Gugurnya kandungan dalam keadaan meninggal Gugurnya janin dalam keadaan hidup tetapi kemudian meninggal

pelaku aborsi provocatus kriminalis tidak lagi mengulangi perbuatannya.Sedangkan prevensi umumnya berlaku bagi warga masyarakat karenamempertimbangkan baik-baik sebelum melakukan aborsi dari pada terkena sanksipidana yang amat berat tersebut. Prevensi umum dan prevensi khusus inilah yangdiharapkan oleh para pembentuk Undang-Undang dapat menekan seminimalmungkin angka kejahatan aborsi provocatus di Indonesia.Dalam merumuskan ancaman pidananya, pembentuk Undang-Undanghanya memberi batasan maksimal, yaitu paling lama 10 tahun dan denda palingbanyak Rp.1.000.000.000.000,- satu miliar rupiah. Dengan demikian, seorangpelaku aborsi provocatus kriminalis yang terbukti bersalah di muka pengadilandapat dijatuhi pidana seringan-ringannya, misalnya misalnya pidana kurungan 10bulan dan denda Rp.10.000,- sepuluhribu rupiah. Kelemahan yangmendasar pada ketentuan pidana aborsi provocatus kriminalis dalam Undang-UndangNomor 36 Tahun 2009. Dikatakan mendasar, karena tujuan utama parapembentuk Undang- Undang semula untuk mengadakan prevensi khusus danprevensi umum terhadap aborsi provocatus kriminalis belum mencapai hasil yangmaksimal karena dalam sanksi pidananya tidak ditentukan batas minimal khusus.

3. Di dalam Hukum Islam

Hukuman untuk tindak pidana atas janin menurut pandangan hukum pidana Islam berbeda sesuai dengan perbedaan akibat dari perbuatan pelaku. Akibat tersebut ada lima macam.

1. Gugurnya kandungan dalam keadaan meninggal

Janingugur dalam keadaan meninggal, hukuman bagi pelaku adalah diyat janin, yaitu ghurrah hamba sahaya yang nilainya lima ekor unta. Ghurrah menurut arti asalnya adalah khiyar pilihan. Hamba sahaya disebutkan ghurrah karena ia merupakan harta pilihan. Dalam praktiknya, ghurrah hamba ini dinilai dengan lima ekor unta, atau yang sebanding dengan itu, yaitu lima puluh dinar, atau lima ratus dirham menurut Hanafiyah, atau enam ratus dirhammenurut jumhur ulama. Ghurrah berlaku untuk janin laki-laki maupun janin perempuan. Penghitungannya adalah untuk janin laki-laki seperduapulah diyat laki-laki dan untuk janin perempuan sepersepuluh diyat kamilah untuk perempuan. Hasilnya tetap sama yaitu lima ekor unta, karena diat perempuan adalah separuh diat laki- laki. Tindakpidana atas janin yang dilakukan dengan sengaja, sebagaimana dikemukakan oleh Malikiyah, diyatnya diperberat mughalladzah, yang harus dibayar oleh pelaku dari hartanya sendiri dengan tunai. Sedangkan untuk tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan kesalahan atau menyerupai sengaja, diatnya diperingan, yaitu dibayar oleh keluarga atau bersama pelaku. Janinyang gugur itu kembar dua atau tiga dan seterusnya maka diatnya juga berlipat. Apabila janinnya dua, hukumannya dua ghurrah atau dua kali lima ekor, yaitu sepuluh ekor unta. Kalau ibu meninggal setelah dilaksanakannya hukuman, maka disamping qhurrah, pelaku juga dikenakan diyat untuk ibu yaitu lima puluh ekor unta.

2. Gugurnya janin dalam keadaan hidup tetapi kemudian meninggal

akibat perbuatan pelaku Janingugur dalam keadaan hidup tetapi kemudian ia meninggal akibat perbuatan pelaku, menurut pendapat ulama yang menyatakan adanya kesengajaan, hukumannya adalah qishash. Akan tetapi, bagi ulama yang berpendapat tidak ada kesengajaan dalam tindak pidana atas janin, melainkan hanya syibhul ‘amd, hukuman bagi pelaku adalah diat kamilah. Demikian pula menurut pendapat kedua dari kelompok yang menyatakan adanya kesengajaan sebagian Malikiyah dan tindak pidana yang terjadi karena kesalahan, hukumannya juga adalah diat kamilah. Perbedaan antara diat sengaja dan menyerupai sengaja serta kekeliruan, bukan dalam jumlah untanya, melainkan pada sifatnya, yaitu diperdebat mughalladzah dan diperingan mukhaffafah. Diyat kamilah untuk janin berbeda sesuai dengan perbedaan janisnya. Untuk diyat laki-laki berlaku diyat perempuan, yaitu seperuh diyat laki-laki lima puluh ekor unta. Janinyang gugur itu kembar maka diatnya juga berlipat. Untuk dua janin berlaku dua diyat kamilah, untuk tiga jenin berlaku tiga diat kamilah. Apabila ibu meninggal akibat tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku, disamping diyat janin pelaku juga dikenakan diat ibu.

3. Gugurnya janin dalam keadaan hidup terus atau meninggal karena