Latar Belakang Peran Al Washliyah Dalam Pendidikan Politik Di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan politik tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat sekarang ini. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik, akan tetapi apabila cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan politik tidak menggunakan cara yang baik tentu akan mendapatkan dampak yang negatif. Belum pahamnya masyarakat terhadap politik dan makin banyaknya oknum-oknum yang bermain kotor dalam politik, berdampak pada masyarakat yang semakin enggan mempelajari politik dengan baik dan benar. Ketika anak-anak muda dipertontonkan dengan kecurangan politik, kasus suap, politik uang, tanpa dibekali pendidikan politik yang baik dan benar, mereka akan selalu berpandangan negatif terhadap kehidupan politik, dan politik adalah kehidupan yang kejam. Pandangan yang seperti inilah yang dapat mengikis rasa nasionalisme. Mereka tidak mau tahu tentang berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsanya, mereka acuh terhadap aturan-aturan pemerintahan yang tentunya akan berdampak melemahnya rasa persatuan dan kesatuan antar warga Negara. Indonesia sebagai Negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh karena itu sangatlah penting bagi masyarakat untuk mengetahui tentang politik. Tanpa adanya kesadaran politik, maka tingkat partisiasi politik masyarakat juga rendah yang dapat berdampak pada terhambatnya pembangunan nasional. Pendidikan politik sangat mutlak perlu diwujudkan dikalangan warga masyarakat, mahasiswa, maupun siswa sekolah dasar sekalipun agar tidak berpandangan negatif terhadap kehidupan politik. Kehidupan politik dalam suatu bangsa atau negara, sampai saat ini masih menjadi barometer utama untuk menilai suatu bangsa itu memiliki kekuatan atau tidak. Meskipun aspek politik tentu tidak bisa berdiri sendiri, karena hal itu sangat terkait dengan kemajuan ekonomi suatu bangsa, juga kemajuan ilmu dan teknologi. Kalau kita lihat fenomena masa kini, bahwa pemegang dominasi kekuatan politik dunia adalah mereka yang memiliki sumber daya yang handal dalam penguasaan ekonomi dan sains-tek. Saat ini terdapat berbagai masalah dalam proses demokrasi di Indonesia, pertama tidak sejalannya aspirasi masyarakat dengan wakil rakyat di lembaga legislatif. Kedua, terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap aspek teknis pemilu beserta aturannya seperti parleamentary, presidential dan electoral treshold. Ketiga, terjadinya kecurangan beberapa manipulasi data dan politik uang yang berdampak pada maraknya konflik horisontal antar warga 1 Pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat rendah dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya hanya 48,5 persen. Rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan beberapa faktor, seperti sosialisasi yang kurang maksimal dari KPU, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, masyarakat tidak . 1 Asep Kurnia, dkk. 2011. Penelitian Peran Partai Politik dalam Memberikan Pendidikan Politik Bagi Masyarakat, Jakarta: Pancabudi. Hal V. mengenal calon gubernur dan wakil gubernur 2 Memilih dan dipilih adalah salah satu hak yang sangat asasi bagi manusia, untuk ini partai politik adalah salah satu pilar demokrasi yang idealnya memberikan pendidikan politik dan pencerahan kepada rakyat sebagai konstituennya . Masalah masalah tersebut dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang politik. Pendidikan politik dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan politik supaya dapat menentukan pilihan politiknya secara cerdas dan untuk menjamin kualitas hasil pemilukada. 3 . Partai politik sebagaimana dalam pasal 11 Ayat 1 Undang- Undang Nomor 02 Tahun 2008 tentang fungsi partai politik adalah sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kahidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 4 Pendidikan politik merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana guna meningkatkan kesadaran politik rakyat sehingga ia dapat berperan sebagai pelaku dan partisipan dalam kehidupan politik kenegaraan yang . Sampai saat ini peran partai politik dalam pendidikan politik bagi masyarakat belum terasa maksimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Kementrian Hukum dan HAM RI mengatakan bahwa pendidikan politik tidak sepenuhnya dilakukan oleh partai politik. 2 http:nasional.news.viva.co.idnewsread397904-angka-golput-tinggi--ini-alasan-kpu-sumut, diakses pada 13 Juni 2014 pukul 10.15. 3 Asep Kurnia. Opcit, Hal 3-4. 4 Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Fungsi Partai Politik sesuai dengan nilai-nilai politik yang berlaku serta dapat menjalankan peranannya secara aktif, sadar dan bertanggung jawab yang dilandasi oleh nilai-nilai politik yang berdasarkan pancasila Oleh karena itu pendidikan politik merupakan wahana pembinaan dan pembentukan kesadaran warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai dan ideologi yang dianut oleh suatu bangsa, pembentukan kesadaran itu akan dicerminkan oleh nilai-nilai, sikap dan ideologi yang dianut. Pendidikan adalah membimbing anak didik dari tingkat belum dewasa menuju kedewasaan, dengan kriteria keberhasilan adalah kedewasaan. Sedangkan politik adalah hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, kelakuan penjabat, legalitas keabsahan, dan akhirnya kekuasaan. Tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan pemerintah, pengaturan konflik yang menjadi konsensus nasional, serta kemudian kekuatan masa rakyat. 5 5 Syafiie, Inu Kencana dan Azhari. 2008. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Hal 6-7 Dengan dipadukannya antara pendidikan dan politik diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap politik, melalui pendidikan politik setiap warga negara bisa melek politik. Artinya, mereka perlu belajar dan memahami tentang kehidupan politik di negaranya dan tidak selalu berpandangan negatif tentang politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik antara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dalam sistem politik. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialog antar pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik, peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai, norma dan simbol-simbol politik yang dianggap ideal dan baik. 6 Pendidikan dalam konteks pendidikan politik ialah suatu proses dimana seseorang diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai perkembangan politik suatu negara sehingga orang tertersebut mengetahui dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam politik yang nantinya dapat meningkatkan kesadaran politik, kemelekan politik dan tingkat partisipasi dalam menjalankan sebuah sistem politik. 7 6 Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 150 7 Affandi, Idrus dan Anggraeni, Leni. 2011. Pendidikan Politik. Bandung: Lensa Media Pustaka Indonesia. Hal 4 Setiap masyarakat dalam kehidupan sehari-hari pasti selalu bersentuhan dengn aspek-aspek politik, baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Oleh sebab itu mereka perlu belajar dan memahami tentang aspek-aspek politik baik melalui pembelajaran yang dialogis maupun interaktif. Adapun yang perlu ditekankan dalam pendidikan politik dengan menanamkan nilai-nilai kearifan budaya dan etika politik kepada masyarakat, sehingga mereka mampu melakukan tindakan politik yang tidak merugikan bangsa dan Negara. Tujuan pemahaman pendidikan politik harus dimulai sejak dini, yaitu sejak generasi penerus bangsa masih duduk di bangku sekolah, seperti di Sekolah Menengah Atas SMA. Hal ini dikarenakan generasi muda merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan. Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil, partisipasi terhadap politik masih rendah. Mengapa generasi muda kurang paham atau bahkan tidak menyukai politik. Mereka berpikiran bahwa politik merupakan sesuatu hal yang rumit dan membingungkan. 8 Dalam masyarakat bernegara khususnya di Indonesia pendidikan politik baru terasa ketika pasca reformasi 1998, dimana masyarakat mampu berpendapat dan menunjukkan keinginannya tanpa harus takut akan ancaman dari pihak luar karena segala sesuatu perbuatan masyarakat diatur oleh hukum. Melihat pengalaman selama 32 tahun di bawah Orde Baru dapat dikemukakan dua model partisipasi politik yang pernah ada di masyarakat Indonesia dalam kaitannya dengan pendidikan politik. Pertama, partisipasi politik termobilisasi yag dikenal sebagai satu model partisipasi politik yang termobilisasi. Dapat diartikan masyarakat politik indonesia mayoritas semata-mata digerakkan oleh elit yang berkuasa. Kedua, partisipasi otonom dimana kesadaran dalam membangun partisipasi politik yang mandiri semakin menguat dan menunjukkan wujudnya wujudnya pasca gerakan reformasi 1998 kendati belum dapat dikatakan 8 Affandi, Idrus dan Anggraeni, Leni. Ibid, Hal 39 seluruhnya berhasil, sudah mampu menunjukkan trend ke arah pembangunan partisipasi politik masyarakat secara mandiri. 9 Al Jam`iyatul Washliyah merupakan organisasi kemasyarakatan dengan amal ittifaknya yaitu pendidikan, dakwah dan amal sosial yang didirikan oleh Pemahaman akan pendidikan politik di masyarakat masih sangat rendah secara keseluruhan. Ini disebabkan karena masyarakat belum paham akan arti atau makna yang sesungguhnya dari pendidikan politik itu sendiri. Oleh karena itu, sosialisasi terhadap pemahaman pendidikan politik di masyarakat menjadi hal yang mutlak harus dilakukan. Pemahaman akan pendidikan politik harus digalangkan mulai dari dini, supaya nanti dimasa yang akan datang tercipta generasi muda yang paham akan politik akan berdampak pada meningkatnya partisipasi politik di kalangan masyarakat. Tujuan dari pemahaman pendidikan politik yaitu untuk memberikan pengetahuan akan pendidikan politik pada masyarakat. Saat ini organisasi masyarakat telah turut ambil bagian dalam pendidikan politik bagi masyarakat. Organisasi pada hakekatnya dijalankan dari sekumpulan orang yang memiliki dasar ideologi yang sama. Dasar ideologi yang dimaksud adalah pondasi yang dijadikan dasar dari pola pikir anggotanya. Keberadaan organisasi diinginkan untuk membantu setiap anggotanya keluar dari masalahnya. Sehingga adanya organisasi diharapkan untuk mencapai solusi dari visi dan misi organisasi itu. 9 Affandi, Idrus dan Anggraeni, Leni, ibid, Hal 43 pelajar-pelajar Maktab Islamiah Tapanuli Medan, Sumatera Utara pada tanggal 9 Rajab 1349 H bertepatan tanggal 30 Nopember 1930 dan organisasi tersebut diberi nama ALJAM`IYATUL WASHLIYAH Al Washliyah oleh Ulama Besar Shyeh H. Muhammad Yunus. Al Jam’iyatul Washliyah menonjolkan kata “washola” pada nama organisasinya. Suatu organisasi kemasyarakatan Islam yang memiliki ciri khas yang menonjolkan fungsi sebagai “mediator”. Al Washliyah dalam dakwahnya selalu tampil sebagai juru penghubung, mediator, menjembatani hubungan antara manusia dengan Allah hamblum minallah dan hubungan antar manusia dengan manusia hamblum minannas. Jika ada perselisihan di antara sesama kelompok Islam, maka Al Washliyah ada di tengah-tengahnya. Orang Al Washliyah Suka berkumpul bersilaturrahim antar ulama, pelajar, mahasiswa dan membaur kepada masyarakat umum. Mengenal Al Washliyah selain dari namanya, juga melalui lagu marsnya, berulang-ulang kata bersatu dan hentikan pertikaian untuk mencapai kemuliaan disebut hampir pada setiap baitnya. Ada satu bait terakhir yang indah liriknya bila dinyanyikan dapat menggugah rasa yaitu; “Bersatulah ya ikhwan, hentikanlah pertikaian, junjung tinggi, amar Tuhan, hiduplah Washliyah zaman ber zaman.” Melalui lagu marsnya, Al Washliyah menonjolkan ciri khasnya yaitu menyeru kepada saudara-saudaranya manusia sedunia, manusia sebangsa, terutama antar sesama ikhwan muslim dan sesama anggota Al Washliyah agar selalu bersatu, menghentikan pertikaian, menjunjung tinggi perintah Tuhan. Sesuai misi utamanya sebagai penghubung, orang Al Washliyah suka bergaul ke mana-mana, selalu berusaha untuk tidak tampil sebagai salah satu pihak yang bertikai atau bersengketa, tapi lebih memilih berperan menjadi penengah. Perselisihan yang terjadi pada antar organisasi Islam maupun perselisihan dalam keluarga dan antardesa. Peran penengah dilakukan oleh orang Al Washliyah baik para ulamanya, muslimatnya, para pelajar, mahasiswa, pemuda, cendikiawan, guru dan juga para anggota. Kalau ditarik dari sejarah berdirinya Al Washliyah, salah satu pendorong lahirnya Al Washliyah adalah adanya kehawatiran terhadap terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin mengamalkan ajaran Islam pada waktu itu. Perselisihan itu terjadi antar “kaum tua” yaitu, masyarakat Islam tradisional yang mentolerir tradisi setempat masuk dalam kegiatan seremonial Islam sepanjang diyakini tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dengan “kaum Muda” yaitu, ‘masyarakat Islam modern pembaharu yang menolak bercampurnya kegiatan Agama Islam dengan budaya, karena khawatir pengamalan ajaran Islam menjadi tidak murni lagi. Dalam pergerakan politik dan ekonomi, organisasi ini juga melakukannya meskipun bukan organisasi politik dan organisasi bisnis. Usaha atau kegiatan ini diperlukan untuk partisipasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk membela ajaran Islam dan memberi kesejahteraan bagi anggotanya. Al Washliyah memutuskan untuk mengambil peran politik walaupun Al Washliyah sejatinya adalah organisasi sosial. Secara umum, latar belakang kelahiran Al Washliyah dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, adalah aspek kegelisahan yang mendalam dari aktivis pelajar dengan kondisi perpecahan umat. Perselisihan itu disebabkan perbedaan ikhtilaf pendapat mengenai hukum Islam yang menyangkut masalah-masalah cabang furu’iyah. Perbedaan pendapat dikalangan umat Islam sudah sedemikian luas dab sudah mengarah kepada perpecahan umat dan putusnya silaturahmi.Kedua, adalah aspek ruh perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia dan munculnya jiwa nasionalisme. Jadi, munculnya gerakan untuk mendirikan organisasi Al Washliyah adalah berdasarkan kedua latar belakang tersebut. Studi latar belakang dari peristiwa sejarah ini menunjukkan ada dua hal pokok yang berkaitan erat dengan peran politik Al Washliyah dalam membina karakter bangsa. Pertama, dalam konteks keagamaan religiusitas, bahwa Al Washliyah lahir dalam rangka respon kondisi dan tuntutan keumatan yang sangan membutuhkan saat itu. Kedua, dalam konteks bangsa-negara nation-state, tanpa dapat dibantah bahwa kelahiran Al Washliyah adalah bentuk respon yang revolusioner dalam tuntutan besar dalam konteks pergerakan kemerdekaan Indonesia melalui amal jihad gerakan dan ijtihad pemikiran. Dalam pandangan para tokoh dan warga Al Washliyah sesungguhnya tuntutan keagamaan dan kebangsaan adalah salah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Secara tegas dapat dinyatakan bahwa kelahiran Al Washliyah merupakan bentuk tanggung jawab atas kesadaran keagamaan dan kesadaran kebangsaan. 10 10 Azhari Akmal Tarigan. 2007. Menyegarkan Kembali Pemikiran Al Washliyah. Jakarta: Waspada Memahami pendidikan politik di masyarakat merupakan hal yang sangat menarik untuk diketahui. Karena pendidikan politik itu merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol- simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk melihat bagaimana peran Al Washliyah dalam melakukan pendidikan politik di Sumatera Utara. Penulis mengangkat Al Washliyah sebagai objek penelitian juga berdasarkan sebuah asumsi dasar sebagai landasan berpikir, yaitu : Pertama, setiap pendiri Al Washliyah pasti adalah merupakan pejuang dan aktifis organisasi yang membangun Al Washliyah, tapi pejuang dan aktifis organisasi yang membangun Al Washliyah, belum tentu sebagai pendiri Al Washliyah. Kedua, Al Washliyah tidak didirikan oleh seprang tokoh sentral kharismatik seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, melainkan Al Washliyah didirikan oleh sekelompok pemuda pelajar yang berpikiran maju dibawah bimbingan ulama.

B. Rumusan Masalah