Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
16
1.6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan menggunakan metode penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dibuat, maksud dan tujuan penelitian, pembatasan masalah,penelitian, manfaat dan metodologi penelitian , serta sistematika
penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang uraian berbagai literatur yang relevan terhadap penelitian. Dalam hal ini menguraikan latar belakang masyarakat melakukan perjalanan.
BAB III. DESKRIPSI WILAYAH STUDI
Berisikan tentang gambaran umum wilayah studi yang masih dalam ruang lingkup pembahasan.
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini serta proses pengumpulan data.
BAB V. ANALISA DATA
Berisikan tentang pengolahan data dan sajian data-data penerapan teknis yang
sesuai dengan objek studi untuk mencapai tujuan dan sarana studi yang dimaksud. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran mengenai temuan-temuan penting untuk dijadikan masukan
yang diperoleh dari penelitian ini.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Gambaran Umum Karakteristik Perjalanan II.1.1. Pengertian Karakteristik Perjalanan
Karakteristik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka 1996, adalah sesuatu yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Perjalanan merupakan pergerakan seseorang atau kendaraan dalam suatu daerah dengan satu atau beberapa moda, dan dengan asal serta satu tujuan. Dalam perjalanan,
kita memperhatikan lintasan, alat angkut kendaraan, kecepatan, dan semua yang terjadi atau kita lihat sepanjang lintasan itu Alber, dkk, 1972, 236.
Sementara itu, perjalanan dilakukan dengan tujuan menikmati kegiatan perjalanan itu sendiri atau karena ada maksud tertentu misalnya kegiatan jasa
angkutan, selain tentu saja ada unsur pepergian didalamnya. Pada saat kita melakukan perjalanan, misalnya mengendarai mobil bersama
seseorang, maka menikmati apa yang terjadi atau yang kita lakukan sepanjang lintasan merupakan hal yang utama. Perjalanan adalah proses berpindah dari satu tempat ke
tempat lain. Pengadaan suatu perjalanan merupakan suatu fungsi dengan tiga faktor dasar,
yaitu : •
Pola tata guna tanah dan pengembangan – pengembangan pada daerah penelitian.
• Karakteristik sosial ekonomi dari penduduk yang mengadakan perjalanan
dari daerah penelitian.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
18 •
Sifat, jangkauan dan kemampuan dari sistem pengangkutan didaerah penelitian.
Deskrifsi dari ketiga faktor tersebut diatas dapat diperlakukan sebagai variabel – variabel yang memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya, serta dapat pula
berubah berdasarkan letak geografisnya ataupun waktunya pada daerah penelitian.
II.1.2. Karakteristik Pergerakan Non-Spasial
Karakteristik pergerakan ini menyangkut pertanyaan–pertanyaan mengapa orang melakukan perjalanan, kapan orang melakukan perjalanan dan menggunakan sarana
angkutan apa. Beberapa karakteristik dasar dari pergerakan yang dapat kita sebut dengan istilah
non-spasial tanpa batas ruang yang oleh Ofyar Z.Tamin, 1997, hal 13-15 mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi berkaitan dengan :
II.1.2.1. Sebab terjadinya pergerakan
Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau
lebih jauh lagi akan dijumpai kenyataan bahwa lebih dari 90 perjalanan berbasis tempat tinggal artinya : mereka memulai perjalanannya dari tempat tinggal rumah dan
mengakhiri perjalanannya kembali kerumah.
II.1.2.2. Waktu terjadinya pergerakan Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang
melakukan aktifitasnya sehari-harinya. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan ketempat kerja atau perjalanan dengan
maksud bekerja biasanya merupakan perjalanan yang dominan, dan arena itu sangat
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
19 penting diamati secara cermat. Karena pola kerja biasanya dimulai jam 08.00 dan
berakhir pada jam 16.00, maka waktu perjalanan untuk maksud perjalanan kerja
biasanya mengikuti pola kerjanya.
Dalam hal ini kita dapati bahwa pada pagi hari, sekitar jam 06.00 sampai jam 08.00, dijumpai begitu banyak perjalanan untuk tujuan bekerja, dan pada sore hari
sekitar jam 16.00 sampai jam 18.00 dijumpai banyak perjalanan dari tempat kerja ke rumah masing – masing. Karena jumlah perjalanan dengan maksud bekerja ini
merupakan jumlah yang dominan, maka kita dapatkan bahwa kedua waktu terjadinya perjalanan dengan tujuan bekerja ini menghasilkan waktu puncak pergerakan.
Disamping kedua puncak tersebut, dijumpai pula waktu puncak lainnya, yaitu sekitar jam 12.00 sampai 14.00 pada saat itu para pekerja pergi untuk makan siang dan
kembali lagi pada kantornya masing – masing. Tentu saja jumlah perjalanan yang dilakukan pada siang hari ini tidak sebanyak pada pagi atau sore hari mengingat makan
siang terkadang dapat dilakukan di kantor atau kantin di sekitar kantor. Perjalanan yang lainnya adalah perjalanan dengan maksud berbelanja. Karena
kegiatan berbelanja ini tidak mempunyai waktu khusus, dan pelakunya bisa melakukannya kapan pun selama toko atau pasar buka, maka tidak ada pola khusus
untuk perjalanan dengan maksud belanja ini, pada umumnya berupa pola menyebar. Meskipun terdapat juga puncak pada pagi dan sore hari, puncak ini tidak terlalu nyata.
Jadi, jika ditinjau secara keseluruhan. Pola perjalanan setiap hari di suatu kota pada dasarnya merupakan gabungan dari pola perjalanan untuk maksud bekerja,
pendidikan, berbelanja dan kegiatan sosial lainnya. Pola perjalanan yang diperoleh dari penggabungan ketiga pola perjalanan di atas terkadang disebut juga pola variasi harian,
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
20 yang menunjukkan tiga waktu puncak, yaitu waktu puncak pagi, waktu puncak siang,
dan waktu puncak sore.
II.1.2.3. Jenis sarana angkutan yang digunakan
Studi-studi transportasi biasanya mengkaji perjalanan dalam bentuk jenis transportasi yang dipergunakan atau apa yang disebut sebagai “pembagian moda atau
model split”. Dengan membagi data perjalanan kedalam moda –moda yang berbeda, para perencana dan perekayasa angkutan dapat menaksir kebutuhan jasa angkutan untuk
masing-masing moda dan merencanakannya sesuai dengan permintaan tersebut. Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis
angkutan yakni berjalan kaki, menggunakan angkutan pribadi, ataupun menggunakan angkutan umum. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan, orang mempertimbangkan
berbagai faktor, yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan. Meskipun dapat diketahui faktor yang dapat menyebabkan seseorang dapat memilih
jenis moda yang digunakan, pada kenyataannya sangatlah sulit merumuskan mekanisme pemilihan moda ini.
Dari hasil survey yang pernah dilakukan di Jakarta pada tahun 1987 terlihat bahwa moda yang paling umum dugunakan dalam perjalanan di dalam kota adalah
berjalan kaki, becak, sepeda motor, kendaraan pribadi taksi dan bus kota. Dari semua jenis moda angkutan umum tersebut terlihat bahwa yang paling dominan adalah
perjalanan dengan moda angkutan bus, disusul oleh taksi dan paratransit. Jika kita bandingkan dengan salah satu kota di Amerika Serikat, akan didapatkan pola yang
hampir sama. Dari hasil penelitian di Chicago diperoleh kenyataan bahwa perjalanan dengan maksud pendidikan merupakan 10 dari seluruh jumlah perjalanan, sekitar 70
dari perjalanan tersebut dilakukan dengan berjalan kaki, 15 dengan bus, dan 10
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
21 dengan mobil atau sepeda motor. Perjalanan ke tempat kerja mencakup 20 dari
jumlah seluruh perjalanan, 80 dilakukan dengan mobil pribadi, sepeda motor dan bus, dan hanya 20 dengan berjalan kaki.
Dari data tersebut jelas terlihat bahwa ditinjau dari maksud perjalanan, sebahagian besar perjalanan dengan maksud bekerja dilakukan oleh orang dewasa yang
memiliki kendaraan dan mengemudikannya sendiri ke tempat kerja. Karena anak – anak tidak memiliki dan tidak dapat mengemudi sendiri, mereka berjalan kaki atau naik bus
ke sekolah.
II.1.3. Karakteristik Pergerakan Spasial
Konsep yang paling mendasar dari studi-studi transportasi adalah berupa hubungan antara distribusi ruang spasial dari perjalanan dan distribusi spasial dari tata
guna lahan yang terdapat dalam suatu daerah perkotaan. Perjalan-perjalanan dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, sedangkan lokasi kegiatan tersebut ditentukan
oleh pola tata guna lahan tersebut.
II.1.3.1. Ciri Pergerakan
Seperti yang dijelaskan, perjalanan terjadi karena manusia melakukan aktifitas ditempat yang berbeda dengan daerah tempat mereka tinggal. Artinya, keterkaitan antar
wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan perjalanan. Jika suatu daerah
sepenuhnya terdiri dari lahan tandus tanpa tumbuhan dan sumber daya alam, dapat diduga bahwa pada daerah tersebut tidak akan timbul perjalanan mengingat di daerah
tersebut tidak mungkin timbul aktivitas. Juga, tidak akan pernah ada keterkaitan ruang antara daerah tersebut dengan daerah lainnya.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
22 Konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya perjalanan selalu
dikaitkan dengan pola hubungan antara perjalanan dengan tata guna lahan yang terdapat dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan
dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi kegiatan tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kota terseb
II.1.3.2. Pola Perjalanan Orang
Perjalanan terbentuk karana adanya aktifitas yang dilakukan, bukan ditempat tinggal sehingga pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat mempengaruhi
pola perjalanan orang. Dalam hal ini pola penyebaran yang sangat berperan adalah sebaran dari daerah industri, perkantoran dan permukiman.
Pola sebaran dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat berperan dalam menentukan pola perjalanan orang, terutama peralanan daengan maksud bekerja. Tentu saja sebaran
untuk pertokoan dan areal pandidikan juga berperan. Tetapi, mengingat keduanya tidak signifikan, pola sebaran pertamalah yang sagat mempengaruhi pola parjalanan orang.
Jika ditinjau lebih jauh terlihat bahwa makin jauh dari pusat kota, kesempatan kerja lebih rendah, dan sebaliknya kapadatan perumahan makin tinggi. Tingkat
perjalanan yang muncul dari setiap daerah kearah pusat kota sebenarnya menunjukkan hubungan antara kapadatan penduduk dengan kesempatan kerja, yang kondisinya sangat
tergantung pada jarak lokasi daerh yang bersangkutan kepusat kota. Pada lokasi yang kepadatan penduduknya lebih tinggi daripada kesempatan
kerja yang tersedia, terjadi surplus penduduk, dan mereka harus melakukan perjalanan ke pusat kota untuk bekerja. Di sini terlihat sedikit kesempatan kerja yang berakibat
makin banyak perjalanan yang terjadi antara daerah tersebut yang menuju pusat kota.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
23 Dari penelitian di London memperlihatkan bahwa pusat kesempatan kerja
tertinggi dipusat kota dan disepanjang koridor-koridor jalan uatama yang mengarahkan keluar darti pusat perdagangan. Disekeliling daerah yang tinggi jumlah kesempatan
kerja ini adalah berupa daerah-daerah perumahan utama kota yang tingkat kesempatan
kerjanya jauh lebih rendah. II.1.3.3. Pola Perjalanan Barang
Berbeda dangan pola perjalanan orang, pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktifitas produksi dan konsumsi, yang sangat tergantung pada sebaran
pola tata guna lahan permukiman konsumsi, serta undustri dan pertanian. Selain itu, pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh pola rantai distribusi yang
menghubungkan pusat produksi ke daerah konsumsi. Beberapa kajian menunjukkan bahwa 80 dari perjalanan barang yang
dilakukan di kota menuju ke daerah perumahan, ini menunjukkan bahwa perumahan merupakan daerah konsumsi yang dominan.
Meskipun demikian perlu dicatat bahwa jumlah perjalanan yang besar itu hanya merupakan 20 dari total jumlah kilometer perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa
pola perjalanan barang lebih didominasi oleh perjalanan menuju daerah lainnya, yaitu daerah pusat distribusi pusat pasar atau ke daerah industri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tinjau dari jumlah kilometer perjalanan, perjalanan barang menuju daerah dari daerah industri merupakan yang terbesar, yaitu
perjalanan yang cukup panjang. Jadi, sangatlah jelas bahwa pola menyeluruh dari perjalanan barang sangat tergantung pada sebaran tata guna lahan yang berkaitan
dengan daerah industri, daerah pertanian, dan daerah permukiman.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
24
II.1.4. Tinjauan Klasifikasi Perjalanan
Adapun klasifikasi dari perjalanan yaitu :
1. Berdasarkan tujuan perjalanan :
Perjalanan ketempat kerja
Untuk perjalanan jenis ini, pelayanan angkutan umum hendaknya memenuhi sejumlah syarat, yaitu dapat meminimumkan waktu jadi angkutan umum tersebut harus
cepat dan tepat waktu, menjamin martabat yaitu mampu menjaga harkat dan martabat pengguna angkutan umum perkotaan, khususnya untuk perjalanan jarak jauh mampu
menyediakan pelayanan makanan dan ruang kerja yang layak. Oleh karena orang-orang mulai bekerja pada waktu yang hampir bersamaan
mayoritas sama, kebutuhan milai bekerja pada waktu itu tinggi. Di kebanyakan kota Central Bussines Distrik CBD
yang merupakan tempat kerja bagi banyak orang dan semua jenis angkutan umum penuh sekali mengangkut oaring - orang yang bekerja dipagi hari akan memuncak.
Disiang hari dan sore hari masalah yang timbul karena orang perlu pulang ke rumah setelah orang pulang bekerja. Bagaimanapun puncak kebutuhan ini biasanya
tidak begitu tinggi karena : •
Orang – orang mengakhiri pekerjaan pada waktu yang berbeda. •
Orang – orang dapat memilih waktu jika pulang kerja sedang mereka dapat memilih sewaktu masuk kerja.
Pada sore hari orang – orang dapat menunda pulang kerumah dengan demikian mereka dapat menggunakan alat angkut yang paling murah. Yang sering terjadi adalah
pelayanan dengan menggunakan bis. Hasilnya adalah pelayanan bis mungkin mengangkut lebih banyak orang pada waktu kembalinya daripada mengangkut pada
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
25 waktu pagi hari, tetapi waktu angkutan pulang yang memuncak ini terpancar pada
waktu periode yang lebih lama.
Perjalanan untuk berbelanja
Perkembangan pusat – pusat perbelanjaan, membangkitkan kebutuhan angkutan, terlebih jika orang berbelanja jauh dari tempat tinggalnya. Bagaimanapun orang babas
untuk memilih apakah mereka mangadakan perjalanan atau tidak dan kapan mereka melakukan perjalanan
Perjalanan untuk rekreasi
Masing – masing orang yang tidak mempunyai angkutan sendiri akan memerlukan angkutan umum untuk mengadakan rekreasi seperti mengunjungi teman
dan sanak keluarga, pergi menonton pertandingan olah raga dan sebagainya. Orang bebas memilih apakah mereka pergi atau tidak. Bagaimanapun jika mereka
menghendaki menonton pertandingan, mereka harus pergi pada waktu yang ditetukan sering menimbulkan kebutuhan angkutan umum yang memuncak.
Perjalanan dengan alasan sosial
Beberapa perjalanan penumpang adalah untuk alas an sosial. Misalnya mengunjungi teman atau sanak keluarga di rumah sakit, menghadiri pemakaman dan
sebagainya. Walaupun jumlah perjalanan demikian biasanya hanya merupakan bagian yang kecil dari seluruh perjalanan yang menggunakan angkutan penumpang umum,
untuk masing – masing orang hal ini adalah sangat penting. Jika menilai hasil guna angkutan umum penumpang yang ada di suatu kota atau daerah,
kita harus menguji apakah angkutan untuk kebutuhan sosial itu tersedia.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
26
Perjalanan untuk ke sekolah atau kuliah
Seperti orang pergi ke kantor, sekolah dan mahasiswa tidak mempunyai pilihan apakah mereka pergi ke sekolah dan kapan. Jika semua sekolah dan perguruan tinggi
mulai dan mengakhiri pelajarannya pada waktu yang sama, akan terdapat kebutuhan angkutan umum yang memuncak.
Dua tujuan pertama bekerja dan pendidikan disebut tujuan pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang setiap hari, sedangkan
tujuan perjalanan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. Perjalanan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan, ini dikarenakan jumlahnya kecil,
15 – 20 dari total perjalanan yang terjadi.
2. Berdasarkan waktu
Perjalanan biasanya dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan perjalanan pada jam tidak sibuk. Proporsi perjalanan yang dilakukan oleh setiap tujuan
perjalanan sangat berfruktasi atau bervariasi sepanjang hari.
3. Berdasarkan jenis barang
Hal ini merupakn salah satu jenis pengelompokan yang paling penting karena perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosial ekonomi.
Atribut yang dimaksud adalah : a.
Tingkat pendapatan : biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia yaitu : tinggi, menengah, dan rendah.
b. Tingkat pemilikan kendaraan : biasanya terdapat empat tingkat yaitu
: 0, 1, 2, atau lebih dari dua kendaraanper rumah tangga. c.
Ukuran dan struktur rumah tangga.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
27
II.1.5. Faktor – faktor Utama Yang Mempengaruhi Perjalanan II.1.5. 1. Faktor Pola Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan faktor yang penting dalam penentuan karakteristik
penduduk suatu daerah. Pemakaian tanah yang berlainan akan menghasilkan jumlah perjalanan yang berlainan pula, yang pada akhirnya akan memberikan karakteristik
yang berbeda. Karena penelitian ini difokuskan kepada pergerakan orang yang bekerja , dimana rumah merupakan awal pelaksanaan perjalanan, maka tata guna tanah untuk
kawasan perumahan yaitu luasan kawasan perumahan adalah faktor yang harus dipertimbangkan dapat meningkatkan perjalanan atau malah menjadi penghambat
pengadaan suatu perjalanan. Kawasan perumahan diharapkan akan menghasilkan lebih banyak perjalanan
daripada kawasan terbuka yang mana tingkat kepadatan rumahnya jarang. Sebaliknya, daerah dengan kepadatan rendah mungkin merupakan daerah pemukiman dari
msyarakat dengan kelas ekonomi yang tinggi, yang dapat menghasilkan sejumlah besar perjalanan mobil pribadi. Nilai tingkatan penghuni dan jenis unit perumahan akan
mempengaruhi perjalanan. Asumsi yang paling penting dilkukan dalam perencanaan transportasi adalah bahwa jumlah perjalanan tergantung pada tata guna tanah.
Demikian pula untuk daerah kegiatan - kegiatan komersil pusat perdagangan dalam hubungannya dengan tata guna tanah, dapat meningkatkan minat destinasi
untuk mengadakan perjalanan. Dengan tata guna tanah yang berlainan akan menghasilkan kegiatan berbeda
pula sesuai dengan tata guna tanah tersebut. Untuk kegiatan yang berbeda ini, diduga mengakibatkan karakteristik perjalanan dari dan ke daerah tersebut berbeda dengan
yang lainnya.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
28
II.1.5.2. Faktor Ukuran dan Komposisi Keluarga
Perjalanan merupakan fungsi dari kegiatan manusia,karena tentu ada hubungan antara jumlah anggota keluaraga dengan frekuensi perjalanan yang terjadi. Keterkaitan
antara seorang anggota keluarga dengan ynag lainnya akan menghasilkan frekuensi perjalanan yang ada.
Penelitian yang pernah dalakukan di California mengenai distribusi jumlah perjalanan, menyatakan bahwa rata – rata frekuensi perjalanan seseorang akan
bertambahnya jumlah anggota keluarga yang tinmggal di rumahnya. Demikian pula halnya dengan factor komposisi keluarga merupakan hal yang
penting menjadi bhan pertimbangan. Misalnya bila suami dan istri bekerja, maka perjalanan akan lebih banyak dibandingkan bila hanya suami atau istri saja yang
bekerja. Bila jumlah anggota keluarga yaitu anak – anak banyak yang masih sekolah atau kuliah, maka jumlah perjalanan dengan tujuan sekolah akan semakin besar.
Demikian pula bila jumlah anggota keluarga yang bekerja lebih besar maka trip dengan tujuan bekerja akan menjadi besar pula.
II.1.5.3. Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Dalam memenuhi kebutuhan dalam melakukan perjalanan, dipengaruhi juga oleh tersedianya fasilitas atau sarana untuk itu. Kepemilikan kendaraan bermotor atau
jumlah kendaraan yang tersedia untuk digunakan anggota keluarga menjadi faktor pendorong dalam pengadaan perjalanan.
Keluarga yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor cenderung lebih banyak mengadakan perjalanan daripada keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan
bermotor saja. Kendaraan bermotor merupakan suatu sarana yang mudah, maka satu keluarga yang memiliki fasilitas ini akan meningkatkan lebih banyak perjalanan
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
29 daripada suatu keluarga yang tidak memilikinya. Dengan alasan yang sama maka
diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah kendaran bermotor dalam satu keluarga akan meningkatkan perjalanan.
Faktor jaringan transportasi umum juga terkait dengan faktor kepemilikan kendaraan bermotor ini, dalam pengertian bahwa kekurangan dalam faktor kepemilikan
kendaraan bermotor dalam keluarga umumnya ditanggulangi dengan menggunakan transportasi umum. Masalahnya dalam karakteristik perjalanan adalah jangkauan
dalam hal ini jarak dan waktu terhadap lintasan transportasi umum tersebut dari rumah.
II.1.5.4. Pekerjaan Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang bekerja penting bagi analisa terjadinya perjalanan, karena ada hubungannya dengan pergerakan ketempat pekerjaannya
tersebut. Pekerjaan merupakan sumber penghidupan keluarga dan untuk menuju ke tempat pekerjaan tersebut akan terjadi perjalanan. Bagaimanapun faktor pekerjaan
merupakan salah satu indikator terciptanya perjalanan bagi orang yang tidak bekerja misalnya yang masih dalam pendidikan.
II.1.5.5. Pendapatan Keluarga
Kemampuan untuk membayar suatu perjalanan mempengaruhi jumlah perjalanan dalam keluarga. Harus disadari bahwa bagaimana sederhananya bentuk suatu
pengadaan perjalanan akan tetap memerlukan biaya, atau dapat diorientasikan terhadap ada tidaknya biaya untuk itu.
Secara teoritis, semakin besar tingkat pendapatan keluarga maka akan semakin besar pula produksi perjalanan yang akan dilakukannya. Demikian pula, pendapatan
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
30 keluarga ini cendrung berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan kendaraan
bermotor.
II.1.5.6. Faktor Lain yang Mempengaruhi Perjalanan
Tingkat usia di kelompokkan dari objek penelitian di maksudkan untuk menganalisa terjadinya perjalanan atas dasar pertimbangan bahwa kelompok umur yang
berlainan akan menghasilkan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda pula. Misalnya, kelompok umur dibawah 27 tahun lebih banyak melakukan perjalanan dengan tujuan
pendidikan dan rekreasi. Sementara orang dengan usia lanjut tidak dapat diharapkan menghasilkan perjalanan sebanyak yang dihasilkan oleh mereka yang masih muda.
Demikian pula tingkat pendidikan dipertimbangkan menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan karena pada tingkat penddikan yang berbeda diduga jumlah perjalanan yang
terjadi juga akan berbeda.
II.1.5.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda
Memilih moda angkutan di daerah perkotaan bukanlah proses acak, melainkan dipengaruhi oleh faktor kecepatan, jarak perjalanan, kenyamanan, kesenangan, biaya,
keandalan, ketersediaan moda, ukuran kota, serta usia, komposisi, dan status sosial- ekonomi pelaku perjalanan. Semua faktor ini dapat berdiri sendiri – sendiri atau saling
bergabung Bruton, 1975,170 . Beberapa faktor yang dapat dikuantifikasikan cenderung diabaikan dalam analisis pilihan moda, dengan pengertian pengaruhnya kecil
atau dapat diwakili oleh beberapa peubah lain yang dapat dikuantifikasikan.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
31 Berdasarkan ciri perjalanan ada dua faktor pokok yang termasuk dalam kategori ini
yakni jarak perjalanan dan tujuan perjalanan. 1.
Jarak Perjalanan
Jarak perjalanan mempengaruhi orang dalam menentukan pilihan moda. Hal ini dapat diukur dengan tiga cara popular, yaitu jarak fisik udara, jarak fisik yang diukur
sepanjang lintasan yang dilalui, dan jarak yang diukur dengan waktu perjalanan. Untuk perjalanan jarak pendek, orang mungkin dapat memilih menggunakan sepeda,
sedangkan untuk perjalanan jauh menguinakan bus. Lama waktu tempuh dari pintu ke pintu tempat asal sebenarnya ke tempat
tujuan akhir adalah ukuran waktu yang lebih banyak dipilih, karena dapat merangkum seluruh waktu yang bersangkut – paut dengan perjalanan tersebut. Bruton, 1975, 171.
Makin dekat jarak tempuh, pada umumnya orang akan cenderung memilih moda yang paling praktis, bahkan mungkin memilih berjalan saja. Gambaran berikut ini,
walau pun didasarkan penelitian di Zurich Overgaard, 1966, 93, dapat terjadi dimana saja.
2. Tujuan Perjalanan
Tujuan perjalanan juga mempengaruhi pemilihan moda. Pengalaman menunjukkan adanya keterkaitan antara jumlah pemakai angkutan umum dan tujuan
perjalanan. Untuk tujuan tertentu, ada yang memilih menggunakan kereta ulang–alik meski pun memiliki kendaraan sendiri. Dengan alasan lain, sejumlah orang lain memilih
menggunakan bus.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
32
II.2. Perubahan Sosial Umum Masyarakat Desa II.2.1. Teori Evolusioner
Semua masyarakat mengalami perubahan terus menerus. Teori evolusioner berpandangan bahwa semua masyarakat mengalami tahap-tahap perkembangan yang
sama dan menuju ke tahap perkembangan akhir mungkin juga ideal, yakni tahap dimana evolusi sosial berakhir. Teori siklus berpandangan bahwa semua masyarakat
melalaui siklus perubahan, yan g akhirnya kembali ke titik awal, lalu mengulangi siklus yang sama.
Perubahan geografis dapat melahirkan perubahan sosial yang besar. Migrasi kesuatu lingkungan baru sangat sering menimbulkan perubahan dalam segi kehidupan
sosial. Perubahan dalam segi jumlah dan komposisi penduduk selalu menimblkan perubahan sosial. Karena keterpencilan isolation menghalangi perubahan dan kontak
lintas budaya cross-clutural contacts mendorong lahirnya perubahan, maka tentu saja kelompok-kelompokyang secara fisik dan secara sosial terpencil akan mengalami
perubahan yang lebih sedikit. Stuktur masyarakat juga mempengaruhi perubahan : masyarakat tradisional yang sangat konformis atau masyarakat yang kebudayaannya
sangat terintegrasi lebih mudah mengalami perubahan daripada masyarakat individualistis yang permisif dan berkebudayaan kurang terintegrasi.
II.2.2. Perubahan Penduduk
Perubahan penduduk merupakan suatu perubahan sosial. Masyarakat yang terletak di persimpangan jalan lalu-lintas dunia selalu merupakan pusat perubahan.
Karena kebanyakan unsur budaya masuk melalui difusi, maka masyarakat yang terdekat hubungannya dengan masyarakat lain cenderung mengalami perubahan tercepat pula.
Pada zaman dahlu ketika transportasi darat memegang peran penting, wilayah yang
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
33 dilewati jalur darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa merupakan pusar
perubahan peradapan. Kemudian keberadaan kapal layar mengalihkan pusat peradapan itu ke daerah di sekitar laut Mediterania, dan selanjutnya meyebar kepesisir barat laut
Eropa. Daerah-daerah yang memiliki kontak budaya terbanyak meruoakan pusat-pusat perubahan.
Sebaliknya, daerah yang terisolasi merupakan pusat kestabilan, konservatisme, dan penolakan terhadap perubahan. Hampir semua suku yang sangat primitip juga
merupakan suku-suku yang amat terisolasi.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
34
BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI
III.1. Gambaran Umum Kabupaten Asahan
Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Ibu kotanya berada di Kisaran. Kabupaten ini memiliki
wilayah seluas 462.441 Ha 4.624,41 Km
2
yang terdiri dari 20 kecamatan dan 276 DesaKelurahan dengan jumlah penduduk pada Tahun 2006 adalah sebesar 1.024.752
jiwa. Secara geografis Kabupaten Asahan terletak pada 2
03’00”–3 26’00” Lintang
Utara LU dan 90 01’00”–100
00’00” Bujur Timur BT. Secara administrasi Kabupaten Asahan dibatasi oleh :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagei.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Labuhan
Batu. •
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. •
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
III.1.1. Topografi
Topografi Kabupaten Asahan terletak pada ketinggian 0-200 m diatas permukaan laut, terdiri dari daerah pesisir pantai sampai kawasan perbukitan.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Asahan dalam angka tahun 2006, jumlah hari hujan adalah 126hari dengan curah hujan sebesar 2164 mm.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
35 Di daerah Kabupaten Asahan mengalir beberapa sungai yang diantaranya :
Sungai Serdang, Sungai Gambus, Sungai Tanjung, Sungai Pare-pare dan Sungai Asahan. Keberadaan sungai tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber air untuk irigasi dan budidaya ikan tawar. Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera
Utara, daerah Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis. Sesuai dengan iklim tropis, maka daerah ini memiliki 2 dua musim yaitu : musim kemarau dan musim hujan.
Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.
Kabupaten Asahan memiliki 20 Kecamatan, diantaranya terdapat Kecamatan yang paling luas wilayahnya yaitu : Kecamatan Bandar Pulau, dengan luas wilayah 735
Km
2
, sementara jumlah penduduk yang paling besar adalah di Kecamatan Lima Puluh yakni : 84.818 jiwa.
Berikut nama-nama Kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan :
1. Kecamatan B.P.Mandoge
2. Kecamatan Bandar Pulau
3. Kecamatan Pulau Rakyat
4. Kecamatan Aek Kuasan
5. Kecamatan Sei Kepayang
6. Kecamatan Tanjung Balai
7. Kecamatan Simpang Empat
8. Kecamatan Air Batu
9. Kecamatan Buntu Pane
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
36 10.
Kecamatan Meranti 11.
Kecamatan Air Joman 12.
Kecamatan Tanjung Tiram 13.
Kecamatan Sei Balai 14.
Kecamatan Talawi 15.
Kecamatan Lima Puluh 16.
Kecamatan Air Putih 17.
Kecamatan Sei Suka 18.
Kecamatan Medang Deras 19.
Kecamatan Kisaran Barat 20.
Kecamatan Kisaran Timur
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
37 Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan beserta luas wilayah dan jumlah
penduduknya diberikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut : Tabel 3.1
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Asahan Menurut Kecamatan Tahun 2006
No. Kecamatan
LuasArea Km
2
Penduduk Jiwa
1. B.P.Mandoge
651,00 32.063
2. Bandar Pulau
735,00 52.448
3. Pulau Rakyat
250,99 31.243
4. Aek Kuasan
181,01 43.023
5. Sei Kepayang
464,00 38.899
6. Tanjung Balai
55,61 33.394
7. Simpang Empat
226,55 52.243
8. Air Batu
190,71 70.067
9. Buntu Pane
435,50 52.857
10. Meranti
284,96 61.974
11. Air Joman
155,00 59.106
12. Tanjung Tiram
173,79 59.004
13. Sei Balai
109,88 34.111
14. Talawi
89,80 54.087
15. Lima Puluh
239,55 84.818
16. Air Putih
72,24 46.609
17. Sei Suka
171,47 51.116
18. Medang Deras
65,47 44.970
19. Kisaran Barat
32,96 56.751
20. Kisaran Timur
38,92 65.969
ASAHAN 4.624,41
1.024.752 Sumber : Buku Saku Statistik Kabupaten Asahan 2007
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
38 Disamping itu penduduk Kabupaten Asahan lebih banyak tinggal di pedesaan
daripada di daerah perkotaan. Untuk lebih jelasnya jarak masing-masing Ibukota
Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Asahan Kisaran dapat dilihat pada Tabel 3.2
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Kisaran
No. Kota
Kabupaten Kota
Kecamatan Ibukota Kecamatan
Jarak
1. Kisaran
B.P.Mandoge B.P.Mandoge
46 2.
Bandar Pulau Aek Songsongan
60 3.
Pulau Rakyat Pulau Rakyat Pekan
44 4.
Aek Kuasan Aek Loba Pekan
52 5.
Sei Kepayang Sei Kepayang
34 6.
Tanjung Balai Bagan Asahan
36 7.
Simpang Empat Simpang Empat
13 8.
Air batu Air Batu
38 9.
Buntu Pane Sei Silau
18 10.
Meranti Meranti
14 11.
Air Joman Binjai Serbangan
10 12.
Tanjung Tiram Tanjung Tiram
31 13.
Sei Balai Sei Balai
19 14.
Talawi Labuhan Ruku
28 15.
LimaPuluh Lima Puluh
39 16.
Air Putih Indra Pura
57 17.
Sei Suka Sei SukaDeras
83 18.
Medang Deras Pangkalan Dodek
90 19.
Kisaran Barat Kisaran Barat
20. Kisaran Timur
Kisaran Timur
Sumber : Buku Saku Statistik Kabupaten Asahan 2007
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
39 Kabupaten Asahan memiliki 20 dua puluh Kecamatan yang terdiri dari 276
DesaKelurahan, 13 tiga belas desa diantaranya adalah desa tertinggal. Untuk lebih jelasnya data jumlah desa tertinggal tiap kecamatan di Kabupaten Asahan dapat di lihat
pada Tabel 3.3 sebagai berikut : Tabel 3.3
Jumlah Desa Tertinggal Tiap Kecamatan di Kabupaten Asahan Tahun 2006 No.
Kecamatan DesaKelurahan
Desa Tertiggal
1. B.P.Mandoge
8 2.
Bandar Pulau 18
2 3.
Pulau Rakyat 13
4. Aek Kuasan
11 5.
Sei Kepayang 17
2 6.
Tanjung Balai 8
1 7.
Simpang Empat 12
8. Air Batu
17 9.
Buntu Pane 15
10. Meranti 18
11. Air Joman 11
12. Tanjung Tiram 12
3 13. Sei Balai
11 14. Talawi
13 15. Lima Puluh
27 16. Air Putih
13 2
17. Sei Suka 13
18. Medang Deras 14
3 19. Kisaran Barat
13 20. Kusaran Timur
12
Jumlah Seluruhnya 276
13 Sumber : Buku Saku Statistik Kabupaten Asahan 2007
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
40 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih banyak desa-desa yang perlu
mendapatkan perhatian pemerintah. Desa-desa tertinggal tersebut tersebar di beberapa kecamatan diantaranya : Kecamatan Bandar Pulau, Kecamatan Sei Kepayang,
Kecamatan Tanjung Balai, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Air Putih dan Kecamatan Medang Deras dsb.
Dalam hal ini pembangunan jaringan jalan sangat berperan dalam mengatasi masalah tersebut. Kecamatan Sei Kepayang yang merupakan salah satu kecamatan
yang masih terisolir dibanding dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Asahan, terdiri dari 17 tujuh belas desa, 2 dua desa diantaranya masih termasuk desa
tertinggal. Sehubungan dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah : untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pembangunan jaringan jalan berupa jembatan yang menghubungkan Kecamatan Sei Kepayang dengan Kota Madya Tanjung Balai.
III.2. Gambaran Umum Kecamatan Sei Kepayang III.2.1. Sejarah Singkat Kecamatan Sei Kepayang
Menurut sejarah, asal mula nama Kecamatan Sei Kepayang adalah berawal dari perjalanan Raja Margolang dari Tapanuli Utara menuju Kerajaan Sultan Asahan melalui
Sungai Nantalu dan Persembahan sekitar pada tahun 1916. Dalam perjalanan tersebut rombongan Raja Margolang beristirahat dikawasan hilir Sungai Asahan tepatnya di
kuala menemukan beberapa tumbuhan hutan rawa yang pohonnya berdaun lebar, serta mempunyai buah yang sangat elok rasanya pahit dan dapat memabukkan bila dimakan.
Kemudian rombongan Raja Margolang memberi nama tumbuhan hutan tersebut pohon Kepayang.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
41 Dalam perkembangan daerah ini dapat dikatakan Kecamatan Sei Kepayang tak obahnya
bak seperti buah Kepayang, rasanya pahit dibuang sayang.
{Dikutip Dari : Tugas Akhir Studi Kasus Kec. Sei Kepayang, Mhd.Sitorus, Universitas Asahan Tahun 2004}
III.2.1.1. Zaman Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda wilayah Kecamatan Sei Kepayang termasuk dalam wilayah kekuasaan Sultan Asahan yang bernama Abdul Jalil yang berkedudukan
di Indra Sakti Tanjung Balai, dan kekuasaannya tersebar sampai kewilayah Batu Bara. Berdasarkan data yang ada pada Kantor Camat Sei Kepayang bahwa pada tahun
1931 dibentuk Pemerintahan yang kedudukannya sama dengan Bupati sekarang yang disebut Regent Asahan, dimana pelaksanaan Pemerintahannya di pegang oleh Sultan
Asahan. Pada masa Pemerintahan Regent T. H. Alang Yahya wilayah Regent Asahan dibagi atas beberapa Distrik, dimana Kecamatan Sei Kepayang dan Kecamatan
Simpang Empat termasuk di dalam wilayah Tanjung Balai yang dipimpin oleh keluarga Sultan Asahan yaitu :
1. Tengku Abdul Majid 1931-1935
2. Tengku Adnan 1935-1942
III.2.1.2. Zaman Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang Kondisi Pemerintah di kecamatan Sei Kepayang hampir sama dengan pada masa Penjajahan Belanda, yang mana Distrik Tanjung Balai
merupakan perpanjangan tangan penguasa Militer Jepang untuk melaksanakan kepentingannya sampai ke desa–desa di seluruh wilayah Kecamatan Sei Kepayang.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
42
III.2.1.3. Setelah Kemerdekaan
Sampai pada tahun 1946 Distrik Tanjung Balai masih ada, tetapi tidak lagi berfungsi sebagai penggerak roda Pemerintahan. Disebabkan terjadinya revolusi fisik
total yang banyak menelan korban jiwa., dimana seluruh keluarga yang ada hubungannya dengan Sultan Asahan menjadi sasaran massa.
Pada tahun 1947 Distrik Tanjung Balai berobah menjadi Kewedaan Tanjung Balai yang membawahi Asisten Wedana Air Zoman, Asisten Wedana Simpang Empat
dan Asisten Wedana Sei Kepayang. Kemudian sampai pada tahun 1973 Asisten Wedana Sei Kepayang berobah menjadi Kecamatan Sei Kepayang sampai saat ini.
III.2.2. Geografi dan Komposisi Penduduk Kecamatan Sei Kepayang
Kecamatan Sei Kepayang merupakan salah satu dari 20 dua puluh Kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan, dan berada pada Asahan bawah dengan jarak tempuh 34
Km dari Kisaran, dengan Luas Wilayah ± 46.400 Ha 464 km melintang dari Utara ke Selatan terdiri dari 17 Desa, 161 Dusun, 220 RT, 105 RW. Secara geografis Kecamatan
Sei Kepayang terletak pada ketinggian 3,85 dari permukaan laut, dengan temperatur 24
-35 C.
Letak Kecamatan Sei Kepayang yang diapit oleh Sungai Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu secara administrasi di batasi oleh :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tanjung Balai dan Kecamatan
Simpang Empat. peta lokasi studi terlampir
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
43
Kecamatan Sei Kepayang terdiri dari 17 desa diantaranya sebagai berikut :
1. Desa Perbangunan
2. Desa Pertahanan
3. Desa Bangun Baru
4. Desa Sei Sembilang
5. Desa Sei Paham
6. Desa Sei Kepayang Kanan
7. Desa Sei Kepayang Tengah
8. Desa Sei Kepayang Kiri
9. Desa Sei Lendir
10. Desa Sei Tualang Pandau
11. Desa Sei Serindan
12. Desa Sei Jawi-jawi
13. Desa Sei Nangka
14. Desa Sei Lunang
15. Desa Sei Pasir
16. Desa Sarang Helang
17. Desa Sei Tempurung
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
44 Untuk lebih jelasnya nama-nama desa di Kecamatan Sei Kepayang beserta luas wilayah
dan jumlah penduduknya dapat di lihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.4 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sei Kepayang
Menurut DesaKelurahan Tahun 2006 No.
DesaKelurahan LuasArea
HA Penduduk
Jiwa
1 Perbangunan
5.987 3.647
2 Pertahanan
2.982 2.174
3 Bangun Baru
3.482 1.391
4 Sei Sembilang
3.732 3.263
5 Sei Paham
4.062 4.312
6 Sei Kepayang Kanan
4.482 2.154
7 Sei Kepayang Tengah
2.833 3.160
8 Sei Kepayang Kiri
1.657 1.303
9 Sei Lendir
1.432 327
10 Sei Tualang Pandau
1.532 2.131
11 Sei Serindan
1.232 1.906
12 Sei Jawi-jawi
1.182 3.262
13 Sei Nangka
1.257 4.347
14 Sei Lunang
1.902 1.582
15 Sei Pasir
3.382 1.568
16 Sarang Helang
2.182 1.111
17 Sei Tempurung
3.082 1.259
Jumlah Seluruhnya 46.400
38.899 Sumber : Kantor Desa se Kecamatan Sei Kepayang
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
45 Jumlah penduduk Kecamatan Sei Kepayang pada Tahun 2006 berjumlah 38.899
jiwa dengan jumlah kepala keluarga 7983 KK terdiri dari Laki-laki 19.311 jiwa, Perempuan 19.588 jiwa.
Untuk lebih jelasnya data jumlah penduduk Kecamatan Sei Kepayang menurut usia
dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Sei Kepayang
Menurut Usia Tahun 2006 No.
Usia Jumlah Penduduk
Jiwa
1. 0-4
5.212 2.
5-9 4.494
3. 10-14
4.646 4.
15-19 3.752
5. 20-24
3.358 6.
25-29 3.076
7. 30-34
2.535 8.
35-39 2.499
9. 40-44
1.919 10.
45-49 1.569
11. 50-54
1.155 12.
55-59 999
13. 60-64
967 14.
65+ 2.935
Jumlah Seluruhnya 38.899
Sumber : Kantor Desa se Kecamatan Sei Kepayang
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
46 Adapun komposisi penduduk menurut Agama dan Kepercayaan yang dianut
oleh Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang bermacam-macam, tetapi pada umumnya adalah penganut Agama Islam. Sedangkan penganut aliran kepercayaan tidak ada
dijumpai dan dalam pelaksanaan kehidupan dan kerukunan antar sesama agama terpelihara dengan baik.
Dalam kehidupan bermasyarakat masih terasa adanya adat dan kebiasaan dari setiap suku dan agama namun tidaklah dominan. Hal tersebut hanya berlaku dalam
kelompok masyarakat pada upacara-upacara tertentu seperti : perkawinan, kematian dan upacara adat lainnya. Maka untuk lebih jelasnya data jumlah pemeluk agama tiap desa
di Kecamatan Sei Kepayang dapat kita lihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut : Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama Tiap Desa Tahun 2006
N o
Desa Islam
Protestan Khatolik Budha
Hindu Jumlah
1 Perbangunan
636 1.827
1.166 4
14 3.647
2 Pertahanan
1.050 598
526 -
-
2.174 3
Bangun Baru 1.110
72 209
- -
1.391 4
Sei Sembilang 3.259
4 -
- -
3.263 5
Sei Paham 4.262
15 35
- -
4.312 6
Sei Kep.Kanan 2.152
- -
2 -
2.154 7
Sei Kep.Tengah 3.160
- -
- -
3.160 8
Sei Kep.Kiri 1.303
- -
- -
1.303 9
Sei Lendir 327
- -
- 327
10 Sei T.Pandau 2.131
- -
- -
2.131 11 Sei Serindan
1.906 -
- -
- 1.906
12 Sei Jawi-jawi 3.259
- 3
3
-
3.262 13 Sei Nangka
4.240 30
57 57
6 4.347
14 Sei Lunang 1.582
- -
- -
1.582
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
47 N
o Desa
Islam Protestan Khatolik
Budha Hindu
Jumlah
15 Sei Pasir 1.568
- -
- -
1.568 16 Sarang Helang
1.113 -
- -
- 1.113
17 SeiTempurung 1.259
- -
- -
1.259
JUMLAH 34.317
2.546 1.950
66 20
38.899 Sumber : Kantor Desa se Kecamatan Sei Kepayang
Begitu juga halnya dengan etnis dan suku yang terdapat di daerah ini, terdiri dari berbagai suku bangsa. Namun yang paling banyak adalah suku batak, sebab rata-
rata penduduk Kecamatan Sei Kepayang adalah keturunan orang pendatang atau merantau dari Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan yang sudah dapat dipastikan
memiliki Marga dan telah cukup lama berdomisili di daerah ini. Sementara daerah ini adalah terdiri dari pesisir pantai yang berbatasan langsung
dengan Selat Malaka. Sudah barang tentu sebahagian orang menganggap penduduknya dihuni oleh mayoritas suku melayu.
Sementara ada juga suku lain yakni : Suku Jawa, Suku Aceh, Suku Banjar, Suku Minang dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya suku –suku yang ada di Kecamatan Sei
Kepayang dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut :
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
48
Tabel 3.7 Jumah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tiap Desa Tahun 2006
N o.
Desa Melayu Jawa Batak Minang
Ban jar
Aceh dll
Jmlh
1 Perbangunan
- 518
3082 2
22 -
23 3647
2 Pertahanan
-
457 1679
-
21 -
17 2174
3 BangunBaru
217 938
191 -
12 20
13 1391
4 SeiSembilang
283 603
2318 20
27 12
- 3263
5 Sei Paham
466 776
2807 61
157 17
28 4312
6 Sei Kep.Kanan
623 522
861 -
92 27
29 2154
7 SeiKep.tengah
283 98
2779 -
- -
- 3160
8 Sei Kep.Kiri
258 63
931 46
- 5
- 1303
9 Sei Lendir
123 41
94 69
- -
- 327
10 Sei T.Pandau 662
695 669
- 80
13 12
2131 11 Sei Serindan
656 346
892 -
9 1
2 1906
12 Sei Jawi-jawi 1048
887 1184
37 72
10 24
3262 13 Sei Nangka
10 981
2671 331
257 8
89 4347
14 Sei Lunang 694
377 291
87 76
20 37
1582 15 Sei Pasir
548 321
563 69
36 -
31 1568
16 Sarang Helang -
529 484
- 64
22 34
1113 17 SeiTempurung
264 191
645 49
77 10
23 1259
Jumlah 6135
8323 22141 771
1002 165
362 38.899 Sunber : Kantor Desa se Kecamatan Sei Kepayang
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
49 Berikutnya mengenai sumber mata pencaharian penduduk Kecamatan Sei
Kepayang, terdiri dari Petani, Nelayan, Pedagang, Buruh Industri, Pengrajin, Pegawai NegeriABRI dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut : Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian No.
Pekerjaan Rumah Tangga
Jumlah Orang
1 Bertani
4.453 14.780
2 Nelayan
1258 4264
3 Wiraswasta
PedagangBerniaga
ListrikAir Gas
Penggalian
Industri Kerajinan
275 3
1 117
354 3
1 197
4 Angkutan
189 352
5 Pegawai Negeri
296 329
6 ABRIPOLRI
2 4
7 Pegawai Swasta
4 60
8 Jasa LainnyaBuruh
174 299
9 Pangangguran
8 22
Jumlah 6.780
20.665 Sumber : Kantor Desa se Kecamatan Sei Kepayang
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
50
Tabel 3.9 Luas Lahan dan Jumlah Hasil Pertanian Berdasarkan Jenis Tanaman Tahun 2006
No Desa
Luas Ha
Peruntukan Lahan Pertanian Coklat
Karet Kelapa
Sawit Kelapa
Kopra Pinang
Padi
1 Perbangunan
5.987 5
- 396
260 -
1.707 2
Pertahanan 2.982
- 2
36 644
- 853
3 Bangun Baru
3.482 347
2 1.604
686 -
120 4
Sei Sembilang 3.732
- -
4 466
- -
5 Sei Paham
4.062 6
- 241
218 -
50 6
Sei Kep Kanan 4.482
2 -
16 2.206
- -
7 Sei Kep Tengah
2.833 -
- 18
1.841 -
- 8
Sei Kep Kiri 1.657
- -
- 508
- -
9 Sei Lendir
1.432 -
- 28
428 -
- 10
Sei T Pandau 1.532
- -
- 351
- -
11 Sei Serindan
1.232 -
- -
166 -
- 12
Sei Jawi-jawi 1.182
- -
- 735
- -
13 Sei Nangka
1.257 -
- -
157 -
- 14
Sei Lunang 1.902
- -
- 1.167
- -
15 Sei Pasir
3.382 -
- 4
673 -
- 16
Sarang Helang 2.182
- -
122 1.061
- -
17 Sei Tempurung
3.082 -
- 15
828 17
-
Jumlah 46.400
369 4
2.484 3.742
17 2.370
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
51
III.2.3. Pengaruh Pembangunan Jembatan Sungai Asahan Terhadap Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang
Masyarakat Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan merasa lega menyusul selesainya pekerjaan pembangunan Jembatan Sungai Asahan meskipun dalam
proses pengerjaannya sempat menimbulkan polemik. Jembatan Sungai Asahan sepanjang 520 meter, dimana 230 meter milik Kota Tanjung Balai dan 290 meter milik
Kabupaten Asahan. Pembangunan ini kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten Asahan dan Pemko Tanjung Balai.
Setelah selesainya pembangunan jembatan, masyarakat sudah dapat memanfaatkannya terutama untuk memasarkan hasil taninya ke Tanjung Balai,
sekaligus membebaskan wilayah Kecamatan Sei Kepayang dari keterisoliran karena hanya dapat dijangkau menggunakan transportasi sampan tambang. Kecamatan Sei
Kepayang yang terdiri dari 17 tujuh belas desa ini mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Namun kecamatan ini terkesan jauh tertinggal dibanding
dengan kehidupan masyarakat kecamatan lainnya yang ada di Asahan karena mereka dipisahkan oleh Sungai Asahan.
Tujuan perjalanan masyarakat juga mengalami perkembangan, sebelum ada jembatan masyarakat jarang melakukan perjalanan keluar dari kecamatan. Hal ini terjadi
karena sulitnya sarana transportasi. Masyarakat harus menggunakan sampan kotak, yang merupakan sarana satu-satunya karena tidak adanya jaringan jalan darat. Namun
setelah dibangunnya Jembatan Sungai Asahan, tujuan perjalanan masyarakat semakin berkembang. Masyarakat tidak hanya malakukan perjalanan ke daerah Tanjung Balai
melainkan ke Kisaran bahkan Kabupaten Labuhan Batu. Keberadaan jembatan sangat berpengaruh terhadap tujuan perjalanan masyarakat.
Nuridaria Barus : studi perubahan tujuan perjalanan Masyarakat kecamatan sei kepayang Pasca pembangunan jembatan sungai asahan, 2008
USU Repository © 2009
52
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN