Riwayat Hidup al-Marâghî

30

BAB III AL-MARÂGHÎ DAN TAFSIRNYA

A. Riwayat Hidup al-Marâghî

Nama lengkap al-Marâghî adalah Ahmad Mustafa al-Marâgî ibn Mustafâ ibn Muhammad ibn ‘Abdul Mun’im al-Qâdi al-Marâgî. Ia termasuk salah seorang murid Syekh Muhammad Abduh. Ia lahir pada tahun 1883, yang mana tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tempat lahirnya di kota al-Marâgah, Propinsi Suhaj, kira-kira 700 km arah Selatan kota Kairo. 1 Kepada kampungnya tersebut namanya dinisbahkan sehingga lebih popular dengan nama al-Marâghî. Ahmad Mustafâ al-Marâghî berasal dari kalangan ulama yang taat dan menguasai berbagai bidang ilmu agama. Hal tersebut terbuktikan dengan melihat ke delapan saudaranya, yang lima orang di antaranya mempunyai riwayat hidup yang sukses dan keahlian yang cemerlang di bidang agama, di antaranya: 1. Syeikh Muhammad Mustafâ al-Marâghî yang pernah menjadi Rektor al- Azhar dua periode; tahun 1928-1930 dan 1935-1945. 2. Syeikh Ahmad Mustafâ al-Marâgî, pengarang Tafsir al-Marâghî 3. Syeikh Abdul-‘Aziz al-Marâghî, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar dan Imam Raja Faruq. 1 ‘Adil Nuwaihid, Mu’jam al-Mufasirin min Shadr al-Islam hatta al-‘shr al-hadir, Jilid I, Beirut: Muassasah al-Nuwaihid al-Saqafiyah, 1988, Cet. Ke-2, h. 80. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, hlm. 15. 4. Syeikh Abdullah Mustafa al-Marâghî, Inspektur Umum pada Universitas al-Azhar dan pengarang buku al-Fath al-Mubin fi Thabaqat al-Ushuliyin. 5. Syeikh Abdul Wafa Mustafa al-Marâghî, Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Universitas al-Azhar dan pengarang al-Lubâb fi Syarh al-Syahâb. 2 Di samping itu, Ahmad Mustafa al-Marâghî juga mengikuti jejak ayahnya yang sukses dalam mendidik anak-anaknya sehingga berhasil melahirkan dan mencetak anak-anaknya menjadi generasi yang sukses, dan tetap mempertahankan tradisi kelurganya yang kental dengan nuansa agama. Hal ini dibuktikan dengan adanya empat orang puteranya yang menjadi hakim, yaitu: 1. M. Aziz Ahmad al-Marâgî, Hakim di Kairo 2. A. Hamid al-Marâghî, hakim dan Penasehat Menteri Kehakiman di Kairo 3. Asim Ahmad al-Marâghî, Hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi di Kairo 4. Ahmad Midhat al-Marâghî, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil Menteri Kehakiman di Kairo. 3 Al-Marâghî ketika menginjak usia sekolah, ia dimasukkan oleh orang tuanya ke madrasah di desanya untuk belajar al-Qur`an. Dengan dikaruniai otak yang sangat cerdas, sehingga sebelum usia 13 tahun ia sudah hafal seluruh ayat al-Qur`an. Di 2 Abdul Jalal HA, Tafsir al-Marâgî dan Tafsir al-Nur Sebuah Studii Perbandingan, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1985, h. 110 dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al- Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, hlm. 15. 3 Jalal, Tafsir al-Marâghî dan Tafsir al-Nur, h. 109, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, 16. samping itu juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu syari’ah di madrasah sampai ia menamatkan pendidikan di tingkat menengah. 4 Pada tahun 1897 atas dorongan orang tuanya, ia pergi meninggalkan kota al- Marâghah untuk menuju kota Kairo untuk menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar. Di universitas pertama di dunia itulah, ia mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan agama, seperti bahasa Arab, balagah, tafsir, ilmu al-Qur`an, hadis, ilmu hadis, fiqh, usul fiqh, akhlak, ilmu falaq dan sebagainya. Di samping itu ia juga mengikuti kuliah di Fakultas Dar al-‘Ulum Kairo yang dulu merupakan perguruan tinggi tersendiri, dan kini menjadi bagian dari Cairo University. 5 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa al-Marâghî adalah seorang murid dari Muhammad ‘Abduh, kepada ‘Abduh ia mempelajari ilmu Tafsir. Ia berhasil menyelesaikan studinya di kedua perguruan tinggi tersebut pada tahun 1909. 6 Di antara dosen-dosen yang ikut mengajarnya di al-Azhar dan di Dar al- ‘Ulum adalah Syeikh Muhammad Abduh, Muhammad Hasan al-Adawiy, Syeikh Muhammad Bakhit al-Mut’iy 7 dan Syeikh Muhammad Rifâ’i al-Fayumi. 8 Setelah Syeikh Ahmad Mustafa al-Marâghî menamatkan studinya di Universitas al-Azhar dan Dar al-‘Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru di 4 Abdullah Mustafâ al-Marâghî, al-Fath al-Mubîn fi Tabaqât al-Usuliyyîn, Beirut: Muhammad Amin, 1934, hal. 202, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, hlm. 17. 5 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan Bintang, 1991, Cet VIII, h. 71. 6 Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 71. 7 Muhammad Bukhait al-Muthy adalah pengarang kitab Haqiqatul Islam wa Usul al-Hukm 8 Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 71. beberapa sekolah menengah, kemudian ia diangkat menjadi direktur Madrasah Mu’allimin di Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten kotamadya, kira-kira 300 km sebelah Barat Daya kota Kairo. Pada tahun 1916 ia diangkat menjadi dosen utusan Universitas al-Azhar untuk mengajar ilmu-ilmu syari’ah Islam pada Fakultas Ghirdun di Sudan. Di Sudan, selain sibuk mengajar, al-Marâgî juga giat mengarang buku-buku ilmiah. Salah satu buku yang selesai dikarangnya di sana adalah ‘Ulum al-Balagah. 9 Ilmu balagah ini merupakan data yang sangat penting dalam menganalisis tafsir al-Marâgî. Empat tahun kemudian tepatnya pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen bahasa Arab dan ilmu-ilmu syari’ah Islam di Dâr al-Ulûm sampai tahun 1940. Di samping itu, ia juga diangkat menjadi dosen ilmu balagah dan sejarah kebudayaan Islam di Fakultas Adab Universitas Al-Azhar. Ia dinilai sebagai murid Muhammad Abduh yang mempunyai peranan besar dalam hal pembaharuan di Universitas Al-Azhar. 10 Selama mengajar di Universitas Al-Azhar dan Dâr al-Ulûm, ia tinggal di daerah Hilwan, sebuah kota satelit Kairo, kira-kira 25 km sebelah selatan kota Kairo. Ia menetap di sana sampai akhir hayatnya, sehingga di kota itu terdapat suatu jalan yang diberi nama jalan al-Marâgî. 11 9 Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 203 10 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: UIP, cet. ke-6, 1986, hal. 101 11 Jalal, Tafsir al-Marâgî dan Tafsir al-Nur, h.114. dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, hlm. 18. Dalam pada itu ia juga mengajar pada perguruan Ma’had Tarbiyah Mu’allimât beberapa tahun lamanya, sampai ia mendapat piagam tanda penghargaan dari raja Mesir, Faruq pada tahun 1361H atas jasa-jasanya itu. Piagam tersebut tertanggal 11 Januari 1361 H. pada tahun 1951, yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, beliau masih mengajar dan bahkan masih dipercayakan menjadi direktur Madrasah Usman Mahir Basya di Kairo sampai menjelang akhir hayatnya. 12 Beliau meninggal dunia pada tanggal pada tanggal 9 Juli 1952 di tempat kediamannya di jalan Zul Fikar Basya nomor 37 Hilwan kira-kira 25 km di sebelah Selatan kota Kairo. 13 Berkat didikan dari Syeikh Ahmad Mustafa al-Marâghî, lahirlah ratusan, bahkan ribuan ulamasarjana dan cendikiawan muslim yang bisa dibanggakan oleh berbagai lembaga pendidikan Islam, yang ahli dalam ilmu-ilmu agama Islam. Mereka lah yang kemudian menjadi tokoh-tokoh aktifitas bangsanya, yang mampu mengemban dan meneruskan cita-cita bangsanya di bidang pendidikan dan pengajaran serta bidang-bidang lain. 14 Menurut keterangan A. Yusuf al-Qasim, sebagai yang dikutip Abdul Jalal H.A. di antara bekas mahasiswa al-Marâghî adalah Syeikh Ahmad Hasan al-Baquri, Syeikh Abdul Muhaimin al-Faqih, Ahmad al-Sinbat dan Fathi Usman. Di antara 12 Jalal, Tafsir al-Marâgî dan Tafsir al-Nur, h.115. dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, hlm. 18. 13 Jalal, Tafsir al-Marâgî dan Tafsir al-Nur, h.119. dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, hlm. 18. 14 al-Marâghî, al-Fath al-Mubîn, h. 202, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam¸ hlm. 18 mahasiswanya yang berasal dari Indonesia adalah: H. Bustami Abdul Gani Guru Besar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mukhtar Yahya Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, H. Mastur Djahri, IAIN Antasari Banjar Masin, H. Ibrahim Abdul Halim IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, H. Abdul Razaq al-Amudy IAIN Sunan Ampel Surabaya. 15 Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil gambaran umum bahwa al- Marâgî terinspirasi dan banyak mendapat pengaruh dari segi penafsiran al-Qur`an maupun metodologinya dari gurunya Muhammad Abduh. Dan selanjutnya, pemikiran-pemikirannya juga banyak pula mempengaruhi para ilmuwan sesudahnya baik yang berada di Mesir atau pun yang berada di Indonesia.

B. Sketsa Tafsir al-Marâghi