pembuktian yang tidak mudah. Ditambah pula tindakan aborsi diatur dengan kriteria, syarat, ketentuan dan standar ketat. Undang-undang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah Tentang Kesehatan Reproduksi ditetapkan justru untuk melindungi ibu yang disebabkan oleh uzur yang bersifat darurat dan hajat
melakukan tindakan aborsi. Perlindungan yang dimaksud adalah dari tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, tidak bertanggung jawab dan bertentangan
dengan norma agama.
60
b. Aborsi
Dalam Perspektif kesehatan reproduksi Dan Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tenaga Kesehatan Yang
Melakukan Aborsi. 1.
Aborsi dalam prespektif kesehatan reproduksi
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan reproduksi memperoleh perhatian khusus. Hal ini wajar bahwa masalah kesehatan
reproduksi di Negara-Negara berkembang termasuk Indonesia menjadi masalah kesahatan yang utama. Akibat rendahnya kesehatan reproduksi, terutama pada
wanita, maka akan berdampak terhadap tingginya angka kematian bayi dan kematian ibu karena melahirkan. Padahal kedua indikator tersebut merupakan
bagian terpenting dalam pencapaian tujuan pembangunan milenium.
61
Pasal 71 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
60
Anjari Umarjianto, Meluruskan Persepsi Salah Atas Pengaturan Aborsi Di Peraturan Pemerintah Kesehatan Reproduksi , Diakses Pada Tanggal 16 April 2015.
61
Soekidjo Notoatmodjo, Etika Dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 135.
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki- laki dan perempuan. Kesehatan reproduksi meliputi : Pasal 71 ayat 2 :
a. Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;
b. Pengaturan kehamilan, alat konstrasepsi, dan kesehatan seksual;
c. Kesehatan sistem reproduksi
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi, Pasal 72 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mengatur bahwa setiap orang berhak:
a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman,
serta bebas dari paksaan danatau kekerasan denagan pasangan yang sah. b.
Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan, danatau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak
bertentangan dengan norma agama. c.
Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin berproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
d. Memperboleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan
reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Aborsi menurut pengertian secara medis adalah gugur kandungan atau
keguguran dan keguguran itu sendiri bentuk berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan 28 minggu
dan berat badan fetus yang kurang dari 1.000 gram. Aborsi dapat terjadi secara spontan tanpa tindakan, sekitar 10-20 dari kehamilan akan berakhir dengan
aborsi, yang secara yuridis tidak mempunyai arti apa-apa.
62
62
Masrudi Muhtar, Bidan Dan Dinamika Hukum Kesehatan Reproduksi Di Indonesia, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2014, hlm. 85-87.
Aborsi yang dilakukan secara sengaja abortus provocatus merupakan salah satu masalah hukum yang peka berkaitan dengan profesi kesehatan dalam
hal ini terkait dengan profesi kedokteran dan kebidanan, paling banyak dibahas dan menimbulkan dua pendapat yang saling bertentangan, di satu pihak tetap
menentang dilain pihak dengan berbagai pertimbangan mengusahakan agar terdapat pengendoran atau leberasi hukum.
Aborsi yang terjadi karena kecelakaan abortus spontaneos. Tindak pidana aborsi mengandung resiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai
standar profesi medis berikut ini berbagai cara melakukan aborsi yang sering dilakukan:
1. Medipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar
janin terlepas dari rahim. Biasanya akan terasa sakit sekali karena pijatan yang dilakukan dipaksakan dan berbahaya bagi organ dalam tubuh;
2. Menggunakan berbagai ramuan dangan tujuan panas pada rahim. Ramuan
tersebut seperti nenes muda yang dicampur dengan marica dan obat-obatan lainnya;
3. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat
mengakibatkan infeksi. Tindakan ini juga membahayakan organ dalam tubuh.
63
Alasanmereka melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis adalah: 1
Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski sedang hamil
kalau telanjur;
63
Ibid.
2 Belum siap menghadapai orang tua atau memalukan orang tua dan keluarga.
3 Malu pada lingkungan sosial dan sekitarnya;
4 Belum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan mempunyai
anak; 5
Adanya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah sebalum waktu tertentu karena terikat kontrak; dan
6 Tidak senang pasangannya karena korban perkosaan.
Aborsi yang dilakukan secara sembarangan sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil bahkan sampai berakibat pada kematian.
Pendarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian wanita yang melakukan aborsi. Selain itu
aborsi berdampak pada kondisi psikologis dan mental sesorang dengan adanya perasaan bersalah yang menghantui mereka. Perasaan berdosa dan ketakutan
merupakan tanda gangguan psikologis. Resiko komplikasi atau kematian setelah aborsi legal sangat kecil
dibandingkan dengan aborsi ilegal yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih. Beberapa penyebab utama resiko tersebut antara lain: pertama, sepsis yang
disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tertahan dalam rahim. Jika infeksi ini tidak segara ditangani
akan terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septik, yang merupakan komplikasi aborsi ilegal yang fatal.
64
64
Ibid. hlm. 88
Kedua, pendarahan. Hal ini disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, atau cedera organ panggul atau usus.
Ketiga, efek samping jangka panjang berupa sumbatan atau kerusakan permanen di tuba fallopisaluran telur yang menyebabkan kemandulan.
Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mengatur bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan tersebut dapat
dikecualikan berdasarkan: 1.
Indikasi kedaruratan medis dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danatau janin, yang menderita penyakit genetik
berat danatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan. Pasal 76 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
mengatur bahwa aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 enam minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; b.
Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamilan yang bersangkutan
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
menteri.
65
65
Ibid. hlm. 89.
Pasal 77 Undnag-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menjadi dasar bagi pemerintah untuk berkewajiban melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undang.
66
2. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tenaga Kesehatan Yang