Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

و

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua umat manusia baik individu maupun kelompok memiliki keyakinan keagamaan. Namun keyakinan keagamaan seseorang itu berbeda- beda, karena telah dipengaruhi oleh kondisi masyarakat. Hal ini menjadi persoalan menarik untuk dikaji sebab agama menjadi faktor yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, karena agama adalah salah satu bentuk konstruksi sosial. Bagi masyarakat yang tidak memiliki komitmen dan pemahaman keagamaan, agama bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan dalam kehidupan mereka. Namun bagi masyarakat yang memiliki pemahaman keagamaan, maka agama memiliki peran penting dalam tatanan sosial. Faktor peran dan pengaruh agama memang menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Agama adalah refleksi atas wujud rohaniah yang ada pada diri manusia, dipandang mampu menjadi pedoman yang memberikan ketenangan hidup. Oleh karena itu, menurut Zakiah Daradjat, agama mempunyai peran penting dalam pengendalian seseorang. 1 Sedangkan bagi Wilson, agama tidak saja memberi arti pada diri manusia itu sendiri. Tetapi lebih jauh, berdampak dan berfungsi pada tatanan kehidupan bermasyarakat, salah satu contoh, ketika agama memberi solusi 1 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta; PT.Bulan Bintang, 1993, cet.ke-14, h. 2 1 ز pada kohesi kepentingan sosial atau dalam rangka melegitimasi status sosial. 2 Landasan inilah yang menjadi peran dan pengaruh agama tidak bisa diremehkan. Hal senada juga diungkapkan oleh Emile Durkheim bahwa, agama merupakan kontrol terhadap manusia, dengan cara menetapkan aturan-aturan yang pada akhirnya akan menciptakan keteraturan natural perekatan hubungan sosial. 3 Lebih lanjut, Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa, agama dengan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukumnya telah dapat membendung terjadinya gangguan jiwa, yaitu dengan dihindarinya segala kemungkinan- kemungkinan sikap, perasaan dan kelakuan yang membawa kegelisahan. Maka, jika terjadi kesalahan yang akhirnya membawa penyesalan pada orang yang bersangkutan, Pada akhirnya agama dianggap mampu memberi jalan utama, untuk mengembalikan ketenangan batin dengan meminta ampun kepada Tuhan. 4 Dari pandangan tersebut diatas, agama yang diakui sebagai pedoman hidup, juga sering ditempatkan tidak seyogyanya. Mereka berpaling, lebih bepedoman terhadap materi yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan dunia. Sehingga, apa yang mereka alami adalah kekosongan spiritual. Hal ini, sering kali tidak disadari bahwa pada dasarnya setiap manusia menginginkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan lahiriah dan rohaniyah. Ajaran tentang keseimbangan ini, sering diserukan bahkan dianjurkan oleh agama. 2 Bryan S. Turner, Agama dan Teori Sosial, Yogyakarta;IRCisoD, 2003, cet. I, h.189 3 Turner, Agama dan Teori Sosial, h. 85 4 Zakiah Darajat, Peranan Agama dan Kesehatan Mental, Jakarta; Agung, 1969, h. 74 ح Atas dasar itu, maka yang menjadi perhatian penting dalam penelitian disini adalah, bagaimana agama mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi seseorang berperilaku, dalam hal ini agama telah mengajarkan pola perilaku, baik yang berhubungan dengan Tuhan atau pun dengan sesama manusia. Oleh karena itu, berangkat dari pokok-pokok pikiran diatas, maka penelitian ini bermaksud melakukan kajian terhadap perilaku keagamaan dari para politisi Partai Amanat Nasional. Adapun alasan menjadikan hal tersebut sebagai bahasan penelitian adalah: a. Partai Amanat Nasional adalah partai baru yang lahir dari percaturan politik di Indonesia era Reformasi, terutama selama berakhirnya Orde Baru. b. Selama era Orde Baru terutama diakhir kepemimpinan Soeharto, intensitas kehidupan beragama terasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan. c. Sekalipun PAN bukan partai agamais tetapi para politisi Partai Amanat Nasional pada umumnya menunjukkan komitmen untuk mengembangkan kehidupan beragama. Partai Amanat Nasional PAN adalah sebuah lembaga atau organisasi yang dibentuk dengan tujuan yang disepakati bersama berdasarkan situasi dan kondisi. Kelahiran Partai Amanat Nasional dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat MARA, Salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto. Majelis Amanat Rakyat dideklarasikan pada 14 Mei 1998 di Jakarta oleh 50 tokoh nasional, diantaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan ketua umum Muhammadiyah, Goenawan Moehammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri MA, ط A.M.Fatwa, Zoemratin, Alvin Lie Ling Piao, dan lain sebagainya. Akhirnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, Mereka sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa PAB yang kemudian berubah menjadi Partai Amanat Nasional. Sehingga PAN menegaskan dirinya sebagai partai politik pada tanggal 23 Agustus 1998 di Istora Senayan Jakarta. Partai Amanat Nasional merupakan rekomendasi dari sidang Tanwir Muhammadiyah dan MARA Majelis Amanat Rakyat. Partai Amanat Nasional merupakan proses ijtihad politik dari tanwir Muhammadiyah sebagai forum musyawarah tertinggi dibawah muktamar. Posisi dan hubungan antara Muhammadiyah dan PAN tidak ada hubungan organisatoris antar keduanya, karena masing-masing independen dan otonom. Hubungan diantara keduanya hanyalah sebatas hubungan aspiratif-historis. Sejalan dengan tuntutan zaman, yang menginginkan transparansi dan perbaikan total yang dikenal dengan era reformasi itu, partai PAN melakukan konsolidasi internal dan eksternal, demi untuk membentuk masyarakat indonesia baru. Oleh karena itu, sejak dideklarasikannya Partai Amanat Nasional dengan dasar pemikiran nya adalah semangat perjuangan dalam pembentukan format Indonesia baru, yakni semangat inklutif, modern dan kesediaan para tokoh-tokoh muslim untuk hidup saling mewadahi antara golongan satu dengan lainnya. Paradigma baru ini terbentuk atas inisiatif Prof. Dr. H. M. Amin Rais, yang berupaya untuk ikut serta membina kehidupan bersama yang beradab, bermanfaat, dan saling menghargai. ي Dengan semangat juang, Partai Amanat Nasional dengan para politisinya melakukan mobilisasi mencoba membangun program yang mesti menyentuh kepentingan rakyat. Salah satu carastrategi Partai Amanat Nasional mendapat kepercayaan masyarakat adalah, mengedepankan wawasan keagamaan, dengan tetap menjaga intensitas beragama yang telah terbangun sejak era orde baru. Hal ini ditandai dengan terbentuknya organisasi sayap yang berafiliasi kepada bidang keagamaan seperti, Muhammadiyah, Aisiyah, dan Nasyatul Aisyah. Didalam mengembangkan wawasan keagamaan, Partai Amanat Nasional mengalami peningkatan. Hal ini tergambar dengan meningkatnya volume pertemuan pengajian Muhammadiyah dan Aisiyah, baik itu tingkat lokal maupun nasional. Selain itu masjid yang ada di lingkungan Dewan Pimpinan Pusat DPP sendiri, digunakan sebagai wadah dakwah yang melibatkan masyarakat luas. Intensitas keberagamaan di atas tetap terjaga sampai sekarang. Hal ini pun terjaga karena didorong oleh tokoh-tokoh Partai Amanat Nasional yang lahir dari arus seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah IMM, Himpunan Mahasiswa Islam HMI, Muhammadiyah dan lain-lain. Dipandang dapat memberikan konstribusi positif kapada para politisi, kehidupan beragama semakin dikokohkan dengan dibentuknya Departemen Keagamaan. Walaupun Partai Amanat Nasional bukan partai agamis, namun karena mayoritas politisinya beragama Islam, maka secara tidak langsung pola perilaku yang sangat jelas kelihatan adalah hiruk pikuk kegiatan agama Islam. ك Adapun asas pancasila sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Diakui Partai Amanat Nasional sebagai dasar wawasan keagamaan. Ini diinterpretasikan sebagai komitmen terhadap kehidupan beragama, artinya kebebasan menjalankan kehidupan beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Hal ini tergambarkan dalam ADART Partai Amanat Nasional. Disana disebutkan menghargai perbedaan pendapat dan menerima kemajemukan tanpa membeda-bedakan. Partai Amanat Nasional sangat menghargai perbedaan pendapat, suku, agama, ras, dan golongan. Hal ini, sebagai bukti dari kehidupan beragama di lingkungan Partai Amanat Nasional. Oleh karena itu, perilaku keagamaan dari para politisi Partai Amanat Nasional, sesuai dengan tuntutan agama masing-masing, saling toleransi dan menghargai satu sama lain. Sekaligus juga mengedepankan kebersamaan mengakui pluralisme, terlihat dalam setiap kegiatan yang dilakukan di lingkungan DPP. Pola interaksi satu sama lain, terlihat mereka saling mengedepankan asas Partai Amanat Nasional, yakni “PANCASILA” yang dapat mempersatukan kepentingan – kepentingan lainnya. 2 Penulisan memilih judul Agama dan Partai Politik adalah 2 hal yang dalam fase tertentu yang saling melengkapi. Agama sebagai ruh parpol dan parpol sebagai sarana fisiktubuh untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama. Partai Amanat Nasional memang parpol dengan ruh agama. Karena itulah penulis tertarik untuk mengangkat judul ini, dalam meneliti perilaku 2 Platform, Panitia Musda II, Bekasi 2005 – 2010, h.1 ل keagamaan dan perilaku politik pada Dewan Pimpinan Pusat DPP Partai Amanat Nasional.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah