18
BAB II PENGERTIAN DAN TERM ZIKIR DALAM AL-QUR’ÂN
A. Pengertian Zikir
Zikir asal katanya berasal dari bahasa Arab, secara etimologis, merupakan masdar kata kerja benda dari kata kerja
ﺮﻛذ
yang berakar kata dari huruf
ذ-
ك
-
ر
. Menurut Ibn Manzhûr,
ﺮﻛذ
berarti, “Menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya, dan menurut Ibn Ishâq berarti mengambil pelajaran. Semantara
zikir juga bermakna kehormatan atau kemuliaan, nama baik, al-kitab yang isinya menjelaskan agama, shalat, dan do’a serta pujian atas-Nya.”
1
Sementara itu, menurut Ibn Fâris bin Zakaria, Zikir mempunyai arti asal yaitu mengingat sesuatu atau antonim dari lupa, kemudian diartikan dengan
mengingat dengan lidah. Apabila huruf Dzal di-dhamahkan berarti tidak melupakannya. Zikir juga dapat dianalogikan dengan ‘keluhuran’ atau ‘kedudukan
tinggi’ al-‘alâ, “kemuliaan” atau “kehormatan”. Ibrahim Musthafa dalam al- Mu’jam al-Wasith menyatakan zikir mempunyai arti menjaga atau memelihara,
menghadirkan, nama baik dan menyebut sesuatu dari lisan setelah melupakannya.
2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang-ulang, dan juga diartikan do’a atau
1
Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dâr al-Ma’arif, 1990, Jilid III, h. 1507-1509. lihat juga Louis Ma’lûf Al-Munjîd fi al-Lughah wa-al-A’lâm. Beirut: Dâr al-Mashriq, 1986, h. 236.
2
Ibrahim Musthafa at. al, al-Mu’jam al-Wasîth al-Riyâdh: Maktabah al-Haramain, t.t, Juz I, h. 413.
puji-pujian berlagu dilakukan setiap perayaan maulid Nabi, dan juga diartikan sebagai perbuatan mengerjakan zikir.
3
Kata Zikir juga, menurut ‘Abdullâh ‘Abbâs al-Nadwî dalam Qamus Alfazh al-Qur’an al-Karim ‘Arabi-Injilisi, berarti sebutan mention, ingatan
remembrance or
recollection, peringatan
reminderadmonition, do’a
invacation, nama baik reputation, dan kemasyhuran renown.
4
Sementara al-Marâghî menyatakan
ﺮﻛذ
artinya mengingat, lawan katanya lupa tetapi khusus di hati, jika huruf zal dikasrahkan artinya mengingat dengan
hati dan lidah.
5
Dalam pengertian yang lebih rinci, Mu’jam Alfazh al-Qur’an al-Karim memberikan empat pengertian dasar dari kata zikir tersebut yaitu:
1. Mengucapkan dan menyebut nama Allah, serta menghadirkannya dalam ingatan
2. Mengingat nikmat Allah dengan menghadirkan Allah dalam kehidupan kita dengan menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah
3. Mengingat Allah dengan menghadirkan-Nya dalam hati yang disertai dengan tadabbur, baik disertai dengan ucapan lisan atau tidak
4. Allah mengingat hamba-Nya melalui pembalasan kebaikan kepada mereka dan mengangkat derajatnya.
6
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 1136.
4
Abdullah ‘Abbas al-Nadwi, Qamus Alfazh al- Qur’an al-Karim ‘Arabi-Injilisi, Chicago: Iqra International Educational Fondation, 1986, h. 200.
5
Ahmad Mustafa al-Marâghî , Tafsir al-Marâghî, Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al- ‘Arabiyah, 1985, Jilid I, h. 171.
6
Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, Mu’jam Alfazh al-Quran al-Karim Kairo: al-Hay’ah al- Mishriyah li al-ta’lif wa-al-Nasr, t.t, Jilid I, h. 437.
Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa kata zikir secara etimologi berarti mengingat sesuatu baik melalui hati maupun perkataan. Zikir juga dapat diartikan
sebagai kitab-kitab Allah, peringatan, pelajaran, pujian dan lain sebagainya. Selanjutnya, arti zikir menurut terminologi menurut para ulama di antaranya
menurut al-Ghazâli dalam kitabnya yang popular “Ihyâ ‘Ulum al-Dîn” dengan mengutip pendapat al-Hasan bahwa zikir terbagi dua macam yaitu:
1. Zikir mengingat kepada Allah, cara ini begitu baik dan besar pahalanya. 2. Mengingat kepada Allah yang Maha Agung ketika Dia mengharamkan
sesuatu.
7
Sayyid Qutb menyatakan bahwa zikir kepada Allah tersebut, tidak hanya sebatas dengan lisan, tetapi juga perbuatan hati bersama lidah, atau hati saja
dengan merasakan kehadiran Allah dan akhiratnya akan berakibat ketaatan kepada Allah Yang Maha Suci.
8
Sedangkan al-Râzi mengidentifikasikan pengertian zikir ke dalam tiga macam, yaitu:
1. Sebutan lidah zikr bi al-lisân ialah memuji-Nya tahmid, mensucikan- Nya tasbîh, dan mengagungkan-Nya majdun, dan membaca al-Qur’an.
2. Ingatan hati zikr bi al-qalbi ialah memikirkan dalil-dalil ada-Nya Allah
dan sifat-sifat-Nya. Memikirkan dalil-dalil perintah dan larangan-Nya untuk mengetahui hukum-hukum-Nya, dan memikirkan rahasia-rahasia
yang terkandung dalam proses penciptaan alam.
7
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Dîn, Beirut: Dar al-Ihya’al-Turats al-‘Arabi, t. t, Jilid I, h. 295.
8
Sayyid Qutb, Fi Zhilâl al-Qur’an Kairo: Dâr al-Syuruq, 1992, Jilid I, h. 140.
3. Zikir anggota badan zikr bi al-jawarih ialah menggunakan seluruh anggota badan untuk kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.
9
Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa zikir adalah mengingat Allah dengan hati dan menyebut-Nya dengan lisan. Zikir merupakan tempat
persinggahan orang-orang yang agung, yang di sanalah mereka membekali diri, berniaga dan ke sanalah mereka pulang kembali
10
Sementara menurut Ensiklopedi Hukum Islam menyebutkan zikir berarti menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti, dan perbuatan baik. Ucapan lisan,
gerakan raga, maupun getaran dalam hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan oleh agama, dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah, untuk menyingkirkan
keadaan lupa dan lalai akan mengingat Allah, keluar dari suasana lupa, masuk ke dalam suasana saling menyaksikan dengan mata hati, akibat dari dorongan rasa
cinta yang sangat dalam kepada Allah.
11
Quraish Shihab mengatakan bahwa zikir, secara umum dapat juga dikatakan dalam arti memelihara sesuatu, karena tidak melupakan sesuatu berarti
memeliaranya atau terpelihara dalam benaknya. Oleh karenanya kata zikir tidak harus selalu dikaitkan dengan sesuatu yang telah terlupakan, tetapi bisa saja ia
masih tetap berada dalam benak dan terus terpelihara. Dengan zikir, sesuatu itu direnungkan dan dimantapkan pemeliharaannya. Quraih Shihab juga mengatakan
bahwa zikir dapat disamakan dengan menghafal, hanya saja yang ini ditekannya
9
Muhammad al-Razi Fakhr al-Din bin Dhiya al-Din Umar, al-Tafsir al-Kabir wa-Mafatih al-Ghayb Beirut: Dar al-Fikr, 1985, Jilid II, h. 159-160.
10
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus-Salikin Pendakian Menuju Allah: Penjabaran Kongkrit “Iyyaka Na’budu wa-Iyyaka Nasta’in”, terj. Kathar Suhardi, Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 1998, h. 303.
11
Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar BAru Van Hoeve, 1996, Jilid VI, h. 2016.
lebih pada upaya memperoleh pengetahuan dan menyimpannya dalam benak, sementara zikir adalah menghadirkan kembali apa yang sebelumnya berada dalam
benaknya. Atas dasar ini, maka zikir dapat terjadi dengan hati atau dalam lisan baik karena sesuatu telah dilupakan maupun karena ingin memantapkannya dalam
benak.
12
Dari berbagai definisi di atas dapat dipahami bahwa zikir adalah suatu pekerjaan
mengingat Allah
yang dapat
diimplementasikan dengan
cara mensucikan, memuji-Nya, membaca al-Qur’an, yang dilakukan dengan lisan,
kemudian, mengingat dengan hati, yakni dengan memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya dan sifat-sifat-Nya.
B. Term Zikir