orang diluar Islam, baik atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad’u.
Hal ini disebabkan karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Islam tidak akan terealisir sebagai rahmat bagi
alam semesta apabila dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 107:
.
Artinya: “
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”.
B. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i komunikator kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.
33
Bentuk-bentuk metode dakwah dijelaskan dalam al-Qur’an surat An-nahl : 125
ﺡ ی+
, -, .
, .
Artinya :
33
Munzir Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, h.7.
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dnhan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebuh mengetahui tentang
siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat ini difahami oleh sebagian ulama untuk menjelaskan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan
hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.
Terhadap kaum awam, diperintahkan untuk menerapkan mauidzah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf
pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap ahl al-kitab dan penganut agama-agama lain yang diperintahkan adalah jidalperdebatan dengan cara yang
terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.
34
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :
a. al-Hikmah
Al-hikmah dapat difahami merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan
kondisi objektif mad’u. Al-hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Sedangkan hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang
sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata social, dan
34
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol..V, h.384.
latar belakang budaya. Para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh
karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang
diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan kalbunya.
35
b. al-Mau’idzatul Hasanah Secara bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, mau’idzah
dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu- wa’dzan-‘idzatan
yang berarti; nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang
artinya kebaikan lawannya kejelekan.
36
Mau’idzatul Hasanah dapat diartikan kata-kata yang masuk ke
dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan
orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih
mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.
37
c. al-Mujadalah Dari segi etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala”
yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf
35
Suparta dan Hefni, Metode Dakwah, h.11
36
Ibid, h.16
37
Ibid, h.18.
jim yang mengikuti wazan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “Mujadalah” perdebatan.
38
Dari segi terminologi terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah al-Hiwar berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusushan diantara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid
Muhammad Thantawi seperti yang dikutip ialah “suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat”.
39
C. Media Dakwah Arti media bila dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin yaitu