Agama dan Perilaku Politik

د د mengemukan pendapatnya bahwa partai politik dapat diklasifikasikan atau dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu; Pertama, sistem partai tunggal one party system yakni sistem di mana suatu negara hanya terdapat satu partai politik saja yang sangat berperan atau dominant. Kedua, sistem dwi partai yakni sistem yang dianut oleh suatu negara di mana dua partai politik yang memainkan peran yang sangat dominant dibidang kehidupan politik. Ketiga, sistem multi partai sering pula disebut dengan sistem banyak partai, pada umumnya ini dianut suatu negara di mana negara tersebut terdapat beberapa partai politik dan diantara partai-partai politik yang ada itu memiliki kekuatan yang seimbang. 35

C. Agama dan Perilaku Politik

Agama sebagai pengatur hubungan antar manusia dan juga hubungannya dengan tuhan, pada dasarnya sudah berbekas pada seseorangindividu, bagaimanapun dalam masyarakat yang sudah mapan atau belum, agama merupakan salah satu struktur institusional mempunyai nilai dan norma penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Agama yang menyangkut kepercayaan beserta dengan ritual-ritualnya yang menjadi pengalaman dalam masyarakat sehingga menimbulkan kekuatan tersendiri. Penelaahan terhadap agama merupakan hal yang mesti dilakukan, karena pemahaman bagi pemeluknya sangat beragam dan bermacam-macam, menurut Abdullah, sebagaimana dikutip oleh Imam Suprayogodan Tobroni, agama merupakan landasan terbentuknya suatu masyarakat yang kognitif. Artinya, agama merupakan awal dari terbentuknya suatu komunitas atau 35 Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, h. 98 ﻩ ﻩ kesatuan hidup yang diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama, yang memungkinkan berlakunya suatu patokan pengetahuan yang sama. 36 Untuk itu dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang percaya pada agama yang bersifat holistic sebagai sebuah alat untuk mencerna kehidupan. Bahwa, agama memberi panduan, nilai, moral, dan etika perilaku dalam bentuknya yang universal. Apa yang diungkapkan tentang definisi perilaku, bahwasannya perilaku tidaklah akan tetap, dan pada suatu saat dapat mengalami pergerakan atau perubahan, bahkan pergerakanperubahan yang kira-kira sama akan terlihat seiring dengan kondisi sosio-kulturalnya dan perkembangan seseorang tersebut. Ada beberapa unsur-unsur pokok tujuan politik untuk mendapatkan kekuasaan. Yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antar manusia ataupun antara kelompok: Pertama, adanya unsur rasa takut. Kedua, adanya unsur rasa cinta. Ketiga, adanya unsur pemujaan. Keempat, adanya unsur kepercayaan. 37 Dari keempat unsur inilah yang mendasari berbagai tindak perilaku politik seseorang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuannya yaitu “kekuasaan’. Jadi perilaku politik adalah tingkah laku yang terorganisir dalam upaya mencapai tujuan politik dengan unsur-unsur yang sistematis, bagi David Easton, perilaku politik pertama-tama terdiri dari alokasi nilai-nilai yang 36 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h. 16 37 Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik, h. 35 و و kemudian pengalikasiannya tersebut bersifat mengikatpaksaan terhadap kelompok masyarakat secara keseluruhan. 38 Identifikasi perilaku politik yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan Keputusan 2. Skala Prioritas dalam menentukan kebijakan-kebijakan umum. 3. Pengaturan dan pembagian alokasi sumber-sumber yang ada. 39 Dari ketiga tipe di atas, untuk melaksanakannya di perlukan sebuah kekuasaan power dan kewenangan authority, untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin dalam proses itu akan terjadi. Bahkan banyak cara yang dilakukan seseorang yang telah berkecimpung dalam dunia politik. Di dalam berprilaku, untuk mewujudkan suatu tujuannya, cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi meyakinkan, dan jika perlu bersifat paksaan. Karena tanpa paksaan kadang-kadang kebijakan itu, hanya merupakan perumusan keinginan statement of intent belaka. 40 Bagaimanapun agama selalu membayang-bayangi proses kehidupan seseorang, agama sangat berarti ketika masing-masing pemeluk menghadapi suatu masalah. Masing-masing pemeluk suatu agama dapat mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari, ketika dirundung masalah atau sedang menghadapi masalh, maka agama bias menjadi “Rem” wujud dari menjaga 38 Drs. Haryanto, Sistem Politik; Suatu Pengantar, h. 2 39 Prof. Meriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 8 40 Prof. Meriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 8 ز ز atau mengingatkan umatnya agar tidak jatuh ke dalam perbuatan yang menyimpang. Namun yang menjadi sorotan penting disini adalah gejala-gejala yang timbul dalam penguasaan dari sekelompok orang yang berkuasa terhadap berbagai kelompok rakyat banyak, yang dipandang sebagai usaha penataan masyarakat. Dalam hal ini perlu dilihat peranan para elit politik yang mempunyai tanggung jawab dan tugas sangat mulia untuk meluruskan kekuasaan. Loyalitas mereka kepada bangsa dan negara itu, harus diatasi dari loyalitas mereka kepada partai. Sejauh mana mereka mampu berprilaku politik merebut kekuasaan tersebut untuk kemudian dapat menggunakannya dengan baik. Dalam kaitannya dengan Partai Amanat Nasional, Partai Amanat Nasional yang mengatsnamakan dirinya adalah, Partai Kader, atau Partai Ideologi yang berpegang teguh pada asas PANCASILA, mengedepankan perilaku politiknya pada aturan-aturan hukum yang berlaku. ح ح

BAB IV KEHIDUPAN KEAGAMAAN PARA POLITISI

DPP PARTAI AMANAT NASIONAL

A. Gambaran Kehidupan Keagamaan di Lingkungan DPP Partai Amanat

Nasional. Dalam memaparkan gambaran kehidupan keagamaan di lingkungan DPP Partai Amanat Nasional. Sejauh ini, yang menjadi siklus di lingkungannya adalah kehidupan yang berusaha mewujudkan para anggotanya meningkatkan iman dan takwa. Melalui basis dakwah dan pengajian hal ini ditangani organisasi-organisasi sayap yang berafiliasi kepada bidang keagamaan. Jika diperhatikan, ekspresi agama yang dianut oleh manusia sangatlah bervariasi dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini tentunya mengasumsikan bahwa agama-agama yang ada, memiliki perbedaan pula dalam kepanutannya dan bentuk pelaksanaannya. Karena, fenomena sosial banyak ditimbulkan oleh agama, diantaranya berupa struktur sosial, pranata sosial, dan dinamika masyarakat yang sangat majemuk. Partai Amanat Nasional bermaksud menciptakan wawasan keagamaan dan menyadarkan bahwa kader Partai Amanat Nasional dalam berpolitik harus berani menghukum parpolnya sendiri, seandainya menghianati prinsip-prinsip keorganisasian Partai Amanat Nasional. Dengan cara mengaktualkan kegiatan-kegiatan tersebut, PAN selalu melibatkan masyarakat luas. Partai Amanat Nasional mengaktualkan kegiatan-kegiatan tersebut, dengan melibatkan masyarakat secara luas. Pola keagamaan yang diperhatikan 52