3. Gerakan Mahasiswa Dalam Teori Demokrasi dan Demokratisasi
Menurut Robert Dahl, Demokrasi adalah suatu sistem politik dimana para anggotanya saling memandang antara yang satu dengan yang lainnya sebagai
orang-orang yang sama dipandang dari segi politik, dan mereka itu secara bersama-sama adalah berdaulat,dan memiliki segala kemampuan, sumberdaya dan
lembaga-lembaga yang mereka perlukan demi untuk memerintah diri mereka sendiri. Namun dalam perkembangan masyarakat manusia, telah berulang kali
bagian terbesar masyarakat dipaksa untuk tunduk baik secara kesadaran maupun karena penggunaan alat-alat kekerasan seperti senjata. Tidak jarang penggunaan
kekerasan sebagai alat pemaksa kehendak dilakukan karena kehendak minoritas masyarakat memang bertentangan dengan kebutuhan mayoritas masyarakat.
Kini demokrasi bukan hanya ideologi yang paling diminati, tetapi juga menjadi standar dan tolok ukur keabsahan pemerintah yang paling dianggap
penting. Karena menurut Jean Francois Revel, demokrasi sudah menjadi suatu cita-cita dalam pikiran dan realitas praktis politik. Namun dalam praktiknya,
demokrasi ditafsirkan secara berbeda-beda, bahkan justru juga dipakai oleh pemerintahan yang otoriter sekalipun.
Definisi yang lebih empirik, deskriptif, institusional dan prosedural kemudian menjadi wacana demokrasi sejak dekade 1970-an. Schumpeter unggul
dalam perdebatan tentang demokrasi atas pendukung demokrasi klasik. Ciri penting dalam demokrasi Schumpeterian adalah penekannya pada apa yang
disebut Larry Almond dengan electoral democracy. Definisi ini dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
definisi demokrasi minimalis, yang oleh para sarjana berikutnya sering disertakan sebagai bagian dari definisi yang mereka rumuskan.
Huntington menetapkan sistem politik yang demokratis jika para pembuat keputusan yang terkuat dipilih lewat pemilu yang adil, jujur dan berkala, dan para
calon bersaing secara bebas guna mendapat suara dan hampir semua warga dewasa berhak memberikan suara. Jadi demokrasi mempunyai dua dimensi yaitu
kontestasi dan partisipasi. Menurut Huntington, dalam demokrasi harus ada kebebasan sipil dan politik, yaitu kebebasan berbicara, menerbitkan, berkumpul
dan berorganisasi, yang diperlukan bagi debat politik dan kampanya-kampanya pemilihan.
82
Pada pertengahan 1970-an hingga akhir 1990-an wacana dan gejala demokratisasi bergema luas hampir di seluruh dunia. Huntington dalam karyanya
The Third Wave of Democratization menerangkan bahwa sejak runtuhnya rezim fasis Portugal pada tahun 1974, dunia modern telah memasuki gelombang ketiga
demokratisasi.
83
Menurut Jeff Haynes, ada dua faktor yang mendorong meluasnya demokratisasi pada era global, yakni sejumlah perkembangan domestik dan
global. Faktor pertama bersumber dari tekanan masyarakat yang sudah sulit diabaikan oleh negara. Faktor kedua dipicu oleh tiga perkembangan penting yang
Sejak itu, demokratisasi menyebar ke segenap belahan dunia, dari Eropa Selatan ke Amerika Latin dan Amerika Tengah, menyusul Eropa
Timur, Afrika, dan Asia Timur.
82
Samuel P. Huntington, op.cit., hal. 5-6.
83
Samuel P. Huntington, op.cit., hal. 1-37.
Universitas Sumatera Utara
terjadi di tingkat global, yaitu: runtuhnya Tembok Berlin dan hancurnya rezim komunis di Eropa Timur; tekanan diplomatik dan ekonomi dari negara-negara
Barat dan lembaga-lembaga internasional NATO, IMF, Bank Dunia, dsb; dan terciptanya iklim demokrasi yang didukung oleh revolusi komunikasi.
Secara terminologis, demokratisasi ialah proses perubahan dari rezim non- demokratis menjadi rezim demokratis. Sementara gelombang demokratisasi,
menurut Huntington adalah sekelompok transisi rezim-rezim non-demokratis ke rezim-rezim demokratis yang terjadi dalam kurun tertentu dan jumlah-jumlahnya
signifikan lebih banyak daripada transisi ke arah sebaliknya. Sebuah gelombang biasanya juga mencakup liberalisasi atau demokratisasi sebagian pada sistem
politik yang tidak sepenuhnya menjadi demokratis. Demokrasi harus mencakup tiga hal, yaitu:
84
1. Berakhirnya sebuah rezim otoriter.
2. Dibangunnya sebuah rezim demokratis.
3. Pengkonsolidasian rezim demokratis.
Makna penting konsolidasi demokrasi ialah ketaatan seluruh elemen termasuk civil society dan political society dalam negara pada sistem yang telah
dibuat berdasarkan kesepakatan bersama. Tentu saja sistem yang dimaksud adalah sistem yang tidak mengebiri partisipasi politik rakyat seperti biasa terjadi pada
rezim otoriter. Kesepakatan bersama ditempuh melalui representasi rakyat yang terjelma pada lembaga negara yang memiliki otoritas mewakili masyarakat. Selain
itu, konsolidasi demokrasi juga bermakna adanya kultur berdemokrasi pada semua
84
Samuel P. Huntington, op.cit., hal. 1-37.
Universitas Sumatera Utara
elemen negara dan tercapainya pakta atau settlement antar aktor dalam political society.
Pada rezim otoritarian seperti Orde Baru yang menjadi penghalang demokrasi adalah negara. Garis demokrasi antara penentang demokrasi dan
pedukung demokrasi dapat dipetakan dengan jelas. Namun dalam fase proses menuju konsolidasi demokrasi yang free public sphere—meminjam istilah Jurgen
Habermas— telah terbuka lebar, negara tidak dapat lagi dijadikan sebagai satu- satunya aktor perintang menegakkan demokrasi. Dalam konteks inilah kondisi
objektif masyarakat seperti yang diungkapkan diatas menunjukkan bahwa masyarakat juga sebetulnya adalah faktor yang juga memiliki potensi yang sama
dengan negara untuk merintangi tegaknya demokrasi.
Jatuhnya rezim otoritarian Soeharto pada tahun 1998 dapat dikatakan karena gencarnya dan massifnya dari kekuatan pembaharu yang menjadi motor
penggerak utama perubahan yang terjadi di Indonesia. Keberhasilan gerakan mahasiswa menekan Soeharto tidak serta merta diikuti oleh beralihnya kekuasaan
ke tangan rakyat untuk memimpin kembali Indonesia. Energi perlawanan gerakan rakyat yang dipelopori mahasiswa belum sepenuhnya mampu mengimbangi daya
tahan politik rezim otoriter tersebut. Artinya kekuatan rezim masih jauh lebih besar daripada kekuatan gerakan pelopor. Menurut Edward Espinal,
ketidakmampuan gerakan mahasiswa karena lemahnya pengorganisasian dikalangan gerakan mahasiswa sendiri dalam menentang keras pemerintahan saat
itu. Dan yang dilakukan oleh gerakan mahasisw pada saat itu hanyalah berupa tekanan politik saja.
Universitas Sumatera Utara
Keterbatasan kekuatan perlawanan gerakan mahasiswa ini disebabkan oleh terbatasnya elemen masyarakat yang terlibat dalam perlawanan menentang
Soeharto. Gerakan perubahan itu lebih didominasi oleh mahasiswa yang notabene merupakan kelas menegah. Bahkan hingga hari-hari terakhir Soeharto, gerakan
perlawanan yang dilakukan tidak nampak jelas pada perlawanan kaum miskin kota, kaum buruh dan kaum tani. Dan ini sejalan dengan yang dikatakan oleh
Huntington bahwa yang menjadi aktor yang paling aktif dalam gerakan demokratisasi di hampir setiap negara adalah kelas menengah perkotaan yakni
mahasiswa pada khususnya. Karena sejatinya mahasiswa merupakan produk dominan pembangunan ekonomi. Dimana demokrasi dapat tegak apabila ditopang
oleh kesuksesan pembangunan ekonomi. Dan bagai kacang lupa pada kulitnya, munculnya kelas menengah yakni mahasiswa yang secara terang-terangan secara
politik cenderung menghendaki berdiri tegaknya demokrasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan.