Balasan Bagi yang Tidak Berzikir

Imam Ibnu Qoyyim berpendapat, “Dzikrullah itu ialah al-Qur’an yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, dengannya akan tenang hati orang yang beriman, karena hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan yakin. Dan tidak ada jalan untuk memperoleh keimanan dan keyakinan kecuali dengan al- Qur’an“.Seorang mu’min yang sadar ialah tentu saja setiap gerak langkahnya tentu saja akan ingat terhadap aturan dan ketentuan Allah di manapun merea berada. Orang yang dzikrullah di pasar, tentu saja ia ingat bahwa tidak boleh menipu, tidak boleh berdusta, tidak boleh memanipulasi, tidak boleh berbuat curang, iangat bahwa itu semua diolarang oleeh agama Berarti ia telah berdzikir kepada Allah walaupun tidak membaca tasbih, tahmid, takbir dan sebagainya. Diantara ciri ulil albab ialah yang berdzikir dan berpikir. Ada orang yang berdzikir tapi tidak berpikir, maka akibatnya ketinggalan dalam bidang ekonomi, politik. Adapula yang berpikir tapi tidak berdzikir, akibatnya orang tersebut sukses namun moralnya bejat, melakukan korupsi, manipulasi.

B. Balasan Bagi yang Tidak Berzikir

Al-Qur’an melukiskan dampak buruk bagi orang-orang yang selalu mengabaikan dan tidak pernah berzikir dan melalaikan diri terhadap tuntunan Ilahi dengan firman-Nya:                     Artinya : “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah Al Quran, Kami adakan baginya syaitan yang menyesatkan Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” 27 Al-Marâghî, mengatakan bahwa barangsiapa yang membutakan mata dan hatinya untuk mengingat Allah dan tenggelam dalam kesenangan dan kemewahan dunia dan syahwat-syahwatnya, maka Allah mengutus dan menguasaikan atas diri mereka setan-setan dari manusia dan jin yang membuatnya memandang baik sehingga mereka terlena dan terus terpengaruh dalam syahwat-syahwat dan bergelut dalam kesenangan dan kemewahan dunia, sehingga dia tidak tanggung- tanggung lagi dalam melakukan dosa-dosa dan hal-hal yang diharamkan, sebagaimana yang telah menjadi sunnah Kami pada alam semesta ini, sebagaimana Allah kuasakan lalat terhadap tubuh-tubuh yang kotor dan sebagaimana juga Allah ciptakan ular-ular, dan berbagai macam serangga yang hidup di tempat-tempat yang busuk. Dampak bagi orang yang tidak berzikir juga membuat orang suka menggoda orang-orang yang lemah. Mereka menjerumuskan orang-orang yang lemah karena memang mereka bersedia untuk melakukannya. Sehingga mereka mendapatkan balasannya yang berupa hukuman Allah dan hukuman-hukuman manusia serta penghinaan manusia terhadapnya, hukuman-hukuman tersebut juga bisa berupa berbagai macam penyakit-penyakit yang dapat membinasakan dan termasuk penyakit-penyakit yang tidak bisa diobati. Musibah tersebut menjadi pelajaran baginya dan bagi orang lain, tetapi peringatan seperti itu tidak lagi 27 QS. az-Zukhruf43: 36-37. berguna karena telah terlanjur, karena penyesalan tidaklah berguna bagi orang- orang yang telah melakukannya. 28 Al-Marâghî mengutip sebuah syair yang ditulis oleh Az-Zajad: َﻧِﺪ َم َﺒﻟا َﻐ ُةﺎ ُو َﻻ َت َﺳ َﻋﺎ ٍﺔ ُﻣْﻨ ِﺪ ٌم . َو َﺒﻟا ْﻐ ُﻰ ُﻣ ْﺮ ِﺗ ٌﻊ ُﻣْﺒ َﺘِﻐ ْﯿِﮫ َو َﺧ ﱢﯿٌﻢ . Artinya : “Penjahat-penjahat itu menyesal, akan tetapi sudah bukan saatnya lagi buat menyesal. Kejahatan adalah lahan permainan yang tolol, bagi orang yang menginginkannya” Az-Zajad mengatakan, arti ayat adalah, sungguh orang yang berpaling dari ayat-ayat al-Qur’an dan isinya yang berupa hikmah-hikmah, kemudian mereka lebih suka kepada perbuatan yang batil. Maka Allah menghukum mereka dengan setan yang menggodanya, sehingga mereka disesatkannya serta setan tersebut menjadi teman akrabnya, yang akhirnya mereka tidak mendapat hidayah, sebagai ganjaran bagi orang-orang yang lebih menyukai kebatilan dari pada kebenaran yang nyata. 29 Pada ayat yang lain, Al-Marâghî mengatakan bahwa Allah mensifati orang- orang yang lupa dan mengabaikan zikir mengingat Allah, dengan sifat orang- orang yang kafir sebagai orang yang rabun dan mensifati mereka sebagai orang- orang yang buta dan tuli, hal tersebut terjadi karena manusia telah sibuk dengan kehidupan dunia, maka mereka menjadi seperti orang yang matanya terkena kelemahan dalam melihat. Semakin manusia melupakan zikir, maka semakin bertambah pula kecenderungan mereka kepada hal-hal yang bersifat jasmani dan 28 al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Jilid , h. 163-164. 29 al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Jilid , h. 164. semakin berpaling pula mereka dari hal-hal yang bersifat ruhani 30 . Allah berfirman:             Artinya : Maka Apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau dapatkah kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta hatinya dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata? Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang yang telah dicabut oleh Allah pendengarannya untuk mendengar alasan-alasan-Nya yang telah Dia sebutkan dalam kitab-Nya menjadi mendengar, atau mereka dapat memberi petunjuk kepada jalan yang benar orang yang telah ditetapkan hatinya oleh Allah dari melihat kebenaran, dan telah dikuasai oleh setan sehingga setan itu membuat mereka memandang baik ke jalan kebinasaan. 31 Sementara itu Quraish Shihab menafsirkan ayat tersebut dengan pemahaman sedikit berbeda, dalam pemahamannya bahwa bagi orang-orang yang mengindahkan peringatan-Nya berzikir, menyebut dan mengingat-Nya, bahwa Allah akan mendukungnya dengan menugaskan malaikat membantunya dan siapa saja yang berpaling, dan sebaliknya Allah adakan baginya setan, yang kemudian setan tersebut menjadi temannya dan setan tersebut benar-benar menjadi penghalang mereka orang-orang yang lemah dari jalan yang benar. Mereka orang-orang yang lemah menyangka bahwa mereka mendapatkan petunjuk. 32 Dalam surah yang lain juga dideskripsikan hasil kerja setan dengan firman- Nya: 30 al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Jilid , h. 167. 31 al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Jilid , h. 167. 32 Shihab, Wawasan al-Qur’an, h. 135-16                   Artinya : “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi”. 33 Al-Marâghî mengatakan bahwa setan telah menguasai akal mereka dengan bisikan dan godaannya, sehingga mereka mengikutinya. Dengan demikian, maka mereka tidak lagi dapat mengingat Allah, mengikuti perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, sebab setan telah menggoda mereka dengan syahwat, sehingga setan itu menjatuhkan mereka ke dalam lapisan-lapisan neraka jahannam, yang merupakan seburuk-buruknya tempat. Dan mereka termasuk golongan-golongan setan dan mereka termasuk orang-orang yang merugi. 34 Sementara itu, Quraish Shihab mengatakan bahwa orang-orang munafik akan mengalami kerugian yang besar. Ini disebabkan karena setan telah menguasai mereka sehingga mereka tidak berdaya untuk mengelak apalagi melawan, disebabkan perbuatan setan menjadikan mereka lupa berzikir, mengingat dan merenungkan kebesaran Allah. Sehingga mereka termasuk orang- orang yang merugi sebagaimana setan-setan yang termasuk golongan yang merugi. 35 Ayat tersebut jika dihubungkan dengan ayat-ayat lain yang berbicara tentang rayuan dan godaan setan, sepertinya bermaksud menggambarkan hasil 33 QS. al-Mujadalah58 ayat 19 34 al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Jilid , h. 38. 35 Shihab, Wawasan al-Qur’an, h. 137. akhir dari godaan dan dampak buruk itu, yakni bila rayuan setan berlanjut, tanpa ditampik, maka zikir semakin berkurang dan akhirnya jika yang bersangkutan tidak lagi sadar, maka setan akan menguasainya dan menjadikannya lupa sepenuhnya untuk berzikir kepada Allah. 36 Al-Qur’an juga menceritakan tentang dampak buruk bagi yang melalaikan zikir pada surah dan ayat lainnya:                                               Artinya : “Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta. berkatalah ia: Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman: Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu pula pada hari ini kamupun dilupakan. dan Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan Sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” 37 Al-Marâghî berpendapat bahwa barangsiapa yang berpaling dari berbagai peringatan yang Aku peringatkan padanya; dan tidak mau mengambil pelajaran daripadanya, yang membuat dia tidak menentang perintah Tuhannya, maka dia akan merasakan kehidupan yang begitu sempit, karena dia selalu gelisah, serta tamak terhadap dunia, sibuk untuk terus mencari dan menambah kekayaannya 36 Shihab, Wawasan al-Qur’an, h. 137. 37 QS. Thaha20: 124-127 serta takut kemiskinan dan kemelaratan, sehingga timbullah sifat bakhil dalam dirinya. Sehingga mereka melupakan zakat, sedekah yang tujuannya mengingat kepada Allah. 38 Sedangkan, Quraish Shihab berpandangan bahwa ayat-ayat di atas bagaikan menyatakan bahwa: “barangsiapa yang bersungguh-sungguh mengikuti petunjuk Allah yang Maha Agung, maka orang-orang yang selalu berzikir tidak akan tersesat dalam mengarungi kehidupan di dunia dan juga menjadi bekal untuk hidup di akhirat. Orang-orang yang berzikir juga tidak akan salah dalam menentukan arah dan tujuan dalam hidupnya, sehingga mereka akan mencapai tujuan yang mereka cita-citakan dengan sukses hingga untuk bekal di akhirat. 39 Siapa yang melupakan Allah atau tidak berzikir mengingat-Nya, maka tidak ada lagi sesuatu yang berada dalam ingatannya kecuali kenikmatan duniawi. Hal tersebut merupakan suatu yang diinginkan dan perhatiannya dan yang selalu dia usahakan untuk meraihnya sebanyak mungkin Perhatiannya yang begitu besar pada dunia dan kenikmatannya menjadikan mereka berpotensi meraih kegemerlapan duniawi. Allah berfirman:                    Artinya : “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang duniawi, Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan “Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir.” 40 38 al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî,, Jilid , h. 295. 39 Shihab, Wawasan al-Qur’an, h. 139. 40 QS. al-Isrâ’17: 18 Demikian peringatan Allah yang harus selalu diingat karena apabila manusia lengah dan sengaja melupakan Allah, maka apa yang diraihnya itu merupakan bencana buat dirinya. Allah berfirman:                                 Artinya : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” 41 Al-Marâghî mengatakan bahwa Allah akan memberikan bencana dan siksaan kepada orang-orang yang melalai kan dari berzikir kepada-Nya. Begitu juga setelah mereka berpaling dari peringatan Rasulullah, mereka meninggalkan dan melupakan petunjuk para Rasul yang diutus Allah, mereka terus menerus melakukan kekufuran dan pembangkangan, di samping terbelenggu dalam taqlid kepada tradisi orang-orang sebelum mereka. Oleh karena, Allah menguji mereka dengan membuka pintu-pintu rezeki, dengan berbagai kebaikan, kesenangan hidup, kesehatan jasmani serta keamanan terhadap jiwa dan ruhnya. Tetapi berbagai kenikmatan tersebut tidak bisa memberikan pelajaran dan pendidikan kepada mereka yang lalai, dan mereka juga tidak pernah bersyukur atas nikmat- 41 QS. al-An’am6: 44-45. nikmat yang Allah berikan. Malah sebaliknya, mereka semakin mengingkari dan sombong, walaupun bencana dan malapetaka telah ditimpakan ke atas mereka. 42 Sungguh Allah memberikan kepada orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan berpegang teguh kepada agama-Nya kehidupan yang tenang tanpa adanya duka cita, dan memberikan kepada orang yang berpaling dari agama-Nya suatu kesengsaraan dan kepayahan, dan di akhirat dia akan merasakan kepayahan, kesempitan serta penderitaan yang lebih berat dan besar. Sesuai dengan paparan ayat-ayat tentang orang-orang yang mengabaikan zikir mengingat dan mengagungkan Allah, dapat diambil kesimpulan bahwa Allah mengingatkan orang-orang yang beriman akan perintah dan kewajiban untuk selalu memuji Allah atas berbagai nikmat yang telah dilimpahkan kepada ciptaannya, bukan saja atas manusia, tapi juga seluruh makhluk hidup di muka bumi.

C. Macam dan Tingkatan Zikir