Hukum positif Tinjauan Kepustakaan

3. Hukum positif

Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam Negara Indonesia. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa Kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda Nederlandsch-Indie. Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syariah Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam Perundang- Undangan Atau Yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara. Dengan singkatnya dapat dikatakan, bahkan ia ingin mengetahui hukum yang berlaku sekarang ini di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hukum yang sedang berlaku di dalam suatu negara itu dipelajari, dijadikan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang objeknya ialah hukum yang sedang berlaku dalam suatu Negara, disebut ilmu pengetahuan hukum positif Ius Constitutum. 25 25 Kansil Dan Christine S.T. Kansil, Pengantar Hukum Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 3. Ius constitutum hukum positif, yaitu hukum yang berlakusekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Singkatnya, hukum yang berlaku bagi masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Para sarjana ada juga menamakan hukum positif itu “Tata hukum.” 26 Hukum positif disamping aturan-aturan hukum tertentu yang pernah berlaku dan sudah diganti dengan aturan hukum baru yang sejenis dan berlaku sebagai hukum positif baru. 27 Tahun 1945 Negara Indonesia mengunifikasi serta mengkodifikasi hukum positif buatan Belanda yang diberlakukan bagi masyarakat di Hindia Belanda yang dibagi dalam 3 golongan penduduk, yaitu: golongan Eropah, golongan Timur Asing, dan golongan Bumiputra. Tiap-tiap bangsa memiliki hukumnya sendiri, seperti terhadap bahasa dikenal tata bahasa, demikian juga terhadap hukum dikenal juga tata hukum. Tiap-tiap bangsa mempunyai tata hukumnya sendiri. 28 Hukum khusus yang mereka buat tersebut sesungguhnya memang khusus untuk diberlakukan bagi para inlandermasyarakat jajahan Belanda di Hindia Belanda. Tidakmengherankan sikap krusial pilihan hukum para penegak hukum Indonesia sampai hari ini masih memprihatinkan. Hukum harus ditegakkan dan keadilan harus dijujurkan vivat justitia vereat mudus walaupun langit akan runtuh Dasar dari peraturan Belanda tersebut sebenarnya adalah hukum buatan VOC Verenige Oost Indische Companie, yang merupakan multinational company pertama di Nusantara. Perusahaan dagang multinasional milik kolonial Belanda yang dibentuk oleh 14 warga Belanda bagi manajemen penjajahan dinegara jajahan di Asia Tenggara ditengah kemelut ekonomi dalam negeri Kerajaan Belanda yang terjerat hutang yang besar pasca perang dengan negara-negara tetangganya dan menuju kebangkrutan. 26 C.S.T Kansil, Pangantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 73. 27 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 5 28 C.S.T Kansil, Op.Cit, hlm. 90. hukum harus tetap ditegakkan. Hukum yang berlaku di Indonesia terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945, KUHP, KUHPer, KUHD, KUHAP, UUPA Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Kode Etik Kedokteran Indonesia, Undang- Undang KDRT,Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri kesehatan, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Acara Perdata, Hukum Internasional, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Acara Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Agraria, Hukum Perburuhan, Hukum Lingkungan, Hukum Pajak. Di dalam skripsi ini saya hanya khusus membahas mengenai KUHP, Undang- Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. Hukum Islam Ulama sependapat bahwa dalam syari’ah Islam telah terdapat segala hukum yang mengatur tindak-tanduk manusia, baik perkataan maupun perbuatan. Hukum-hukum ini adakalanya disebutkan secara jelas dan tegas dan adakalanya pula tidak disebutkan secara jelas dan tegas, tetapi hanya dikemukakan dalam bentuk dalil-dalil dan kaidah-kaidah secara umum. Untuk memahami hukum dalam bentuk yang disebut pertamasecara jelas dan tegas tidak diperlukan ijtihad, tetapi cukup diambil begitu saja dalam nash dan diamalkan, karena memang sudah jelas dan tegas di sebutkan syari’ah Allah dan Rasul- Nya.Hukum Islam dalam bentuk ini disebutkan Al-NushushAl-Muqaddasah atau wahyu murni.Untukmengetahui hukum Islam dalam bentuk kedua tidak disebutkan secara jelas dan tegas diperlukan upayayang sungguh-sungguh oleh para Mujtahid untuk menggali hukum yang terdapat dalam nash melalui pengkajian dan pemahaman yang mendalam. Seluruh hukum yang ditetapkan melalui cara seperti yang terakhir ini disebut fiqih. Dua bentuk hukum itulah yang disebut sebagi hukum Islam. 29 Istilahhukum Islam tidak dijumpai dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi SAW. Dua sumber hukum Islam ini hanya menggunakan istilah syari’ah yang secara bahasa berarti jalan yang lempang, jalan yang dilalui air terjun. 30 Wacana kajian hukum di kalangan ahli hukum barat ditemukan istilah barat Islamic Law yang diindonesiakan menjadi Hukum Islam. Tetapi tidak ditemukan fakta, mana yang lebih dahulu menggunakan istilah tersebut. Artinya, apakah istilah Hukum Islam yang dikenal di Indonesia merupakan terjemahan dari literatur Barat, Islami Law, atau terjemahan bebas Hukm Al-Syar’iy. Yang jelas, para ahli berpendapat bahwa istilah hukum Islam adalah khas Indonesia sebagai terjemahan dari syariah atau Hukm Al-Syar’iy. Bisa juga berarti jalan setapak menuju sumber air atau tempat orang mengambil air minum dan diberi tanda yang jelas terlihat oleh mata. Kata ini juga berarti jalan menuju sumber air sebagai sumber kehidupan yang harus diikuti, atau juga jalan kehidupan. 31 Istilah hukum Islam biasanya disebut dengan beberapa istilah atau nama yang masing-masing menggambarkan sisi atau karakteristik tertentu hukum 29 Alaiddin Koto, Filsafat Hukum Islam, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 24. 30 Tm. Hasbin Ashshiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 7. 31 Ibid. tersebut, setidaknya ada empat nama yang sering dikaitkan kepada hukum Islam, yaitu, syari’ah, fiqih, hukum syarak, dan qanun.Syari’ah biasanya dipakai dalam dua pengertian, dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, syari’ahmerujuk kepada himpunan norma atau petunjuk yang bersumber kepada wahyu Illahi untuk mengatur sistem kepercayaan dan tingkah laku konkret manusia dalam berbagai dimensi hubungan. Syari’ah dalam arti luas meliputi dua aspek agama Islam, yaitu akidah dan amaliah. 32

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari:

1. SifatJenis Penelitian

Untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka harus didukung dengan fakta- faktadalil-dalil yang akurat yang diperoleh dari suatu penelitian. Penelitian padadasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap sesuatu objek yang mudah terpegang di tangan. 33 Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang merupakan kekuatan pemikiran, pengetahuan manusia senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. 32 Abdul WahidMushofa, , Hukum Islam Kontemporer, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 1. 33 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 27.