Teori Negara KERANGKA TEORI

4. Kebijakan baru pelaku eksternal. Perubahan-perubahan dalam kebijakan para pelaku luar negeri, termasuk sikap baru masyarakat Eropa pada akhir dasawarsa 1960 untuk memperluas keanggotaannya, pergeseran besar kebijakan AS ke arah promosi hak-hak asasi manusia demokrasi di negeri-negeri lain mulai tahun 1974, serta perubahan dramatis yang dilakukan Gorbachev dalam kebijakan Uni Soviet ke arah mempertahankan kekuasaan Uni Soviet. 5. Efek demonstrasi atau efek bola salju dari transisi-transisi awal menuju demokrasi pada gelombang ketiga, yang diperkuat oleh sarana komunikasi internasional, dalam merangsang dan menyediakan model bagi upaya mengubah rezim di negeri-negeri lain selanjutnya. Berdasarkan pemaparan mengenai demokrasi dan yang menyebabkan terjadinya gelombang demokratisasi diatas, dapat ditarik dua kesimpulan hipotesa. Pertama, demokrasi yang terjadi dibelahan dunia manapun sekarang ini dapat dikatakan bukanlah demokrasi yang sejatinya, yang meletakkan kepemimpinan diatas kepentingan mayoritas. Melainkan demokrasi yang semu yang ingin menemukan pola terbaik dalam perkembangannya. Kedua, konsepsi demokratisasi menjadi suatu pembelajaran baru bagi Negara-negara dunia ketiga dalam menentukan pola pemerintahan dan politik Negara berkembang.

5.2 Teori Negara

Universitas Sumatera Utara Pemikiran tentang Negara sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Beberapa ahli fisafat dari Yunani bahkan mempunyai deskripsi yang berbeda-beda mengenai Negara. Aristoteles menyatakan Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama. Sedangkan Cicero, pemikir Roma menegaskan Negara adalah timbulnya pemikiran sehat masyarakat banyak bersatu untuk keadilan, dan berpartisipasi bersama dalam keuntungan. 37 Dilain pihak Penulis Francis Jean Bodin mengatakan Negara adalah asosiasi beberapa keluarga dengan kesejahteraan yang layak, dengan alasan yang sehat setuju untuk dipimpin oleh penguasa tertinggi. Phillimore menyatakan Negara adalah: orang- orang yang secara permanent mendiami suatu wilayah tertentu, dijilid dengan hukum- hukum kebersamaan, kebiasaan dan adat-istiadat didalam satu kebijaksanaan. Bluntschli mengatakan Negara adalah organisasi kebijaksanaan orang-orang diwilayah tertentu. Gettell menegaskan Negara adalah komunitas oknum-oknum, secara permanent mendiami wilayah tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan mempunyai sebuah organisasi pemerintahan, dengan menciptakan dan menjalankan hukum secara menyeluruh didalam lingkungan. Definisi Gattel lebih mengena dari pada definisi yang lainnya, wilayah yang dihuni oleh komunitas masyarakat, karna merasa tertindas, maka merdeka menjadi hak mereka menentukan hidup mereka sendiri. Menurut Marx Engels, munculnya negara adalah akibat dari pembagian sosial dari kerja. Negara tak lain dan tak bukan adalah mesin yang dipakai oleh 37 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Universitas Sumatera Utara satu kelas untuk menindas kelas lain. Bagi kaum Proletar negara digunakan untuk memperjuangkan kebebasan dan menindas lawan-lawan, setelah kebebasan tercapai maka negara tidak perlu ada. Negara adalah alat di tangan kaum borjuis untuk mempertahankan kepentingannya. Pandangan ini didasarkan pada paham materialisme sejarah Marx yang menempatkan negara dalam bangunan atas supra struktur bersamaan dengan hukum, ideologi, agama, filsafat dan lain-lain. Ada pun ekonomi yang menjadi sentral dari perkembangan sejarah manusia berada dalam bangunan bawah infra strukture. Negara menjadi alat kaum borjuis untuk menjamin kelangsungan penindasan terhadap kaum buruh agar kaum buruh tidak berusaha membebaskan diri dari usaha penghisapan dari kaum majikan. Sedangkan hukum, moral, agama, filsafat yang disebut juga dengan “bangunan atas ideologis” berfungsi memberikan legitimasi bagi usaha penghisapan yang dilakukan oleh kaum majikan. Negara muncul sebagai akibat dari kebutuhan kaum borjuis untuk melindungi keberlangsungan proses kapitalisme yang ada dalam dalam masyarakat sipil. Relasi-relasi dalam masyarakat sipil dikendalikan oleh relasi- relasi produksi kapitalis sehingga dalam masyarakat sipil terkandung tirani ideal bagi konsolidasi kapitalisme. Negara akan melindungi proses kapitalisme itu dari segala macam upaya yang akan menggagalkan proses tersebut. Perkembangan Negara dalam sejarah perkembangan masyarakat menurut Marx dimulai pada masyarakat komunal primitive. Pada awalnya masyarakat komunal primitf tidaklah mengenal Negara. Pada masa ini belum ada pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas. Karena pada masa ini alat-alat produksi dan Universitas Sumatera Utara juga pengetahuan manusia masih primitive, kegiatan semua anggota masyarakat untuk dapat bertahan hidup. Yang ada hanyalah pembagian kerja seperti berburu, bercocok tanam dan lainnya. Masyarakat kelas muncul ketika kekuatan produksi bertambah dan menghasilkan produksi yang berlebih. Perampasan terhadap hasil produksi dilakukan oleh kelompok lain. Proses pengambilan tersebut terjadi tidaklah dengan cara damai melainkan melalui kekerasan atau dengan cara lain. Dan terjadilah perbudakan yang merupakan awal dari adanya kelas-kelas dari masyarakat. Produksi pada masa perbudakan didasarkan atas kerja kaum budak itu sendiri. Dan sepanjang sejarah timbul pemberontakan-pemberontakan budak yang ingin bebas dari tuan budak. Proses inilah yang mengantarkan system berganti dari perbudakan menuju feodalisme. Pada masa feodalisme yang menjadi kelas yang tidak terdamaikan adalah tuan tanah dan tani hamba. Penguasa feodal adalah penguasa absolut di wilayah kekuasaannya. Hanya dialah yang berhak membawa senjata setiap waktu, dialah yang menjadi polisi, dialah yang menjadi constable, dialah hakim satu-satunya, hanya dialah yang berhak mengeluarkan uang, dialah menteri keuangan. Dia menjalankan semua peran klasik yang kini dijalankan negara yang kita kenal sekarang. Inilah awal dari munculnya Negara. Meskipun harus dipahami bahwa Negara yang ada bukanlah negara yang dijalankan oleh kelas berkuasa. Tidak hanya sekitar masalah kekuasaan, seperti tentara, keadilan, keuangan. Di genggaman tangan bangsawan ini juga terdapat ideologi, hukum, filasafat, ilmu pengetahuan, seni. Orang yang menjalankan peran-peran tersebut adalah orang miskin yang, guna mempertahankan hidupnya, terpaksa menjual Universitas Sumatera Utara keahlian mereka kepada seorang tuan tanah yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam kondisi demikian, minimal selama ketergantungannya penuh, perkembangan idelogi dikendalikan sepenuhnya oleh kelas penguasa: yang dengan sendirinya memerintahkan “produksi ideologi” yang dengan sendirinya mampu membiayai “ideolog-ideolog”. Dalam perkembangannya revolusi borjuis melahirkan suatu system yang baru yang semakin menghisap yaitu kapitalisme. Masyarakat baru ini tidak lagi didominasi tuan-tuan tanah melainkan oleh kapitalisme, oleh kapitalis-kapitalis modern. Seperti kita ketahui, kebutuhan keuangan akan negara modern-kekuasaan terpusat baru, seperti monarki absolut- semakin membesar, mulai dari abad 15 sampai abad 16 dan selanjutnya. Uang dari para kapitalis, para pedagang, dan para bankir komersial adalah pengisi secara besar-besaran pundi-pundi negara. Sejak masa itu, sebagai pamrih dari pembayaran kapitalis atas proses jalannya negara, mereka akan mengharapkan negara menempatkan diri sepenuhnya menjadi pelayan mereka. Mereka akan membuat hal ini terasa dan dimengerti secara jelas melalui hukum yang mereka buat dan institusi yang mereka bangun. Kekuasaan Negara adalah sebuah kekuasaan permanen. Kekuasaan ini dijalankan oleh sejumlah tertentu institusi yang diisolasi dan independen dari pengaruh yang dapat berubah-ubah dan tidak stabil seperti hak pilih universal. Institusi seperti inilah yang harus dianalisa kalau kita ingin mengetahui di mana kekuasaan yang sebenarnya berada: “Pemerintahan datang dan pergi, tetapi polisi Universitas Sumatera Utara dan para administrator pejabat tetap tidak berubah.” 38 Dalam keadaan normal, tidak ada kebutuhan akan adanya pengawas- pengawas. Bahkan di Moskow, contohnya, tidak ada petugas yang mengumpulkan ongkos bus: para penumpang memasukkan uang mereka ketika mereka naik, baik ada ataupun tidak ada orang yang mengawasi mereka. Di masyarakat yang tingkat perkembangan kekuatan-kekuatan produksinya rendah, di saat setiap orang bersaing untuk mendapatkan penghidupan pribadi dari pendapatan nasional yang sangat kecil, sebuah aparatur pengawas yang besar sangat dibutuhkan. Negara adalah di atas segalanya, institusi-institusi permanen: tentara bagian permanen dari tentara -staf jendral, pasukan khusus, polisi, polisi khusus, polisi rahasia, pejabat tinggi departemen-departemen Negara, badan keamanan nasional, hakim-hakim, dan lain-lain -semua institusi yang terbebas dari pengaruh hak pilih universal. Pada konsepsi dasar Negara borjuis - tanpa memandang apakah bentuknya lebih ataupun kurang demokratis - terdapat asumsi fundamental, berhubungan dengan asal mula negara: Sifat dari negara tetaplah antagonistik, atau agak tidak adaptif, terhadap kebutuhan-kebutuhan dari kolektivitas. Negara adalah, secara definitif, sekelompok orang yang menjalankan peran-peran yang pada awalnya dijalankan oleh semua anggota kolektivitas. Orang-orang ini tidak menghasilkan kerja-kerja produktif tetapi menggantungkan diri kepada anggota masyarakat lainnya. 38 Dokumen Resmi Komite Politik Rakyat Miskin Partai Rakyat Demokratik KPRM PRD Universitas Sumatera Utara Menurut Gramsci, Negara memiliki alat-alat koersif yaitu lembaga- lembaga yang disebutnya sebagai masyarakat politik. Tetapi negara tidak semata- mata melakukan koersif saja tetapi negara juga melakukan apa yang ia sebut sebagai ‘peran edukatif dan formatif negara’ yaitu melakukan hegemoni. Kekuasaan dipahami oleh Gramsci sebagai hubungan sosial. Hubungan sosial negara terjadi terhadap masyarakat politik dan juga terhadap masyarakat sipil. Jadi, di dalam masyarakat sipil disamping terdapat hubungan sosial di antara kelompok-kelompoknya sendiri juga terdapat hubungan sosial dengan Negara. Jadi ia mendefinisikan negara sebagai kekuatan plus kesadaran atau hegemoni yang dipersenjatai dengan pemaksaan, yang didalamnya masyarakat politik mengatur kekuatan, dan masyarakat sipil menyediakan kesadaran. Gramsci menggunakan kata negara dengan cara yang berbeda: dalam pertimbangan legal konstitusional yang kaku sebagai suatu keseimbangan antara masyarakat sipil dan masyarakat politik atau mencakup keduanya. Munculnya negara dalam masyarakat kapitalis adalah akibat dari tidak terdamaikannya pertentangan klas antara borjuis dan proletar dalam struktur masyarakat tersebut. Negara juga mengontrol perjuangan sosial dari kepentingan ekonomi yang berbeda, dimana kontrol tersebut dipegang oleh klas yang kuat secara ekonomi dalam masyarakat. Dengan demikian negara juga menjadi alat represif dari klas yang berkuasa. Selain kekuatan represif tersebut, negara juga menjalankan kekuatan hegemoni yang mampu melanggengkan kekuasaannya, yang berarti kekuasaan dari klas dominan. Maka, hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan Universitas Sumatera Utara kekuatan negara sebagai klas diktator. Atau dengan kata lain, salah satu hal yang menyebabkan kapitalisme bertahan adalah genggaman ideologisnya terhadap massa proletar. John Markoff dalam bukunya “Gelombang Demokrasi Dunia: Gerakan Sosial dan Perubahan Politik”, mempelajari kekuasaan negara dari dua perspektif yang agak berbeda. Pertama, mempertimbangkan kemampuan negara dalam membuat dan menjalankan kebijakan atau apa yang disebut dengan “kapasitas kekuasaan”. Kedua, mempertimbangkan klaim atas apa yang membuat masyarakat mau mematuhi kehendak para penguasa dan mengapa mereka harus melakukannya. Apakah karena para penguasa tersebut mengklaim diri mereka adalah wakil Tuhan atau apakah mereka memegang mandat dari rakyat. Ketika kita mendapati klaim yang membenarkan penggunaan kekuasaan, maka berhubungan dengan legitimasi. Negara seringkali membuat legitimasi atas suatu klaim, yakni klaim dalam mempraktekkan demokrasi. 39 Dalam penegakkan demokrasi yang terjadi pada masa Orde Baru tahun 1998, Negara menggunakan aparaturnya untuk meredam perlawanan yang dilakukan oleh mahasiswa. Perlawanan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah suatu bentuk perlawanan yang didasarkan atas kegagalan yang dilakukan Negara dalam bidang ekonomi politik pada masa itu. Mahasiswa sebagai pelopor yang memulai pergerakan itu memandang bahwa kegagalan itu memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat Indonesia dan juga bagi perkembangan 39 John Markoff, Gelombang Demokratisasi Dunia: Gerakan Sosial dan Perubahan Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Hal. 25. Universitas Sumatera Utara demokrasi yang ada di Indonesia yang selama tiga puluh dua tahun berada dalam system otoritarianisme yang dibangun Soeharto. Negara melakukan tindakan represif guna tetap mempertahankan kekuasaan modal yang ada di Indonesia baik kekuasaan modal asing maupun dalam negeri yang juga pada saat itu masih dikuasai oleh Soeharto dan kroni- kroninya. Dengan demikian, konsepsi tentang negara menjadi pembahasan menarik dalam penelitian ini dimana dominasi hegemoni negara terhadap masyarakat sipil dalam hal ini gerakan sosial yang dilakukan mahasiswa dalam menuntut hak berpolitik rakyat oleh karena arah kebijakan yang mengedepankan dominasi segelintir atau klas pemilik modal.

5.3 Teori Gerakan Sosial