PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

B. PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

Pengadaan perumahan Negara yang termasuk dalam barang milik negara ini pada dasarnya melibatkan dua pihak yaitu pihak pengguna BarangJasa dan pihak penyedia BarangJasa, tentunya dengan keinginankepentingan yang berbeda, bahkan bisa dikatakan bertentangan. Oleh karena itu agar mencapai kesepakatan perlu adanya etika, norma dan prinsip yang harus disepakati dan dipatuhi bersama. Peraturan mengenai pengadaan barangjasa diatur dalam Keppres no 80 tahun 2003 yang kemudian diperbahurui dengan Perpres no 54 tahun 2010,letak perbedaan diantara Kepres no 80 tahun 2003 dibanding dengan Perpres no 54 tahun 2010 yang sangat mencolok adalah pada pembentukan Unit Layanan Pengadaan, di mana pada Kepres no 80 tahun 2003 belum ditentukan sedangkan pada Perpres no 54 tahun 2010 Unit Pelayanan Pengadaan adalah MenteriPimpinan LembagaKepala DaerahPimpinan Instansi. Pengadaan Rumah Negara untuk memenuhi kebutuhan rumah Pegawai Negeri selain dilaksanakan dengan cara pembangunan, pembelian, tukar menukar dan tukar bangun dimungkinkan adanya hibah rumah dari badan hukum, masyarakat dan perorangan. Rumah yang telah dihibahkan kepada negara tersebut adalah menjadi kekayaan milik Negara 27 . 27 Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara Dalam pengadaan barang dan jasa yang berupa rumah Negara ini diatur prinsip-prinsip yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adiltidak diskriminatif, dan akuntabe dengan penjelasan sebagai berikut 28 : a Efisien : yang dimaksud dengan prinsip efisien berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahkan dengan menggunakan dana dan daya terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan. b Efektif : Yang dimaksud dengan prinsip efektif bahwa dalam pengadaan barang dan jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang telah ditetapkan sasaran yang ingin dicapai dan dapat memberikan manfaat yang tinggi dan sebenar-benarnya dengan sasaran yang dimaksud. c Persaingan Sehat : Maksudnya adalah diberinya kesempatan kepada semua penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan untuk menawarkan barang dan jasanya, berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku, dan tidak terjadi kecurangan dan praktik KKN d Terbuka : Memberikan semua informasi dan ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang dan jasa, yang 28 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya Jakarta: Sinar Grafika,2008,h.12. sifatnya terbuka kepada peserta penyedia barang dan jasa yang berminat, serta bagi masyarakat luas pada umumnya. e Tidak Diskriminatif : Pemberian perlakuan yang sama kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang dan jasa. Dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepadak pihak tertentu dengan cara danatau alasan apapun f Akuntabilitas : Pertanggung jawaban pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada para pihak yang terkait dan masyarakat berdasarkan etika, norma dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam arti bahwa pengadaan barang dan jasa harus mencapai sasaran baik secara fisik, maupun keuangannya serta manfaat atas pengadaan tersebut terhadap tugas umum pemerintahan danatau pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip- prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa. Etika dalam hal pengadaan tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah pada pasal 6 butir a sampai dengan h , yaitu sebagai berikut : a Melaksanakan tugas secara tertib,disertai tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan jasa. b Bekerja secara professional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa. c Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat. d Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak. e Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang dan jasa conflict of interest . f Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara dalam pengadaan barang dan jasa. g Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang seperti kolusi dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain. h Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk member atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapa pun yang dikeatahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa. Selain etika dalam pengadaan barang dan jasa juga diatur norma dalam hal pengadaan barang dan jasa yang bertujuan agar pengadaan barang dan jasa dapat tercapai dengan baik. Suatu norma baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, karena norma pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain atau terhadap lingkungannya 29 . Sebagaimana norma lain yang berlaku, norma pengadaan barang dan jasa terdiri dari norma tertulis dan tidak tertulis. Norma tidak tertulis pada umumnya adalah norma yang bersifat ideal, sedangkan norma tertulis pada umumnya adalah norma yang bersifat operasional. Norma ideal pengadaan barang dan jasa antara lain tersirat dalam pengertian tentang hakikat, filosofi, etika, profesionalisme dalam bidang pengadaan barang dan jasa. Adapun norma pengadaan barang dan jasa bersifat operasional pada umumnya telah dirumuskan dan dtuangkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu berupa undang-undang, peraturan, pedoman, petunjuk dan bentuk-bentuk statuter lainnya 30 . 1 Pengertian Rumah Negara Pengertian Barang Milik Negara yang berupa rumah negara dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara yaitu sebagai berikut “rumah negara adalah bangunan yang dimiiki negara dan berfungsi sebagai tempat itnggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat danatau pegawai negeri” . Begitu juga dengan pengertian rumah 29 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-Dasar dan Pembentukannya, Jakarta Kanisius,1998. 30 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagi Permasalahannya, Jakarta : Sinar Grafika,2008, hal 11. negara yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 138PMK.062010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara yang merupakan salah satu peraturan pelaksana dari Undang- undang tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara; dimana dalam hal ini memiliki pengertian yang sama dari induk peraturannya. 2 Penggolongan Rumah Negara Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 138PMK.062010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara, Rumah Negara terbagi menjadi 3 golongan sebagai berikut : a Rumah Negara golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang jabatan tertentu tersebut. b Rumah Negara golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan dengan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negari dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada Negara. c Rumah Negara golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada penghuninya. 3 Pengelolaan Rumah Negara Pengelolaan rumah negara yang diatur dalam aturan-aturan tentang rumah negara meliputi penetapan status, pendaftaran dan penghapusan; hal ini diatur dalam Bab V Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara; namun dalam penulisan hukum ini, penulis tidak membatasi pembahasan masalah terbatas pada pengelolaan rumah negara saja namun juga mencakup pengadaan rumah negara dalam hal penyimpangan yang terjadi dalam pengadaan, pengelolaan dan pemanfaatan rumah negara. Dalam pengelolaannya, Rumah negara hanya dapat dihuni oleh pejabat dan atau pegawai negeri dimana untuk dapat menghuninya harus memiliki Surat Izin Penghunian. Rumah negara wajib didaftarkan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan kepada Menteri Pekerjaan Umum. Pendaftaran Rumah Negara dilakukan untuk : 1 Mengetahui secara tepat dan rinci jumlah aset Negara yang berupa rumah. 2 Menyusun program kebutuhan pembangunan Rumah Negara. 3 Mengetahui besarnya pemasukan keuangan kepada Negara dari hasil sewa, penjualan, penghapusan dan pajak bumi dan bangunan. 4 Menyusun standar biaya pemeliharaan dan perawatan.

a. Pengalihan Status dan Hak Atas Rumah Negara

Rumah negara yang dapat dialihkan statusnya adalah rumah negara golongan II menjadi rumah negara golongan I, dalam hal ini pengalihan status terjadi antara pengguna barang; untuk alih status dari rumah negara golongan III menjadi rumah negara golongan II atau sebaliknya terjadi antara pengguna barang dan Pengguna barang berupa rumah negara; sedangkan untuk pengalihan rumah negara golongan II menjadi golongan I hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah jabatan; namun terdapat pula rumah negara golongan II yang tiak dapat dialihkan menjadi rumah golongan III, yaitu sebagai berikut : a Rumah negara golongan II yang berfungsi sebagai mess.asrama sipil dan ABRI; b Rumah negara golongan II yang berfungsi secara langsung melayani atau terletak dalam suatu lingkungan kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratoriumbalai penelitian. 31 Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah rumah negara golongan III, kecuali rumah negara golongan III yang berada dalam 31 Ayat 3 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara sengketa. Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1 Pegawai Negeri : a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10 sepuluh tahun; b. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. Belum pernah dengan jalancara apapun memperolehmembeli rumah dari Negara berdasakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Pensiunan Pegawai Negeri : a. Menerima pensiunan dari Negara; b. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. Belum pernah dengan jalancara apapun memperolehmembeli rumah dari Negara berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 JandaDuda Pegawai Negari : a. Masih berhak menerima tunjangan pensiunan dari Negara, yang : a Almarhum suamiistrinya sekurang-kurangnya mempunyai masa kerja 10 sepuluh tahun pada Negara, atau b Masa kerja almarhum suaminyaistrinya ditambah dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan menjadi jandaduda berjumlah sekurang-kurangnya 10 sepuluh tahun; a. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; b. Almarhum suaminyaistrinya belum pernah dengan jalancara apapun memperolehmembeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4 JandaDuda Pahlawan, yang suaminyaistrinya dinyatakan sebagai Pahlawan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku : a. Masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara; b. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. Almarhum suaminyaistrinya belum pernah dengan jalancara apapun memperolehmembeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengalihan hak atas rumah negara seperti disebut diatas menurut Pasal 18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara dilakukan secara sewa beli dan untuk dapat menghuni rumah negara harus memiliki Surat Izin Penghunian yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan. Penghuni rumah negara wajib untuk membayar sewa rumah dan memelihara rumah serta memanfaatkan rumah sesuai dengan fungsinya, serta dilarang untuk menyerahkan sebagaian atau seluruh rumah kepada pihak lain, mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah, menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsinya. 32

b. Pemindahtanganan Rumah Negara

Pemindahtanganan BMN berupa Rumah Negara dilakukan dengan mekanisme: 1Penjualan; 2Tukar menukar; 3Hibah; atau 4Penyertaan Modal Pemerintah Pusat. Untuk pemindahtanganan rumah negara dengan mekanisme penjualan hanya berlaku untuk rumah negara golongan III, sedangkan untuk mekanisme tukar-menukar dan hibah hanya dapat dilakukan terhadap rumah negara golongan I dan II. Mekanisme tukar menukar, hibah dan penyertaan modal dapat diterapkan pada rumah negara golongan III setelah status dari rumah negara tersebut dialihkan menjadi golongan II. 32 Pasal 10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara

c. Penghapusan Rumah Negara

Penghapusan Rumah Negara dapat dilakukan antara lain karena : 1Tidak layak huni; 2Terkena rencana tata ruang; 3Terkena bencana; 4Dialihkan haknya kepada penghuni. Penghapusan BMN berupa Rumah Negara dilakukan berdasarkan keputusan Penghapusan BMN yang diterbitkan oleh Pengguna Barang, PenggunaBarang Rumah Negara Golongan III atau Pengelola Barang. Penghapusan rumah negara dilakukan berdasarkan keputusan Penghapusan BMN yang diterbitkan oleh Pengguna Barang, Pengguna Barang Rumah Negara Golongan III atau Pengelola Barang; hal ini meliputi : 1 Penghapusan BMN berupa Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II dari Daftar Barang PenggunaKuasa Penguna pada Pengguna BarangKuasa Pengguna Barang; 2 Penghapusan BMN berupa Rumah Negara Golongan III dari Daftar Barang PenggunaKuasa Penguna pada Pengguna BarangKuasa Pengguna Barang Rumah Negara Golongan III; atau 3 Penghapusan BMN berupa Rumah Negara dari Daftar BMN pada Pengelola Barang. Hal-hal tersebut diatas mengenai penghapusan rumah negara merupakan tindak lanjut dari penyerahan kepada Pengelola Barang, penetapan status Rumah Negara Golongan III, alih status penggunaan kepada Pengguna Barang lain, alih fungsi menjadi bangunan kantor, pemindahtanganan, atau sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, antara lain terkena bencana alam atau terkena dampak dari terjadinya force majeure. 33 33 Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 138PMK.062010 tentang Pengelolaan Baraang Milik Negara Berupa Rumah Negara 46

BAB III PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG MILIK

NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

A. Sistem Pengadaan Rumah Negara