Pengertian Aborsi Aborsi Menurut Pendangan Hukum Islam

BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM ISLAM

A. Aborsi Menurut Pendangan Hukum Islam

1. Pengertian Aborsi

Ditinjaudari segi linguistik, dalam perspektif syarah, kata “abortus” atau “aborsi” dikenal dengan ungkapan, Isqatu Hamli atau al-Ijhadhyang berarti menjauhkan, membuang, melempar, dan menyingkirkan. Ataudengan kata lain didefinisikan sebagai keluarnya atau gugurnya kandungan dari seorang ibu yang usia kandungannya belum mencapai 20 minggu. KonteksIslam menyatakan bahwa kehidupan janin anak dalam kandungan adalah kehidupan yang harus dihormati. 74 “Ada dua orang perempuan dari Suku Hudzail bertengkar, lantas salah satunya melempar yang lain dengan batu hingga mengakibatkan si wanita yang dilempar itu meninggal dunia beserta janin yang ada di dalam kandungannya. Lantas mereka mengadukan kasus tersebut kepada Rasulullah. Kemudian beliau memberikan keputusan bahwa diyat janinnya adalah ghurrah yaitu seorang seorang budak laki-laki atau seorang budak perempuan dan beliau memutuskan bahwa diyatnya si perempuanyang jadi korban itu dibebankan kepada ‘aaqilah si pelaku. Pelanggaranjika melakukan pengguguran terhadap janin yang sedang dikandung aborsi, apalagi aborsi tersebut tanpa alasan yang sah atau dikuatkan oleh tim medis. Perbedaan pendapat dikalangan ulama didasarkan dari sejarah pada masa Rasulullah, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, berkata: 75 74 Yusuf Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Gema Insani Pres , Jakarta, 1995, hlm. 70. 75 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqig Islam Wa Adillatuhu, Jilid 7, Darul Fikri, Jakarta, 2011, hlm. 694. Ketetapan inilah yang kemudian diadopsi oleh para fukaha untuk menetapkan sanksi hukum terhadap orang yang melakukan aborsi tanpa alasan yang sah atau tindak pidana terhadap pengguguran kehamilan. AbortusNon- Thempeuticus Medicalispada usia janin sebelum 120 hari, pendapat para ulama terbagi dalam tiga aliran, yaitu boleh, makruh dan haram. Mayoritasfuqaha, melakukan aborsi bagi janin yang telah berusia 120 hari hukumnya haram. Sedang usia sebelum 120 hari terjadi khilafiyah. Ada yang berpendapat boleh, makruh, dan haram. Alasan yang mengharamkan usia 120 hari dan membolehkan sebelum 120 hari adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Mas’ud yang menyatakan tentang penciptaan janin, dari segumpal darah beku, menjadi segumpal dagingdan sampai ditiupkannya ruh pada usia ke 40 hari. 76 Istilah BahasaArab “abortus” disebut Al-Ijhadh atau Isqath Al-Hamli yang berarti pengguguran janin dari rahim. Para fuqaha mendefinisikannya sebagai gugurnya janin sebelum dia menyempurnakan masa kehamilannya. 77 76 Hassan Hathaoud, Revolusi Seksual Perempuan, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 167. 77 Zuhroni, Nur Riani, Dan Nirwan Nazaruddin, Islam Untuk Disiplin Ilmu Kesehatan Dan Kedokteran 2 Fiqih Kontemporer, Buku Dasar Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum JurusanProgram Studi Kedokteran Dan Kesehatan 2, Jakarta, 2003, hlm. 158. Dalam menentukan hukum aborsi para ulama klasik mengelompokkannya dalam 3 fase, sejalan dengan fase kehidupan janin, terbagi dalam 3 fase, yaitu sebelum 40 hari, setelah 40 hari, dan sesudah 120 hari. Batas 120 hari ini didasarkan pada hadits ‘empat puluhan’ di mana Nabi menyatakan bahwa janin ditahan sebagai nuthfah selama 40 hari, sebagai ‘alaqat 40 hari dan mudghat 40 hari. Di antara mereka ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkannya sesuai dengan klasifikasi dalam 3 kelompok berikut, yaitu: 1. Golongan yang mengaramkan pengguguran pada setiap tahap-tahap pertumbuhan janin sebelum diberi nyawa nuthfah, ‘alaqat, mudghat. Pendapat ini, antara lain, dikemukakan oleh sebagian ulama Hanafiyah, ulama Malikiyah, Imam al-Ghazali, dan Ibn al-Jauzi. Alasannya, antara lain, adalah hadits Nabi yang menyatakan: Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra.,ia berkata: Rasulullah Saw pernah menceritakan kepada kami, beliau adalah seorang yang benar serta dipercayai beliau bersabda bahwa kejadian kalian dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Kemudian ia menjadikan ‘alagah selama empet puluh hari, dan kemudian ia menjadikan mudqhah selama empat puluh hari, kemudian Allah SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh... H.R Bukhari Hadits ini menunjukan bahwa Allah menghimpun penciptaan janin dalam rahim ibunya yang merupakan cairan sperma dalam keadaan tersembunyi. 78 2. Golongan yang membolehkan pengguguran pada salah satu tahap dan melarang pada tahap-tahap yang lain. Secara lebih rinci dapat dikemukankan sebagai berikut: Pencipataan sesudah dimulai pada saat pertemuan sperma dan ovum, maka ia tidak boleh dianiaya dan digugurkan. a. Makruh pada tahap nuthfat dan haram pada ‘alaqat dan mudhghat. ini adalah pendapat ulama Malikiyah, dan ulama al-Syafi’iyyah menyebutkanya sebagai makruh tanzih, dengan syarat pengguguran itu seizin suami. b. Dibolehkan pada tahap nuthfat dan haram pada tahap ‘alagat dan mudhghat. c. Boleh pada tahap nuthfat dan ‘alaqat, dan haram pada tahap mudhghat. 78 Ibid.hlm. 159. Di antara alasan yang membolehkan pada tahap nuthfat tetapi haram pada tahap ‘alaqat, dan mudhghat, berdalil pada Hadits Nabi: Apabila nuthfat telah melalui masa 42 malam, Allah akan mengutus kepadanya melaikat untuk memberi bentuk, menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, daging dan tulang-belulang....H.R Muslim Hadits ini menunjukkan bahwa pembentukan wajah, penciptaan pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulang janin terjadi pada permulaan 40 hari yang kedua. Dengan demikian, 40 hari yang kedua, janin sudah berbentuk daging tulang. sebelum 40 hari yang kedua, janin belum berbentuk apa-apa dan masih berupa cairan sperma dan boleh digugurkan. 3. Golongan yang membolehkan pengguguran pada setiap tahap dari tahap- tahap sebelum pemberian nyawa. Ini adalah pendapat yang kuat di kalangan ulama Hanafiyah. Di antara alasan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: a. Setiap yang belum diberi nyawa tidak akan dibangkitkan Allah di hari kiamat. Setiap yang tidak dibangkitkan berarti keberadaannya tidak diperhitungkan. Dengan demikian tidak ada larangan untuk menggugurkannya. b. Janin yang belum diberi nyawa tidak tergolong sebagai manusia. Maka tidak ada larangan baginya, yang berarti boleh digugurkan. 79 Tradisi Islam misalnya, menyebutkan bahwa hak hidup seseorang terlindungi. Siapapunorangnya mempunyai hak untuk menikmati kehidupan. 79 Ibid.hlm. 160-161. AjaranIslam pada dasarnya sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. 80 Al-Ghazali mengartikan aborsi sebagai penghilangan jiwa yang sudah ada di dalam janin. Ia membagi dua fasa keadaan janin, yaitu fase kehidupan yang belum teramati yang ditandai dengan adanya proses kehidupan secara diam-diam dan fase kehidupan yang sudah teramati, ketika atau orang lain dapat mendeteksi tanda-tanda kehidupan bayi dalam kandungan. 81 1 Jenis Aborsi menurut Perspektif Fiqih

2. Jenis-Jenis Aborsi