. Berbicara mengenai pertumbuhan dan perkembangan secara wajar bagi anak memiliki makna yang besar karena pada pengertian itu terpaut masalah pokok anak. Dari pengertian ini, ditemukan tentang kesejahteraan anak lazim berhubungan dengan: 1. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohani bagi anak-anak sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar melalui asuhan keluarga atau orangtuanya sendiri. Misalnya kesempatan memperoleh pendidikan, rekreasi dan bermain. 2. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat jasmani fisik seperti cukup gizi pemeliharaan kesehatan dan kebutuhan fisik lainnya. Menurut Kartini Kartono, bahwa di dalam perkembangan anak sangat memerlukan kebutuhan anak meliputi: a. Kebutuhan fisik biologi yaitu sebagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh makhluk jasmaniah, sebab kalau tidak terpenuhinya maka dapat terhambat pertumbuhan fisiknya. b. Kebutuhan mental psikis yaitu untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk mental psikis. c. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain Kartono, 1999:28. Terpenuhinya suatu kebutuhan tersebut bukan hanya memerlukan sarana fisik dan mental saja tetapi juga non-material, misalnya kebutuhan perasaan aman dan tenteram dipenuhi dengan sarana yang berupa keadaan tanpa kejahatan dan bencana. Demikian juga kebutuhan religius bias dipenuhi oleh adanya kebebasan sarana lain untuk melakukan ibadah menurut agamakepercayaan yang diyakini. Maka dapat dinyatakan anak dapat dikatakan sejahtera apabila semua kebutuhannya dapat terpenuhi.Makin banyak kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi dengan sarana yang makin memadai, maka makin sejahtera dia. Berkaitan dengan hal tersebut, yang paling utama dan bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan anak sebenarnya adalah keluarga.Adapun keluarga sebagai institusi sosial menjalankan banyak fungsi. Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa menyatakan secara rinci fungsi keluarga tersebut adalah: 1. Mendapatkan keturunan dan membesarkan anak 2. Memberikan afeksi atau kasih sayang, dukungan dan keakraban 3. Mengemban kepribadian 4. Mengatur pembagian tugas, menanamkan kewajiban, hak dan tanggung jawab 5. Mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan, agama, sistem, nilai moral kepada anak Dalam melaksanakan usaha kesejahteraan sosial, ada lima bidang praktek pekerjaan sosial, yaitu: a. Usaha Kesejahteraan Anak b. Usaha Bimbingan Kesejahteraan Keluarga c. Usaha Kesejahteraan Lanjut Usia d. Usaha Kesejahteraan Para Cacat e. Usaha Kesejahteraan Umum Usaha kesejahteraan anak sebagai pembinaan terhadap tuna bangsa yang kelak menjadi pemimpin selalu mendapat perhatian yang penuh, di pihak pemerintah maupun masyarakat.Program komprehensif untuk anak terdiri dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak, baik secara fisik, mental maupun sosial.Pelayanan kesejahteraan sosial anak termasuk asuhan bagi anak di dalam keluarganya sendiri, atau dalam keluarga pengganti substitute family home, atau di dalam lembaga. Berdasarkan UU Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial bahwa, setiap warga Negara berhak atas taraf sosial yang sebaik-baiknya, maka kesejahteraan anak merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena masih banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati masa kanak-kanaknya yang menyenangkan karena kondisi yang dihadapinya dan keadaan orangtuanya. Usaha kesejahteraan sosial anak sebagai pembinaan pertumbuhan dan perkembangan secara wajar bagi anak yang akan menentukan keutuhan pribadi anak dalam menyongsong masa depannya untuk manusia dewasa yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara wajar adalah: 1 Bantuan sosial untuk anak-anak terlantar baik melalui panti maupun luar panti 2 Rehabilitasi dan pendidikan anak cacat cacat fisik, indera maupun mental 3 Perawatan anak-anak yang mengalami gangguan emosional 4 Sistem usaha keluarga 5 Adopsi anak perwalian 6 Bimbingan anak 7 Perkumpulan dan kegiatan untuk mengisi waktu senggang termasuk rekreasi serta bermain

2.8 Kerangka Pemikiran