Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah

pemanfaatan keseluruhan faktor pendukung supporting factors yang ada dalam proses pelaksanaan.

1.5.4 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah

Untuk memahami pemberdayaan kelembagaan usaha kecil dan menengah, maka penulis merasa perlu memahami konsep kelembagaan yang dimaksudkan. Gunadi, di dalam Muslimin 2002:85 mengartikan kelembagaan sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma, perilaku individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan organisasi. Selanjutnya, Muslimin sepakat dengan para ahli bahwa kelembagaan disamakan dengan organisasi. Dimana organisasi dikaitkan dihubungkan dengan strategi, struktur dan lingkungan. Bahwa organisasi harus reaktif dan proaktif terhadap lingkungan dengan terus membuat strategi baru agar dapat terus bertahan terhadap perubahan. Sama halnya dengan Bambang Dradjat 2006:3 menyamakan kelembagaan sebagai organisasi dan aturan main. Dimana, kelembagaan tersebut dibangun dengan mempertimbangkan tujuh prinsip dasar, sebagai berikut: 1. Prinsip kebutuhan, kelembagaan yang dibangun dibutuhkan secara fungsional. Keberadaannya tidak dipaksakan, jika fungsi-fungsi dalam setiap subsistem komponen telah memenuhi kebutuhan. 2. Prinsip efektivitas, kelembagaan hanyalah sebuah alat, bukan tujuan. Sebagai alat maka elemen kelembagaan yang dikembangkan di setiap subsistem haruslah efektif untuk upaya pencapaian tujuan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara 3. Prisip efisiensi, penumbuhan elemen kelembagaan harus dipilih opsi yang paling efisien, yaitu yang relatif paling murah, mudah, dan sederhana namun tetap mampu mendukung pencapaian tujuan. 4. Prinsip fleksibilitas, kelembagaan yang dikembangkan disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia dan budaya setempat. Soal nama lembagapun tidak boleh dipaksakan jika sudah ada nama yang melembaga di masyarakat. 5. Prinsip manfaat, kelembagaan yang dikembangkan adalah yang mampu memberikan manfaat paling besar bagi masyarakat. 6. Prinsip pemerataan. Kelembagaan yang dikembangkan memberikan pembagian benefit sharing system secara proporsional kepada setiap petani dan pelaku agribisnis lainnya di pedesaan. 7. Prinsip keberlanjutan, kelembagaan yang dikembangkan diharapkan akan terus berjalan meskipun keterlibatan lembaga jasa penunjang lembaga pemerintah daerah dan lembaga keuangan secara langsung telah berkurang. Ditambahkan Soekartawi didalam Muslimin 2002:85 bahwa aspek kelembagaan sangat penting terhadap pengembangan ekonomi. Dimana, kelembagaan diperlukan untuk mengkoordinasikan semua sumberdaya yang tersedia dan tersebar di dalam komunitas masyarakat menjadi satu kekuatan yang utuh yang mempunyai bargaining untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak kondusif bagi sebagian besar masyarakat yang tergolong miskin. Mubyarto di dalam Cornelis Rintuh dan Miar 2005 : 3 juga melihat kelembagaan dari pandangan ekonomis, dimana kelembagaan ditekankan kepada Universitas Sumatera Utara usaha manusia untuk menciptakan dan menggunakan lembaga-lembaga tertentu untuk memecahkan berbagai konflik ekonomi didalam masyarakat. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat dimengerti bahwa kelembagaan merupakan hal yang penting untuk diberdayakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Roland Bunch, dalam Cornelis Rintuh dan Miar 2005 : 3 yang menguraikan pentingnya kelembagaan untuk diberdayakan khususnya bagi UKM, karena : 1. Banyaknya masalah di UKM yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga seperti pelayanan perkreditan, pemasaran, penyebaran inovasi produk, dan lain-lain. 2. Dapat memberi kelanggengan pada UKM untuk terus dapat mengembangkan usahanya. 3. Dapat mengorganisasi UKM-UKM untuk dapat bersaing dengan pihak luar. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dan dikaitkan dengan permasalahan UKM yang akan diteliti, maka penulis menyimpulkan bahwa kelembagaan memegang peranan penting khususnya dalam pengembangan UKM, sehingga perlu diberi perhatian yang proporsional. Pemahaman prinsip dasar dinilai penting untuk membangun model kelembagaan yang menggambarkan 1 keterkaitan antar komponen termasuk penyuluhan, pelaku UKM, dan lembaga jasa pendukung dan 2 keterkaitan antar elemen pelaku pada setiap sub sistem UKM. Keterkaitan tersebut berupa keterkaitan fungsional dan institusional yang dilengkapi dengan aturan main. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan kelembagaan UKM adalah upaya untuk memberikan motivasi dorongan kepada pelaku di Universitas Sumatera Utara bidang UKM agar mereka menyadari pentingnya keterkaitan antar seluruh komponen yang ada disekeliling UKM termasuk penyuluhan, pelaku UKM itu sendiri, lembaga jasa pendukung dan sub-sub sistem yang ada di UKM sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menentukan sendiri apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi.

1.5.5 Program Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah