5 Dengan demikian PT. Telkom Tbk harus melakukan suatu manajemen audit
yang dilakukan oleh Auditor Internal PT. Telkom Tbk yang sesuai dengan peraturan guna memenuhi janji kapada pemegang saham dan masyarakat
untuk tercapainya suatu transparansi publik. Berdasarkan persoalan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisa Peranan Auditor Internal
dalam Melakukan Manajemen Audit Studi Kasus PT. Telkom Tbk”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan auditor internal dalam melakukan manajemen audit
pada PT. Telkom Tbk? 2.
Apakah penerapan manajemen audit sudah benar dan sesuai dengan peraturan?
3. Sejauh mana peranan manajemen audit mampu memberikan informasi
yang akurat kepada manajemen puncak? 4.
Apakah internal auditor dalam menjalankan fungsinya sudah dapat diandalkan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui serta mendalami sejauh mana peranan auditor internal dalam melaksanakan manajemen audit,
6 untuk mendukung dan memberikan informasi yang akurat kepada manajemen
puncak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi PT. Telkom Tbk
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menjadikan agar kinerja perusahaan menjadi lebih baik dan untuk meningkatkan efisiensi,
efektifitas, dan kehematan perusahaan. 2.
Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat menerapkan teori-
teori yang telah didapat selama bangku perkuliahan 3.
Bagi Pembaca Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang
peranan internal auditor dalam melakukan manajemen audit. 4.
Bagi internal auditor Hasil penelitian ini dapat dijadikan pegangan auditor internal untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan perusahaan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Internal Audit 1.
Pengertian Internal Audit
Internal auditor sebagai pelaksana tugas-tugas internal audit, dapat berperan besar untuk membantu manajemen puncak agar perusahaan dapat
mencapai tujuannya secara efisien, efektif, dan ekonomis. Keberadaan internal auditor sangat diperlukan terutama diperusahaan besar termasuk BUMN.
Apalagi dengan diperbolehkannya BUMN untuk melakukan go public internasional, maka implikasinya adalah bahwa manajemen BUMN akan
menghadapi keadaan yang sama sekali berbeda, dimana jajaran manajemen harus berani mengubah kebiasaan beserta konsekuensinya untuk menjadi
transparan dan lebih profesional. Untuk mendalami pengertian mengenai internal audit, perlu
dikemukakan beberapa pendapat dari berbagai ahli dan sumber. Konrath 2000 mendefinisikan internal auditing sebagai berikut:
“ Internal auditing merupakan fungsi penilaian yang independen didalam suatu organisasi yang dilaksanakan untuk memeriksa dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan yang ada didalam organisasi tersebut sebagai suatu pemberian jasa kepada manajemen”
Selanjutnya Konrath menjelaskan bahwa terdapat 3 tipe internal auditing yang dapat di identifikasikan, yaitu:
1. Operational Auditing
2. Management Auditing
8 3.
Financial Auditing Selanjutnya dijelaskan secara ringkas mengenai masing-masing tipe internal
auditing sebagai berikut: 1
Operational Auditing Merupakan audit yang berorientasi ke masa depan, independen dan
evaluasi secara sistematis yang dilakukan oleh internal auditor terhadap seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh jajaran manajemen,
untuk meningkatkan keuntungan dan kinerja perusahaan. 2
Management Auditing Merupakan suatu proses audit secara sistematis dan independen serta
mengevaluasi kegiatan-kegiatan manajemen dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kehematan.
3 Financial Auditing
Merupakan audit yang berorientasi kepada catatan historis, yang dilakukan secara sistematis oleh auditor independen, untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif terhadap transaksi keuangan, rekening- rekening dan laporan keuangan.
Tetapi banyak penulis yang tidak membedakan pengertian Management Audit dengan Operational Audit. Hal ini disebabkan karena
pengertian dari kedua istilah tersebut memberikan gambaran konsepsi yang hampir sama. Mengenai pengertian Internal Auditing beberapa penulis
memberikan definisi lebih luas, yang mencakup kewajiban, tanggung jawab, dan peranan Internal Auditor.
9 Sawyer, Dittenhofer, Mortiner etc.2006 memberikan definisi
mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu: “ Internal Auditing adalah suatu penilaian yang objektif dan sistematis yang
dilakukan oleh internal auditor terhadap berbagai kegiatan dan pengendalian dalam perusahaan untuk menentukan apakah:
1. Informasi keuangan dan operasional cukup akurat dan dapat diandalkan.
2. Risiko perusahaan dapat diidentifikasikan dan diminimalkan.
3. Kegiatan perusahaan sudah sesuai dengan peraturan-peraturan, undang-
undang, kebijakan manajemen dan prosedur yang berlaku. 4.
Terdapat standar yang cukup memadai. 5.
Sumber-sumber yang ada telah digunakan secara efisien, efektif, dan ekonomis.
6. Tujuan perusahaan dapat dicapai secara efektif “.
Dari definisi tersebut diatas telah tercakup kewajiban, tanggung jawab dan peranan internal auditor dalam menjalankan fungsi internal auditing untuk
membantu manajemen. Oleh karena itu, seorang internal auditor harus berorientasi ke masa sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan
kedudukannya untuk memberikan penilaian yang independen baik dalam sikap maupun pemikirannya. Untuk lebih memperjelas pengertian mengenai
internal audit, penulis ingin mengemukakan definisi internal audit dari sumber lain.
Menurut Agoes 2001: ”Internal Audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang
telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan- ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”.
Internal audit yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan finansial tetapi sudah meluas kebidang lainnya seperti
manajemen audit, audit lingkungan hidup, sosial audit dan lain-lain.
10 Selanjutnya Agoes 2001 menjelaskan bahwa tujuan audit pemeriksaan yang
dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus
melakukan kegiatan-kegiatan seperti dibawah ini: 1
Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern dan
pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
2 Memastikan ketaataan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3
Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan. 4
Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
5 Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen. 6
Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan.
11
2. Standar Umum Auditor
Menurut PSA No. 04, Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya.
1 Standar Umum Pertama
”Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang
bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan
serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. 2
Standar Umum Kedua “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.” Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai audtor
intern. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia milik,
ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal
ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang
12 hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan paling tidak sebagian atas laporan
auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur. 3
Standar Umum Ketiga “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.” Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan
melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran
profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen
untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
3. Kedudukan dan Kewenangan Internal Auditor
Salah satu faktor keberhasilan internal auditor dalam menjalankan tugasnya ialah bagaimana kedudukan Divisi Internal Audit dalam struktur
organisasi perusahaan. Kedudukan Divisi Internal Audit memungkinkan internal auditor untuk dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya
secara maksimal. Untuk itu Divisi Internal Audit harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan. Internal auditor secara
organisasional harus independen terhadap unit kerja, kegiatan-kegiatan, atau pun proyek-proyek yang diaudit. Independensi internal auditor adalah
merupakan prasyarat penting bagi obyektifitas auditnya agar hasil auditnya
13 cukup efektif. Namun, harus diingat pula bahwa independensi tersebut tidak
harus disamakan dengan pengertian independensi Kantor Akuntan Publik atau eksternal auditor. Independensi Kantor Akuntan Publik sudah seharusnya
memiliki derajat kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan internal auditor yang posisinya sebagai karyawan organisasi perusahaan yang
bersangkutan. Menurut istilah Agoes 2001, “infact” internal auditor dapat bersikap independen, namun “in appearance” tetap tidak terlihat independen.
Kedudukan Divisi Internal Audit dalam suatu organisasi perusahaan, haruslah dikaitkan dengan tanggung jawabnya kepada manajemen puncak.
Agar Divisi Internal Audit dapat memberikan manfaat yang optimum dan efektif kepada manajemen, Agoes 2001 menyebutkan beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu: 1
Mempunyai kedudukan yang independen. 2
Mempunyai job description. 3
Mempunyai internal audit manual. 4
Ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak. 5
Memiliki tenaga auditor yang profesional, capable, bersikap obyektif, dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi.
6 Dapat bekerja sama dengan akuntan publik.
Mengenai kewenangan internal auditor, hendaknya dapat dilakukan secara lebih rinci. Kewenangan yang ditetapkan harus mencakup segala aspek
manajemen perusahaan. Tidak boleh ada pembatasan untuk memasuki semua unit kerja yang ada dalam organisasi perusahaan. Misalnya dapat
14 mengembangkan program audit, mengakses semua data dan informasi,
mengevaluasi dan menganalisis bukti, membuat laporan hasil pemeriksaan dan lain-lain.
4. Pendidikan dan Keahlian Internal Auditor
Internal auditor harus mempunyai pengetahuan dan keahlian yang memadai, untuk melaksanakan manajemen audit. Hal ini berarti bahwa
internal auditor diharapkan mempunyai pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan untuk menerapkan standar, prosedur dan teknik audit. Mereka pun
harus mampu untuk menggunakan laporan keuangan dan catatan keuangan serta prinsip dan teknik akuntansi yang diperlukan. Pemahaman terhadap
prinsip-prinsip manajemen sangat diperlukan, karena auditor diharapkan dapat menganalisis dan mengevaluasi sistem perencanaan dan pengendalian
manajemen. Penguasaan pengetahuan berbagai bidang ilmu yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan, sangat bermanfaat bagi internal
auditor untuk dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah. Keahlian dan keterampilan seorang internal auditor merupakan ukuran
kualitas pelaksanaan manajemen audit dan merupakan syarat yang ditentukan oleh standar pemeriksaan. Oleh karena itu semua jajaran internal audit dari
suatu perusahaan dituntut secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian dengan cara mengikuti pendidikan dibidang audit
dan bidang-bidang lainnya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Internal auditor harus selalu waspada terhadap bukti-bukti yang
memberi kesan terjadinya pelanggaran, kesalahan, pemborosan, dan adanya
15 konflik kepentingan. Namun, sebagai profesional kewaspadaan tersebut harus
dititik beratkan pada kondisi yang secara substansial dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya hal tersebut diatas. Auditor harus memperluas ruang
lingkup auditnya bila terdapat kondisi yang mempunyai risiko terjadinya kesalahan ataupun penyelewengan. Program auditnya harus segera
disesuaikan sehingga dapat diperoleh bukti yang cukup kompeten. Bila dalam audit ditemukan bukti ketidakberesan, maka manajer
internal audit harus segera menginformasikan kepada manajer unit kerja yang diaudit. Mungkin diperlukan rekomendasi untuk penyelidikan lebih lanjut.
Keahlian jabatan memerlukan penerapan pengalaman dan pertimbangan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman dan pertimbangan tersebut
meliputi pula keputusan untuk menentukan ruang lingkup audit, temuan- temuan yang signifikan, efisiensi, dan efektifitas sistem perencanaan dan
pengendalian serta kehematan dalam setiap tahap pelaksanaan audit. Selain dari hal tersebut di atas, pengalaman dan pertimbangan auditor
diperlukan untuk menentukan kelogisan standar yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk menilai prestasi yang sesuai, maka auditor dengan
persetujuan manajer unit kerja yang diaudit, harus mengembangkannya untuk memperoleh standar penilaian yang sesuai. Kualitas auditor dan auditnya
merupakan bagian integral dalam usaha melaksanakan internal audit. Kode etik merupakan aspek penting lainnya yang mempengaruhi hubungan manusia
dalam internal audit.
16 Pengembangan karier staf internal auditor juga memerlukan perhatian
yang memadai, oleh karena itu Divisi Internal Audit harus menyusun rencana pengembangan karier staf melalui penugasan, program pendidikan, penilaian
prestasi pribadi dan pemantauan perkembangan karier. Program pengembangan karier ini perlu disusun secara teratur dan diawasi secara
kontinyu oleh manajer internal audit.
5. Organisasi dan Perencanaan Divisi Internal Audit
Kegiatan manajer Divisi Internal Audit harus dititikberatkan pada pencapaian tujuan organisasi yaitu pelaporan terhadap efisiensi, efektivitas,
dan kehematan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam menggunakan sumber- sumber perusahaan yang sifatnya terbatas, sesuai dengan peraturan atau
kebijakan yang telah ditentukan. Menurut Konrath 2000, dalam melaksanakan kegiatan tersebut dapat
digunakan dua cara pendekatan, yaitu: 1
Divisi Internal Audit menyediakan informasi khusus yang relevan bagi manajemen puncak untuk membuat keputusan atas masalah yang masih
belum diselesaikan. 2
Divisi Internal Audit melaporkan kepada manajemen puncak, mengenai efisiensi, efektifitas, dan kehematan pusat pertanggungjawaban unit kerja
yang di audit. Tujuan organisai Divisi Internal Audit harus disusun berdasarkan
kontribusi atau manfaat yang dapat diberikan kepada perusahaan oleh Divisi Internal Audit. Tujuan Divisi Internal Audit merupakan pernyataan mengenai
17 sasaran yang akan dicapai agar memungkinkan untuk menentukan kriteria-
kriteria terhadap pencapaian tujuan. Rencana kerja pemeriksaan tahunan Divisi Internal Audit disusun sesuai dengan rencana kerja jangka panjang
perusahaan. Penyusunan rencana kerja jangka pemeriksaan tahunan ini sangat tergantung kepada anggaran yang disediakan untuk Divisi Internal Audit.
Menurut Arens 2003, langkah-langkah untuk menentukan rencana kerja pemeriksaan tahunan meliputi:
a. Penentuan prioritas audit.
Untuk menentukan prioritas obyek atau unit kerja yang akan diaudit, perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1. Risiko Relatif Obyek atau unit kerja yang mengelola sumber daya dan dana yang
besar, akan mempunyai risiko yang tinggi, Audit terhadap obyek atau unit tersebut diharapkan dapat mengidentifikasikan cara-cara
perbaikan pengelolaan, organisasi dan prosedur operasionalnya. 2. Perlunya dilakukan audit oleh akuntan publik
Hal tersebut berdasarkan pengalaman dari audit sebelumnya, audit oleh Akuntan Publik dapat memberikan pertimbangan kepada internal
auditor mengenai masalah-masalah manajemen dan obyek tertentu yang perlu dilakukan manajemen audit untuk menentukan kelemahan-
kelemahan dan diikuti tindakan perbaikan dan penyempurnaan. 3. Adanya keluhan dari unit kerja.
18 Prioritas audit dapat didasarkan kepada adanya keluhan dari unit kerja
atau proyek yang sifatnya kontroversial. 4. Kurangnya informasi mengenai unit kerja atau obyek yang akan
diaudit. Kurangnya informasi yang diterima oleh manajemen puncak mengenai
unit kerja atau obyek tertentu, perlu diprioritaskan untuk dilakukan audit.
5. Perubahan lingkungan yang signifikan. Lingkungan organisasi perusahaan, dapat mempengaruhi penentuan
obyek yang akan diaudit. Misalnya kondisi ekonomi, peraturan dan kebijakan pemerintah, persaingan, sosial dan budaya masyarakat,
perkembangan teknologi dan lain-lain. Dampak perubahan lingkungan dapat mempengaruhi prioritas audit dan ukuran atau kriteria
kepatuhan, efisiensi, efektifitas dan kehematan unit kerja yang akan diaudit.
6. Masukan dari manjemen puncak. Manajemen puncak dapat memberi masukan mengenai prioritas obyek
atau unit kerja yang akan diaudit. b. Pemilihan obyek atau unit kerja yang diaudit.
Pemilihan obyek atau unit kerja yang diaudit, penunjukan staf internal auditor yang akan melakukan tugas, dan mengintegrasikan
berbagai kegiatan audit kedalam rencana kerja pemeriksaan tahunan, merupakan masalah yang cukup rumit yang harus dihadapi oleh manajer
19 Divisi Internal Audit. Untuk menentukan penugasan staf internal auditor,
perlu diperkirakan jumlah staf dan waktu yang tersedia dalam suatu tahun anggaran tertentu. Seperti misalnya saat hari libur dan cuti, waktu
pendidikan dan latihan, waktu untuk kegiatan diluar, waktu yang hilang diobyek audit dan lain-lain.
Langkah selanjutnya adalah menaksir lamanya waktu untuk melakukan audit terhadap suatu obyek atau unit kerja yang akan di audit.
Bila ternyata masih terdapat tambahan obyek atau unit kerja yang perlu diaudit sesuai dengan skala prioritas, maka manajer internal audit harus
mengusulkan kepada manajemen puncak untuk dapat menggunakan Kantor Akuntan Publik melakukan manajemen audit.
c. Penentuan usulan rencana kerja pemeriksaan tahunan Manajer internal audit kemudian menentukan usulan rencana kerja
pemeriksaan tahunan kepada manajemen puncak. Usulan tersebut hendaknya mencakup obyek atau unit kerja yang diaudit, dan anggota tim
audit, ruang lingkup audit, dan anggota tim audit sesuai dengan keahlian staf.
d. Pengesahan rencana kerja pemeriksaan tahunan. Setelah usulan tersebut ditelaah oleh manajemen puncak kemudian
disetujui dan disahkan dan menjadi pedoman bagi Divisi Internal Audit untuk melaksanakan manajemen audit selama tahun yang bersangkutan.
20
B. Manajemen Audit 1. Pengertian Manajemen Audit
Dalam lingkungan BUMN, pelaksanaan manajemen audit telah berjalan cukup lama dan dilakukan oleh SPI-BUMN yang bersangkutan
dengan memperoleh pengarahan serta bimbingan BPKP. Dilingkungan SPI biasanya digunakan istilah operational audit untuk manajemen audit yang
dilaksanakannya. Hal ini disebabkan karena istilah manajemen audit memberi kesan bahwa yang menjadi sasaran audit adalah jajaran manajemen, sehingga
dapat menimbulkan keengganan bagi manajemen untuk dijadikan obyek audit. Sampai saat ini masih terdapat pengertian dan konsepsi yang berbeda
mengenai istilah manajemen audit. Hal ini terlihat dari masih beragamnya istilah yang digunakan, misalnya operational audit, performance audit,
comprehensive audit, effetiveness and efficiency audit dan lain-lain. Istilah- istilah tersebut diatas menggambarkan konsepsi yang hampir sama.
Karena belum ada pengertian yang seragam mengenai manajemen audit, maka perlu dikemukakan beberapa pendapat dari ahli dan sumber,
dalam Handoko 2000, menurut Stoner pengertian dari manajemen adalah: ”Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
Perencanaan disini mengandung arti rencana-rencana yang dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-tujuannya dan menetapkan
prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan. Aplikasinya merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan,
21 proyek, program, prosedur, metode, sistem anggaran, dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut Konrath 2000 pengertian manajemen audit adalah:
“Suatu proses dan evaluasi secara sistematis terhadap kegiatan suatu fungsi dan menetapkan kriteria-kriteria serta mengkomunikasikan hasil akhir kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.”
Menurut Siewert dan Flesher 1999 pengertian operational audit adalah: “Suatu tinjauan dan evaluasi secara sistematis atas suatu organisasi atau
bagian organisasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menetapkan apakah organisasi tersebut beroperasi secara efisien. Oleh karena itu operasional audit
merupakan suatu penelitian yang terorganisir tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan efisiensi organisasi.”
Agoes 2001 menyatakan pengertian manajemen audit adalah: “Sesuatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis “.
Selanjutnya Agoes 2001 menjelaskan bahwa tujuan umum dari manajemen audit adalah:
1 Untuk menilai kinerja performance dari manajemen dan berbagai fungsi
dalam perusahaan. 2
Menilai apakah berbagai sumber daya manusia, mesin, dana, harta lainnya yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan
ekonomis. 3
Menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan objective yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak.
22 4
Dapat memberikan rekomendasi kepada manajemen puncak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan
struktur pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi,
efektifitas, dan kehematan dari kegiatan operasi perusahaan. Menurut Agoes 2001, Pendekatan audit yang biasa dilakukan dalam
suatu manajemen audit adalah menilai efisiensi, efektifitas, dan kehematan dari masing-masing fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Oleh karena itu
prosedur audit yang bisa dilakukan dalam manajemen audit, meliputi: 1
Analytical review procedures. 2
Evaluasi atas manajemen control system. 3
Compliance test atau test of recorded trasnsactions. Prosedur audit tersebut diatas dilakukan untuk mengetahui dan menilai
efektifitas struktur pengendalian intern yang ada, sehingga dapat ditentukan apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah
memadai dan dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak.
2. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Audit
Agar manajemen audit dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuannya, maka perlu disusun rencana tahapan audit yang akan dilakukan.
Setiap tahap audit harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap tahap merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Mengenai tahapan manajemen
audit ini, menurut Agoes 2001, dapat digolongkan sebagai berikut:
23 a.
Survey pendahuluan Preliminary survey. b.
Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen Review and testing of manajemen control system.
c. Pengujian terinci Detailed examination..
d. Pengembangan laporan Report development.
Selanjutnya dijelaskan secara ringkas mengenai masing-masing tahapan manajemen audit sebagai berikut:
a. Survey Pendahuluan PreliminarySurvey
Tujuan dari preliminary survey ini adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam waktu yang relatif singkat,
mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan program atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar dapat diperoleh pengetahuan atau
gambaran yang memadai mengenai obyek audit. Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen audit dapat dilaksanakan dengan baik bila auditor memahami semua informasi lingkungan obyek yang akan diaudit. Auditor harus
mempelajari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang tersedia agar mengetahui nilai dan gaya manajemen, anggaran dasar, struktur organisasi,
sistem perencanaan dan pengendalian, kebijakan dan prosedur perusahaan, sistem anggaran, laporan keuangan dan laporan manjemen, undang-
undang dan peraturan pemerintah, serta memo atau notulen Rapat Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham perusahaan yang
bersangkutan. Pemahaman dan analisis yang telah disebutkan diatas
24 sangatlah penting, agar auditor dapat mengidentifikasikan aspek-aspek
kritis dan risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan manajemen audit. Dengan demikian dapat membantu auditor untuk memusatkan
perhatian kepada masalah-masalah yang tidak efisien, tidak efektif dan terjadinya pemborosan.
b. Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen
Review and testing of manajemen control system Tujuan dari Review and testing of manajemen control system
adalah untuk: 1.
Mendapatkan bukti-bukti mengenai ketiga elemen dari tentatif audit objektif dengan melakukan pengetesan terhadap transaksi-transaksi
perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian managemen. 2.
Memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari perusahaan adalah kompeten jika audit diperluas ke dalam detail examination.
Dengan mendapatkan bukti-bukti dari masing-masing elemen tentatif audit objektif, auditor dapat menetukan apakah tentatif audit objektif tersebut
dapat dijadikan firm audit objective sebagai dasar untuk melakukan tahap berikutnya. Bila auditor dapat memperoleh bukti-bukti yang kompeten
dalam melaksanakan Review and testing of manajemen control system berarti auditor meyakinkan dirinya mengenai keandalan informasi yang
diperoleh dari sistem pengendalian manajemen. Dengan demikian maka akan memudahkan dalam menganalisis dan memproses informasi dengan
maksud membantu manajemen untuk mengkoordinasikan semua unit kerja yang ada didalam perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
25
c. Pengujian terinci Detailed examination
Dalam tahapan detailed examination auditor harus mengumpulkan
bukti yang cukup, kompeten, material, dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan manajemen dan
pegawai perusahaan yang merupakan penyimpangan-penyimpangan terhadap criteria dalam firm audit objective dan bagaimana effect
penyimpangan tersebut yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Bukti-bukti yang dikumpulkan tersebut harus diikhtisarkan, masing-
masing yang berkaitan dengan criteria, causes dan effects dalam firm audit objective. Dari ikhtisar tersebut harus bisa ditentukan audit findings yang
mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan, ketidakefektivan dan pemborosan yang diperlukan untuk penyusunan laporan manajemen audit.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam tahap ini auditor harus mengidentifikasikan masalah-masalah secara
khusus, memperoleh dan menganalisis bukti-bukti untuk mencari sebab akibat dan mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan dan
penyempurnaan. Masalah-masalah yang diidentifikasikan harus benar- benar didukung dengan bukti yang cukup dan kompeten dan saling
berhubungan satu sama lain.
d. Pengembangan Laporan Report development.
Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran, dan harus di review oleh audit manager sebelum didiskusikan dengan manajer
unit kerja yang diaudit auditee. Komentar dari auditee mengenai apa
26 yang disajikan dalam konsep laporan harus diperoleh secara tertulis.
Auditee bisa saja berbeda pendapat mengenai temuan dan perbedaan pendapat tersebut harus dicantumkan dalam laporan audit. Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan ini merupakan tahapan kritis dari suatu manajemen audit. Temuan-temuan dan rekomendasi untuk perbaikan
dan penyempurnaan, harus dikomunikasikan dan dibahas bersama manajer unit kerja yang diaudit. Hal ini disebabkan karena yang bertanggung jawab
terhadap perbaikan dan tindakan koreksi adalah manajer unit kerja yang diaudit. Manajer yang bersangkutan dapat memilih alternatif cara
perbaikan atas rekomendasi yang diajukan oleh auditor. Divisi internal audit tidak dapat memaksa unit kerja yang diaudit untuk melaksanakan
rekomendasi-rekomendasi yang diberikannya, karena divisi internal audit merupakan unit staf yang fungsinya memberikan jasa atau pelayanan
kepada unit kerja lainnya dalam perusahaan.
3. Manfaat dan Permasalahan Manajemen Audit
Menurut Handoko 2000, sesuai dengan tujuannya yaitu untuk meningkatkan fungsi perencanaan dan pengendalian manajemen, manajemen
audit memberikan manfaat sebagai berikut: a. Mengidentifikasikan
1. Tujuan kebijakan, sasaran, prosedur dan peraturan-peraturan yang
belum ditentukan sebelumnya. 2.
Kriteria pengukuran pencapaian usaha dan penilaian prestasi manajemen.
27 3.
Hal-hal yang dapat menimbulkan masalah dan cara-cara unutk mengatasinya.
4. Peluang-peluang untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
5. Alternatif tindakan dalam berbagai kegiatan operasional perusahaan.
b. Menentukan 1.
Apakah organisasi mematuhi tujuan, kebaikan, sasaran, peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Efisiensi, efektifitas dan kelemahan fungsi perencanaan dan
pengendalian manajemen. 3.
Masalah-masalah yang timbul dan mencari penyebabnya. c. Menyediakan jalur komunikasi tambahan antara manajemen pelaksana
dengan manajemen puncak. Pelaksanaan manajemen audit tidak selalu berjalan dengan mulus,
bahkan seringkali dihadapkan kepada berbagai kendala. Faktor eksternal yang sering menjadi kendala adalah:
1 Kurangnya dukungan dari manajemen puncak yang tidak memahami atau
ada unsur kesengajaan.Hal ini terlihat pada beberapa kasus antara lain: a. Manajemen puncak tidak segera menindaklanjuti rekomendasi yang
disampaikan oleh internal auditor. b. Manajemen puncak tidak memberi kesempatan yang memadai kepada
internal auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi. c. Tidak ada dana yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
tenaga internal auditor.
28 2
Adanya kendala psikologis dan kultural. Sebagai atasan, jajaran manajemen enggan dinilai oleh internal auditor,
yang sebenarnya adalah merupakan bawahannya. Sementara itu dalam diri internal auditor terdapat rasa sungkan untuk menilai atasannya.
3 Jajaran manajemen sering tidak bersikap terbuka dalam memberikan
informasi yang diperlukan oleh internal auditor. 4
Kondisi sistem pengendalian manajemen yang ada masih kurang mendukung sehingga berbagai teknik audit tidak dapat diterapkan oleh
internal auditor. 5
Tujuan program kegiatan sering bersifat kualitatif dan kriterianya belum ditetapkan. Hal ini akan menyulitkan internal auditor untuk mengukurnya.
Sedangkan faktor internal yang sering menjadi kendala adalah : 1
Pejabat dan staf internal auditor kurang mempunyai pengetahuan dasar audit dan pengalaman dibidang tugasnya.
2 Internal auditor sering merasa puas dengan hasil temuan auditnya,
sehingga rekomendasinya hanya mengambang dan tidak ada tindak lanjutnya.
3 Penanggung jawab audit tidak kompeten dan hanya mempercayai bawahan
atau tidak berani bertindak karena sungkan kepada jajaran manajemen. a.
Tidak ada rotasi tugas dan bekerja secara monoton. b.
Penanggung jawab terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga tidak memperhatikan pembinaan bawahannya.
29 Dari penjelasan diatas terlihat bahwa manajemen audit sangat
diperlukan untuk dapat mengikuti hal-hal yang tidak teramati oleh manajemen secara langsung. Tetapi keberhasilan pelaksanaannya sangat tergantung
kepada kemauan atau dukungan dari manajemen.
4. Pengelolaan Manajemen Audit
Menurut Tugiman 2002, manajemen audit merupakan salah satu fungsi divisi internal audit, yang juga harus dikelola dengan baik. Oleh karena
itu, divisi internal audit harus merancang dengan baik sistem perencanaan dan pengendalian. Ini berarti bahwa kegiatannya dapat menggunakan sumber dana
dan daya secara efisien, efektif, dan kehematan dalam rangka untuk mencapai tujuan divisi internal audit. Tujuan yang telah disetujui oleh manajemen
puncak, merupakan dasar untuk menyusun rencana kerja jangka panjang divisi ini. Penyusunan program atau rencana jangka panjang merupakan proses
pembuatan keputusan rencana kerja utama beserta alokasi sumber dana dan upayanya. Rencana kerja tersebut hendaknya dievaluasi secara sistematis dan
periodik. Dalam menyusun rencana kerja perlu dipertimbangkan skala prioritas dengan mendasarkan kepada besarnya dana yang dianggarkan untuk
divisi ini. Untuk dapat melaksanakan rencana kerjanya dengan baik, maka divisi ini harus memiliki staf internal audit dengan pengalaman dan kualitas
yang sesuai dengan tugasnya. Bila tidak mempunyai staf dengan kualitas yang dibutuhkan, maka dalam menyusun rencana kerja harus ada komitmen dari
manajemen puncak, adanya kemungkinan untuk menyewa jasa pihak luar.
30 Rencana kerja tahunan divisi internal audit disusun dari rencana kerja
jangka panjang. Selanjutnya Tugiman 2002 menjelaskan bahwa kriteria yang digunakan untuk menyusun rencana kerja tahunan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan, pengalaman, keahlian, dan pelatihan yang dimiliki oleh staf
auditor. b.
Sifat kritis auditor pada pusat pertanggungjawaban atau obyek lainnya yang direncanakan untuk diaudit.
c. Kesadaran manajemen terhadap perlunya manajemen audit.
d. Waktu yang diperlukan untuk audit obyek tertentu dan kapan obyek
tersebut diaudit terakhir kalinya. Untuk mewujudkan rencana kerja tersebut, general manager divisi
internal audit harus menyusun anggaran rencana kegiatan audit yang akan dilakukan. Anggaran tersebut merupakan proyeksi dana yang dialokasikan
untuk mendukung rencana kegiatan audit. Dalam menyusun rencana anggaran perlu disajikan secara rinci mengenai jadwal kegiatan audit, jumlah staf
internal audit yang melaksanakan dan dana yang diperlukan untuk setiap kegiatan. Adanya sistem anggaran yang baik sangat mendukung untuk
melaksanakan pengendalian manajemen terhadap internal audit. Dalam suatu perusahaan yang mempunyai divisi internal audit yang
besar, anggaran tahunan harus dirinci kedalam anggaran bulanan yang mencakup jadwal staf internal auditor untuk melaksanakan audit. Hal ini untuk
menjamin bahwa staf yang ditugaskan mempunyai keahlian, pendidikan, dan pengalaman yang cukup. Dalam laporan bulanan harus disajikan mengenai
31 perbandingan anggaran dengan realisasinya. Hal ini penting untuk
mengetahui: a.
Masalah dan hambatan yang timbul dalam pelaksanaan audit, serta cara penyelesaiannya.
b. Menganalisa dan mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. c.
Menelaah apakah pelaksanaan anggaran tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan divisi internal audit maupun tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam pengelolaan manajemen
audit yang baik adalah penyelenggaraan arsip oleh divisi internal audit. Arsip tersebut merupakan fasilitas penyimpanan untuk mengumpulkan dan
memelihara informasi yang relevan dengan perusahaan secara keseluruhan. Penentuan informasi yang relevan juga dipengaruhi oleh manfaat informasi
tersebut dibandingkan dengan biaya untuk memperoleh dan menyimpannya. Untuk masing-masing perusahaan, informasi yang disimpan oleh divisi
internal audit ada kemungkinan berbeda satu sama lain. Arsip tersebut sangat diperlukan sebagai sumber informasi dalam
pelaksanaan manajemen audit untuk: 1
Menganalisis dan menelaah tahap pendahuluan dalam rangka untuk mengetahui gambaran umum obyek yang diaudit.
2 Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil audit
dikomunikasikan dan didiskusikan.
32 3
Mempertimbangkan rencana dan prosedur audit terhadap tindakan koreksi yang dilakukan oleh manajemen atas ketidakefisienan yang ditemukan
dalam laporan hasil pemeriksaan sebelumnya. 4
Dipelajari oleh anggota staf auditor yang baru sebagai bahan program orientasi dan pelatihan yang menyeluruh.
5 Referensi informasi dalam mempelajari saling hubungan antar unit kerja
yang diaudit. Informasi hubungan antar unit kerja ini diperlukan untuk menentukan strategi audit yang cocok.
Dalam menyelenggarakan arsip secara efisien, efektif dan ekonomis, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Manajer internal audit harus selalu siap untuk menambah data baru yang
belum termasuk dalam arsip. Jika melihat atau mendengar informasi dari suatu sumber, maka manajer departemen internal audit dan semua staf
audit harus selalu menyadari informasi yang diperlukannya. b.
Oleh karena arsip harus selalu diselenggarakan dengan efektif dan efisien, maka manajer internal audit harus menjaga agar tidak terjadi
penyimpangan arsip yang berlebihan. Beberapa pedoman untuk pengelolaan arsip yang baik meliputi:
1 Kebijakan pemilihan data yang tepat untuk diarsipkan dapat
mendorong penyelenggaraan arsip yang efisien dan efektif. 2
Arsip yang sudah usang atau tidak dipakai dapat dimusnahkan, karena jika kebijakan pemusnahan tidak diterapkan dapat mengakibatkan arsip
terlalu banyak sehingga tidak dapat dikelola dengan efektif dan efisien.
33 3
Perlu adanya prosedur untuk merevisi informasi yang ada didalam arsip dan meniadakan informasi yang tidak revelan.
Dalam mengelola manajemen audit, kertas kerja pemeriksaan merupakan alat yang sangat penting. Kertas kerja pemeriksaan tersebut
merupakan mata rantai yang menghubungkan antara catatan obyek yang diperiksa dengan laporan hasil pemeriksaan.
Internal auditor mempergunakan sebagian waktunya untuk menyusun kertas kerja pemeriksaan secara sistematis. Hal ini memudahkan auditor dalam
menyusun laporan hasil pemeriksaan. Dalam melaksanakan semua pekerjaan audit yang menjadi tugasnya,
seorang auditor harus mengumpulkan bukti yang berhubungan dengan tujuan dan luasnya audit. Bukti audit yang relevan dapat mendukung temuan-temuan
khusus, misalnya kelemahan dan kekurangan sistem pengendalian yang mengakibatkan ketidakefisienan, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk
menyusun rekomendasi perbaikannya. Secara menyeluruh dokumentasi bukti dalam kertas kerja harus cukup
dalam kuantitas dan mutunya sehingga kesimpulan yang diambil tidak bias. Secara umum, kertas kerja pemeriksaan yang bermutu mempunyai
karakteristik sebagai berikut: a.
Untuk meningkatkan efisiensi, kertas kerja yang digunakan hanya satu sisi, jadi tidak boleh digunakan bolak-balik.
34 b.
Sedapat mungkin bentuk kerja distandarisasi sehingga dapat dicetak dengan rapih lebih dahulu dan secara konsisten dapat memuat informasi
penting yang diperlukan untuk audit. c.
Rapi dan mudah dibaca sehingga memudahkan penelaahannya. d.
Lengkap dalam arti memuat semua informasi penting sehingga pada saat penelaahan tidak memerlukan penjelasan secara lisan.
e. Ringkas namun jelas, dalam arti kertas kerja memuat informasi pokok
yang relevan dengan tujuan audit dan menyajikan informasi secara sistematik dan dengan istilah-istilah yang jelas.
f. Menggunakan metode pemberian nomor indek yang seragam, diberi judul,
referensi dan referensi silang, tanggal, dan tanda tangan pemeriksa. Jika kertas kerja dapat disusun sesuai dengan karakteristik tersebut
diatas maka pendokumentasian pekerjaan audit dapat diselenggarakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis. Program pelatihan staf pemeriksa, penugasan
staf yang tepat, dan penelahaan serta pengawasan oleh manajer dapat meningkatkan mutu kertas kerja.
5. Pelaporan Dan Tindak Lanjut
Hasil akhir manajemen audit adalah laporan hasil pemeriksaan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa tahap pelaporan merupakan proses manajemen
audit yang sangat penting. Perencanaan dan pengarahan, temuan-temuan, serta kesimpulan dan rekomendasi audit tidak ada manfaatnya jika manajemen unit
kerja yang diaudit tidak termotivasi untuk melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan di dalam laporan tersebut. Kualitas laporan hasil
35 pemeriksaan tidak hanya tercipta secara kebetulan, namun dihasilkan dari
proses sistematis yang menggunakan pendekatan disiplin tertentu yang secara sadar dilaksanakan oleh seluruh jajaran internal auditor.
Waktu merupakan hal penting dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena pemanfaatan laporan hasil
pemeriksaan sangat bergantung pada ketepatan waktunya. Jika disajikan terlambat, maka informasi mengenai temuan-temuan ketidakefisienan,
ketidakefektifan, dan ketidakhematan unit kerja yang diaudit menjadi kurang bermanfaat. Keterlambatan tersebut mengakibatkan manajemen unit kerja
yang diaudit tidak dapat segera melakukan tindakan koreksi. Sejak awal penugasan audit, semua anggota tim audit harus menyadari bahwa hasil-hasil
auditnya akan digunakan untuk melaksanakan tindakan koreksi sehingga proses audit diharapkan dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan hasil
pemeriksaan yang tidak tepat waktu, akan merugikan seluruh perusahaan. Keterlibatan manajemen sejak awal audit kemungkinan dapat menyadarkan
manajemen yang bersangkutan menyetujui perlunya tindakan koreksi dan implementasinya secara tepat.
Divisi internal audit harus menyusun dan memantau kebijakan yang diperlukan agar laporan hasil pemeriksaan disajikan tepat waktu. Memang,
tahap pelaporan bervariasi secara langsung dengan anggaran waktu audit. Tahap penyusunan laporan dimulai saat diselesaikannya audit secara
mendalam dan berakhir dengan dikeluarkannya laporan hasil pemeriksaan final. Tahap pelaporan harus disupervisi secara terbuka oleh supervisor auditor
36 dan dikoordinasikan untuk menjamin digunakannya teknik komunikasi yang
akurat. Koordinasi dengan unit kerja yang diaudit diperlukan agar dapat menjamin kondisi-kondisi yang menguntungkan untuk mendiskusikan draft
laporan hasil pemeriksaan secara tuntas dan agar untuk revisi draft laporan tersebut tersedia waktu yang cukup.
Secara formal, biasanya divisi internal audit melalui prosedur yang disusunnya, mengikuti tindak lanjut atas kesimpulan dan rekomendasi yang
disajikannya dalam laporan hasil pemeriksaan. Untuk memantau proses pelaporan dapat digunakan checklist.
Checklist menjamin dilakukannya pengendalian proses pelaporan secara rinci sehingga tidak ada tugas-tugas audit penting yang tidak dikerjakan. Auditor
bertugas untuk melaksanakan semua proses penyusunan laporan yang ada dalam checklist dan supervisor auditor bertugas untuk mengendalikannya.
Setelah selesai tahap pelaporan, checklist selesai tahap laporan, checklist menjadi bagian integral kertas kerja.
Laporan hasil pemeriksaan dikomunikasikan kepada manajemen puncak yang memberikan penugasan audit dan manajemen unit kerja yang
diaudit. Manajemen puncak menggunakan laporan hasil pemeriksaan untuk: a.
Memantau efisiensi, efektivitas, dan kehematan setiap unit kerja yang ada di perusahaan.
b. Menilai kecocokan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen dari
setiap unit kerja yang ada diperusahaan.
37 Dalam laporan hasil pemeriksaan disajikan rekomendasi untuk
meningkatkan prestasi melalui tindakan koreksi sesuai dengan temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan laporan manajemen audit harus menyatakan
secara eksplisit kegiatan-kegiatan yang dapat ditingkatkan efisiensinya dan efektivitasnya serta memberikan rekomendasi yang dirancang untuk
meningkatkan prestasinya. Menyajikan temuan-temuan, kesimpulan- kesimpulan, dan rekomendasi untuk meningkatkan prestasi dalam laporan
hasil pemeriksaan merupakan perbedaan pokok dengan laporan pemeriksaan keuangan.
Laporan hasil pemeriksaan tidak saja menyajikan temuan-temuan mengenai kelemahan atau ketidaksesuaian, namun juga harus menyajikan
temuan-temuan yang positif dan prestasi yang memuaskan dapat mengakibatkan keharmonisan antara auditor dengan manajemen unit kerja
yang diaudit. Baik laporan mengenai temuan-temuan yang positif maupun negatif, pelaporan prestasi memuaskan maupun tidak memuaskan semuanya
harus didukung oleh dokumentasi kertas kerja yang mencukupi. Oleh karena auditor memahami bahwa struktur pelaporan hasil pemeriksaan memerlukan
penjelasan mengenai penyebab timbulnya temuan atau kondisi yang tidak menguntungkan, auditor harus memisahkan pengaruh perubahan lingkungan
terhadap prestasi unit kerja yang diaudit. Jika kegiatan telah berjalan dengan memuaskan, namun karena alasan-alasan tertentu prestasinya tidak
memuaskan, maka perlu ditelusuri penyebab masalah tersebut. Masalah ini mungkin disebabkan oleh perubahan lingkungan dan bukan disebabkan karena
38 prosedur kegiatan yang tidak tepat sehingga prosedur tidak perlu diubah.
Terjadinya kondisi yang tidak menguntungkan karena perubahan lingkungan perlu dijelaskan dengan tepat didalam laporan hasil pemeriksaan.
Auditor harus mendiskusikan draft laporan hasil pemeriksaan dengan manajemen unit kerja yang diaudit maupun dengan atasannya. Dalam diskusi
tersebut pembahasannya dipusatkan pada temuan-temuan, kesimpulan- kesimpulan, dan rekomendasi. Dalam laporan hasil pemeriksaan final, auditor
harus memasukkan pandangan manajemen terhadap temuan-temuan, kesimpulan, dan rekomendasi audit tersebut. Diskusi draft laporan hasil
pemeriksaan dengan manajemen diharapkan dapat mencapai tujuan untuk: a.
Menciptakan adanya pengendalian kualitas audit yang memadai. b.
Memberikan kesempatan kepada auditor untuk menjual gagasan. c.
Menampung tanggapan atau komentar dari manajemen unit kerja yang diaudit.
Laporan hasil pemeriksaan diharapkan dapat memberikan dorongan yang konstruktif untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi manajemen.
Dalam laporan tersebut tidak boleh ada maksud untuk secara khusus mengkritik prestasi pribadi. Isi dan nada draft laporan, serta cara-cara auditor
untuk mengarahkan diskusi, sangat menentukan tanggapan manajemen terhadap draft laporan tersebut. Auditor hendaknya memulai diskusi dengan
penyajian secara lisan untuk menjelaskan draft laporan hasil pemeriksaan. Penjelasan lisan tersebut hendaknya dirancang untuk meyakinkan manajemen
unit kerja yang diaudit bahwa draft laporan tersebut berisi informasi yang
39 akurat, temuan-temuan yang didukung oleh bukti, kesimpulan yang valid, dan
rekomendasi yang dapat dilaksanakan. Auditor juga harus menunjukkan bahwa draft laporan hasil pemeriksaan telah memperhatikan sebaik-baiknya
kepentingan manajemen unit kerja yang diaudit maupun kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
Proses manajemen audit belum berakhir sebelum semua tindakan koreksi dilaksanakan. Tindak lanjut pemeriksaan diperlukan untuk
menentukan apakah tindak koreksi benar-benar dilaksanakan dan apakah tindakan koreksi tersebut memuaskan. Manajemen unit kerja yang diaudit
perlu menentukan tanggapan terhadap hasil-hasil pemeriksaan sebagai tindak lanjut atas pemeriksaan tersebut. Tanggapan manajemen tersebut tertuang
dalam kebijakan perusahaan secara tertulis, untuk melaksanakan tindakan koreksi yang disarankan oleh auditor melalui laporan hasil pemeriksaan
finalnya. Dalam persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh manajemen unit kerja yang diaudit tersebut, ditentukan bentuk tidak lanjut dan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakannya. Manajemen puncak harus menentukan dengan jelas siapa yang
bertanggung jawab terhadap tindak lanjut atas saran dan rekomendasi yang akan dilakukan. Sebaiknya yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut
tersebut adalah manajemen unit kerja yang diaudit, bukan internal auditornya. Manajemen unit kerja mungkin memutuskan tindakan perbaikan yang
berbeda dengan rekomendasi yang ada dalam laporan hasil pemeriksaan, meskipun keputusan tindakan perbaikan tersebut harus dievaluasi apakah
40 tindakan tersebut dapat mencapai hasil yang diterapkan. Divisi Internal Audit
menentukan prosedur formal untuk mengikuti tindak lanjut dalam jadwal atau periode yang akan datang.
C. Aspek Hubungan Manusia Dalam Manajemen Audit
Hubungan manusia merupakan masalah yang peka dalam manajemen audit. Kadang-kadang auditor menghadapi pertentangan atau sikap permusuhan
dari manajemen dan karyawan unit kerja yang diaudit, karena manajemen audit dapat mengakibatkan Sawyer’s, 2006:
a. Gangguan atau menambah pekerjaan karyawan unit organisasi yang diaudit.
b. Timbulnya kecenderungan dari manajemen dan karyawan unit organisasi
yang diperiksa menjadi khawatir atau bersikap mempertahankan diri karena laporan hasil pemeriksaan dapat mengakibatkan diketahuinya kelemahan-
kelemahan manajer unit yang diaudit dalam melaksanakan wewenangnya. c.
Timbulnya keinginan unit berorganisasi yang diaudit agar laporan hasil pemeriksaan hanya menyajikan informasi yang baik-baik saja menurut
pandangannya, namun auditor harus melaporkan kelemahan-kelemahan dalam sistem perencanaan dan pengendalian unit tersebut.
Memang yang dilaporkan oleh auditor adalah kelemahan-kelemahan sistem perencanaan unit organisasi yang diaudit, dan bukan laporan mengenai
prestasi pribadi karyawan tertentu. Namun, sulit dibedakan antara unit organisasi yang diaudit dengan prestasi pribadi karyawannya.
41 Hubungan segitiga antara auditor, unit yang diaudit, dan manajemen
puncak yang menggunakan informasi yang disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan memang sifatnya unik. Khususnya bagi auditor, hubungan tersebut
dapat mengakibatkan rusaknya hubungan antar pribadi. Agar pelaksanaan manajemen audit dapat berhasil baik, auditor harus memahami implikasi
hubungan antar manusia yang baik namun tanpa merusak independent auditnya. Pekerjaan manajemen audit mungkin mempunyai hubungan yang langsung
dengan tujuan eksternal audit. Oleh karena itu eksternal audit mungkin perlu menelaah dan mengevaluasi pekerjaan internal auditor. Untuk tujuan tersebut,
kertas kerja audit dan laporan hasil pemeriksaan harus dapat menggambarkan dengan baik perencanaan dan pelaksanaan audit secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan audit dan hasilnya disajikan dalam laporan yang disusun secara obyektif, ringkas, jelas. Pekerjaan audit yang kompeten yang dilakukan oleh
internal auditor dapat mengurangi beban kerja eksternal auditor yang ada akhirnya dapat menghemat waktu dan biaya yang dilakukan oleh eksternal
auditor. Dengan adanya sikap saling menghormati dan hubungan yang baik tersebut, diharapkan dapat dilakukan koordinasi dan kerja sama antara internal
auditor dan eksternal auditor sehingga pelaksanaan audit dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis serta hasil-hasilnya dapat lebih bermanfaat bagi
jajaran manajemen perusahaan. Menurut Sawyer’s 2006 Hubungan yang baik antara manajemen
pelaksana organisasi yang diaudit dengan internal auditor perlu dipelihara dan dikembangkan. Auditor perlu memahami lingkungan internal audit yang
42 meliputi gaya manajemen dan harapannya terhadap manajemen audit yang
dilakukan. Manajemen pelaksana pada umumnya bereaksi terhadap relevansi, kualitas, tanggung jawab, dan pelaksanaan pemeriksaan. Jika manajemen
pelaksana memandang bahwa auditor dilaksanakan oleh orang yang berkualitas untuk melaksanakan audit sehingga jasa audit tersebut memiliki integritas dan
obyektifitas tinggi maka manajemen pelaksana mau bekerjasama dengan auditor. Dengan kerjasama yang baik tersebut manajemen pelaksana mau
menyediakan informasi dan mempercayai pekerjaan internal auditor. Jika manajemen pelaksana memandang bahwa internal auditor dilaksanakan oleh
orang yang kurang berkualitas atau integritas dan obyektifitasnya kurang, maka manajemen pelaksana rasanya sulit untuk dapat diajak bekerjasama dengan baik.
Elemen penting lainnya dalam hubungan manusia adalah sikap auditor dalam melaksanakan auditnya agar tercipta iklim kerjasama yang membangun.
Iklim kerjasama tersebut diperlukan agar audit dapat dilakukan dengan efisien. Agar tercipta iklim kerjasama, auditor harus dapat menjawab dengan baik
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang berbeda dengan cara dan gaya yang berbeda. Auditor harus dapat mengendalikan diri untuk tidak memberikan
komentar-komentar yang sifatnya prematur yang dapat menyesatkan dan menimbulkan hubungan yang tidak baik dengan unit organisasi yang diaudit.
Internal auditor harus selalu menyadari bahwa fungsinya adalah memberikan jasa pada organisasi dan keberhasilan fungsinya tersebut tergantung pula pada
hubungan baik antara auditor, unit organisasi yang diaudit, dan pihak-pihak lain yang berhubungan.
43 Hubungan antar manusia yang baik dan sikap positif dapat dikembangkan
melalui laporan hasil pemeriksaan. Tujuan laporan hasil pemeriksaan adalah untuk meningkatkan prestasi organisasi secara keseluruhan, dan tidak untuk
menunjukkan kesalahan-kesalahan pribadi atau kritik yang merusak organisasi yang diperiksa. Laporan hasil pemeriksaan merupakan gambaran inti sikap
auditor dan laporan tersebut dapat menimbulkan reaksi positif atau negatif dari pihak-pihak yang terkait.
Pada dasarnya manajemen audit bertujuan untuk menilai sistem perencanaan dan pengendalian manajemen, oleh karena itu laporan hasil
pemeriksaan ditujukan untuk menilai prestasi pribadi. Dalam laporan hasil pemeriksaan harus dihindari kata-kata dan kalimat yang berkonotasi negatif.
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian